Pendekatan Ilmu Balaghah Dalam Shafwah Al-Tafâsîr Karya ‘Ali Al-Shabuny (original) (raw)

METODOLOGI AL-SHAUKANI DALAM PENTAFSIRAN AL-QUR'AN ANALISIS TERHADAP TAFSIR FATHAL-QADIR

Tafsir Fath al-Qadir merupakan karya monumental daripada Imam Muhammad bin Ali al-Shaukani yang muktabar di kalangan para ahli tafsir. Tafsir Fath al-Qadir adalah salah satu tafsir yag lahir dari kalangan penganut syi'ah zaidiyah. Dalam kajian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan analisis deskriptif yang menganilisis kepada beberapa literatur, kitab-kitab maupun buku-buku untuk selanjutnya mengumpulkan semua data yang diperoleh lalu membuat perincian sebagaimana tertera pada bab-bab selanjutnya. Objek utama penilitian ini adalah kitab Tafsir Fath al-Qadir karangan Muhammad "Ali al-Shaukani. Adapun sumber penulisan yang digunakan di antaranya sumber utama (primary) dan sumber tambahan (sekundary). Sumber utama adalah kitab Tafsir Fath al-Qadir karangan Muhammad Ali al-Shaukani sendiri, sedangkan sumber tambahan di antaranya kitab Tafsir wa al mufassirun karangan Muhammad Husein al-Zahabi, The Biography of al-Shaukani karangan Salahuddin "Ali abd al-Maujud, Metodelogi Tafsir karya mani"Abdul Halim Mahmud. Tujuan penelitian ini adalah untuk mensenaraikan penjelasan tentang metode penulisan Tafsir fath al-Qadir, terkait sumber tafsir, manhaj tafsir juga kecenderungan dalam penafsiran. Juga untuk mengupas dan mengungkapkan beberapa kelebihan serta kekurangan Tafsir Fath al-Qadir. Hasil penelitian ini adalah untuk membuktikan bahawa Tafsir Fath al-Qadir merupakan salah satu tafsir kategori mazmum. Kesimpulannya, Tafsir Fath al-Qadir merupakan salah satu khazanah Islam dalam bidang al-Quran yang agung serta digalakkan untuk terus dipelajari karena sangat luas ilmu juga wawasan yang dapat dipetik darinya.

Karakteristik Penafsiran Muhammad ‘Ali Al-Shabