BIOFOAM BERBAHAN PATI SAGU (Metroxylon rumphii m) DENGAN BAHAN PENGISI (FILLER) SERAT BATANG PISANG DAN KULIT PISANG MENGGUNAKAN METODE THERMOPRESSING (original) (raw)

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT LIMBAH KULIT BATANG SAGU (Metroxylon sp) DAN PLASTIK POLIPROPILENA BERDASARKAN JUMLAH LAPISAN PENYUSUN

Jurnal TENGKAWANG

The objective of this research is to evaluate the effect of the number of composite layers on the quality of the composite board from sago bark waste and plastic waste, and the number of composite layers that produce the best quality on composite board. The composite board is made with size 30 cm x 30 cm x 1 cm. The composition and division of the material was carried out manually with the polypropylene distribution divided into three parts: the front and rear respectively of 15%, and the center 70% of the plastic weight. Target density of composite boards was 0.7 g / cm3. The treatment used is based on the number of layers composing, which is 5 layers, 7 layers, 9 layers, 11 layers and 13 layers. After mixed the sago bark particle and waste of polypropylene, the materials then compressed with hot press at 180oC with pressure about ± 25 kg / cm2 for 10 minutes. The composite boards then tested the quality included physical and mechanical properties. Testing of physical and mechanica...

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI BIOGASOLINE MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE PIROLISIS

Makalah Kinetika Reaksi dan Katalis, 2022

Biomassa merupakan jenis sumber energi terbarukan yang diperoleh dari materi alami. Energi biomassa adalah jenis bahan bakar yang dibuat dengan mengkonversi bahan biologis seperti tanaman. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau panas. Penggunaan biomassa sebagai bahan bakar yaitu dengan memanfaatkan kandungan lignoselulosa yang berasal dari tanaman dengan komponen utama lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Ampas tebu (bagasse) adalah limbah padat industri gula tebu yang mengandung serat selulosa, Sehingga dilakukan analisa terhadap pemanfaatan Ampas tebu sebagai bahan baku pembuatan biogasoline. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur dan waktu reaksi serta konsentrasi pelarut terhadap yield yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan variasi temperatur 100oC, 140oC dan 180oC, variasi waktu reaksi 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit dan 180 menit serta konsentrasi pelarut 10%, 20% dan 30%. Untuk temperatur 180oC dengan waktu reaksi 180 menit pada konsentrasi 20% didapatkan yield sebesar 65,85 %.

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT KULIT BATANG SAGU (Metroxylon sp) DAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA BERDASARKAN PENAMBAHAN COMPATIBILIZER

2017

Wood is a basic requirement in the industrial activity such as constructions and furniture. While timber production decreased so that required an efficient utilization of wood. The solution to overcome this problem is use of sago bark in the form of composite board. Plastic is a material consisting of artificial inorganic chemicals are quite harmful to the environment so it is necessary to increase the value of plastic. In the process of making composite board using compatibilizer to improve the bonding between the fibers. The study aims to determine the quality of the composite board made from sago bark and polypropylene plastic waste based on addition of compatibilizer. Percentage of compatibilizer used 0%, 2,5%, and 5% of the weight of the plastic. Composite board size was 30 cm x 30 cm x 1 cm with a target density of 0.7g/cm3 at compression 25 kg/cm2 with temperature 180ºC for 10 minutes. Evaluation the physical properties (density, moisture content,thickness swelling and water ...

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG MENJADI BAHAN BAKAR ALTERNATIF BIOETHANOL DENGAN PUPUK NPK DAN RAGI TAPE MELALUI METODE EKSPERIMEN DESAIN FAKTORIAL 2³ SKRIPSI

Ricko Kurnendy. S.T, 2020

Dewasa ini masalah ke terbatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dunia terjadi karena bahan baku yang berasal dari fosil sudah mulai habis dan semakin berkurangnya sumber bahan bakar minyak di Indonesia sedangkan laju penggunaannya semakin meningkat mengakibatkan pemerintah harus memangkas subsidi BBM. Salah satu energi alternatif yang terbarukan dan menjanjikan adalah bioethanol. Metode yang digunakan adalah eksperimen desain factorial 2³. Dalam penelitian ini memilii tujuan yaitu untuk mengetahui kualitas jenis kulit singkong dan mengetahui lama nyala api yang optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas terbaik adalah jenis substrat kulit singkong putih dengan lama fermentasi 192 jam dan nilai Mean 56,775 dan jenis kulit singkong putih untuk nyala apinya lebih lama dibandingkan dengan jenis kulit singkong lainnya yaitu dengan nilai 3,14 menit dengan lama fermentasi 192 jam. Kata kunci : jenis kulit singkong, eksperimen desain faktorial 2³, nyala api.

PROSES PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG KEPOK

Kulit pisang kepok merupakan salah satu limbah pertanian yang belum banyak dimanfaatkan masyarakat. Salah satu kemungkinan pemanfaatannya adalah diubah menjadi sumber energi berupa bioetanol. Dalam kandungan karbohidrat yang cukup tinggi (yaitu 18,5%) limbah kulit pisang kepok mengandung monosakarida terutama glukosa sebesar 8,16 %, oleh karena itu limbah kulit pisang kepok berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol melalui proses fermentasi. Penelitian ini mempelajari proses pembuatan bioetanol dengan mencari kondisi operasi terbaik. Variabel yang digunakan adalah jenis ragi roti dan ragi tape, konsentrasi ragi (1, 2, 3, 4, dan 5% berat umpan), pH (2, 3, 4, 5, dan 6), lama fermentasi (1, 2, 3, 4, dan 5 hari), dan perebusan sebelum fermentasi. Hasil terbaik yang diperoleh dari proses fermentasi kulit pisang kepok ini dengan variable yang digunakan adalah yeast Saccharomyces cerevicae (ragi roti), konsentrasi 3% berat umpan, pH 4, lama fermentasi 2 hari, dan dilakukan perebusan umpan terlebih dulu yaitu sebesar 9,7917%.

PEMBUATAN BIOETANOL DARI UBI KAYU MENGGUNAKAN HIDROLISIS ASAM SULFAT SECARA FERMENTASI DENGAN MIKROBA SACCHAROMYCES CEREVISEAE

Bioetanol merupakan alkohol yang di produksi dari bahan baku tanaman yang mengandung gula, pati, dan serat. Bahan baku tanaman yang mengandung gula (misalnya nira tebu, aren, kelapa), bahan berpati (misalnya sagu, kentang, ubi kayu, ubi ungu, ubi talas, kentang, jagung, dll), bahan berselulosa (misalnya bagase, TKKS) dan bahan berligninselulosa (misalnya rumput gajah, jerami). Etanol atau ethyl alkohol berupa cairan bening tidak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yang besar apabila terurai bebas di lingkungan. Etanol diperoleh dari hasil fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses distilasi. Proses distilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang biasa disebut fuel grade ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol, (Musanif, Jamil). Ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung. Ubi kayu segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air sekitar 60%, pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak 0,5%, dan kadar abu 1%, karenanya merupakan sumber karbohidarat dan serat makanan, namun sedikit kandungan zat gizi seperti protein. Ubi kayu segar mengandung senyawa glokosida sianogenik dan apabila terjadi proses oksidasi oleh enzim linamarase maka akan dihasilkan glukosa dan asam sianida (HCN) yang ditandai

PENGARUH KONSENTRASI FERMENTASI KULIT PISANG KEPOK, DEDAK DAN AZOLLA PINNATA TERHADAP PRODUKTIVITAS PAKAN CACING SUTRA (Tubifex sp) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCRS (SEMI CLOSED RESCULATING SYSTEM) BERTINGKAT

2023

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi fermentasi kulit pisang kepok, dedak dan Azolla pinnata terhadap pertumbuhan biomassa Cacing Sutra (Tubifex sp). Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 Desember 2021 sampai 28 Januari 2022 di Laboratorium Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa. Metoda yang digunakan adalah metoda eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial yang terdiri dari 3 Perlakuan dan 3 ulangan. Hasil Penelitian menunjukkan pertumbuhan Biomassa Cacing Sutra (Tubifex sp) yang tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan rata-rata biomassa mutlak yaitu 108.03 gram, dan yang terendah terdapat pada perlakuan C dengan rata-rata biomassa mutlak yaitu 57,2 gram. Hasil analisis variansi menunjukkan pemberian fermentasi kulit pisang kepok, dedak dan azolla pinnata berpengaruh nyata (significant) (P> 0.05) terhadap biomassa mutlak cacing sutra (Tubifex sp). Populasi tertinggi terdapat pada perlakuan A rata-rata 30.738,03 individu, sedangkan terendah perlakuan perlakuan C rata-rata 15.664,9 individu. Hasil analisis variansi menunjukkan pemberian fermentasi kulit pisang kepok, dedak dan Azolla pinnata ada pengaruh nyata (significant) (P> 0.05) terhadap populasi cacing sutra. Pengukuran kualitas air pH air berkisar antara 6,5-7 dan suhu air berkisar antara 26,6-27,50C Kata kunci: Fermentasi; Biomassa; Populasi; Tubifex sp ABSTRACT: This study aims to determine the effect of fermented concentrations of kepok banana peel, bran and Azolla pinnata on the growth of silkworm (Tubifex sp) biomass. This research was conducted from 15 December 2021 to 28 January 2022 at the Laboratory of the Faculty of Fisheries, Dharmawangsa University. The method used is an experimental method using a non-factorial completely randomized design consisting of 3 treatments and 3 replications. The results showed that the highest growth of Silkworm Biomass (Tubifex sp) was found in treatment A with an average absolute biomass of 108.03 grams, and the lowest was found in treatment C with an average absolute biomass of 57.2 grams. The results of the analysis of variance showed that the fermented banana peel of kepok, bran and azolla pinnata had a significant (P> 0.05) effect on the absolute biomass of silk worms (Tubifex sp). The highest population was found in treatment A with an average of 30,738.03 individuals, while the lowest in treatment C had an average of 15,664.9 individuals. The results of the analysis of variance showed that the fermented banana peel of kepok, bran and azolla pinnata had a significant (P>0.05) effect on the silkworm population. Measurement of water quality water pH ranged from 6.

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS SAGU (Metroxylon sp) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN PERBANDINGAN ASAM SITRAT-SUKROSA

JURNAL HUTAN LESTARI, 2019

The manufacture of particleboards from dregs of sago and natural adhesives of citric-sucrose acid has not been widely reported. The aim of this research to examine the physical and mechanical properties of particleboard from dregs of sago based on particle size and the ratio of citric-sucrose. The dregs of sago used is 8-10 mesh and 20-40 mesh. Natural adhesive is used 20% of the dry weight dregs of sago. The ratio of citric acid-sucrose used varies 0/100, 25/75, 50/50, 75/25, 100/0. The particleboard is made manually consisting of 3 layers (face, core, back) were manufactured in 30 cm x 30 cm x 1 cm, and the target of density was 0,7 g/cm3. The pressing at a temperature of 180oC for 15 minutes, and pressure of 20 kg/cm2. The physical and mechanical properties of particleboard were tested in accordance to standard JIS A 5908-2003 Type 8. The results showed particleboard that physical properties meets the standards is density, moisture content, and thickness development. The particl...

PEMANFAATAN FESES BABI (Sus sp.) SEBAGAI SUMBER GAS BIO DENGAN PENAMBAHAN AMPAS SAGU (Metroxylon spp.) PADA TARAF RASIO C/N YANG BERBEDA

Buletin Peternakan, 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi gas bio dari campuran substrat feses babi dan limbah ampas sagu dengan perlakuan waktu retensi dan taraf rasio C/N yang berbeda yang meliputi temperatur digester, volume gas bio, konsentrasi gas metan dan produksi gas metan, nilai pH, dan produksi VFA. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan bertempat di Desa Sidomulyo, Yogyakarta. Materi yang digunakan adalah 27 unit digester dengan substrat campuran feses babi, ampas sagu, air, dan cairan rumen sebagai inokulum. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi pola split plot dan dilanjutkan dengan uji Duncan's new Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan antara nilai rata-rata. Data volume gas bio, konsentrasi dan produksi gas metan pada perlakuan C/N 20, 25, dan 30 berturut-turut volume gas bio 0,048; 0,049; 0,043 ml, dan konsentrasi metan 12,14; 11,08; 5,39%, serta produksi gas metan 0,0058; 0,0055; dan 0,0023 ml, ini menunjukkan bahwa produksi gas bio yang dihasilkan tidak optimal karena pH dan suhu digester juga tidak optimal yaitu rata-rata berkisar antara 5,8-7,0 dan 26,06-29,78 o C. Produksi asam lemak volatil (asam asetat, propionat dan butirat) meningkat pada waktu retensi hari ke-20 dan menurun hari ke-30, pada taraf rasio C/N 20 produksi lebih tinggi di banding taraf rasio C/N 25 dan C/N 30. Disimpulkan bahwa penambahan ampas sagu pada feses babi sebagai substrat gas bio pada taraf rasio C/N 20 menghasilkan produksi gas bio yang paling baik.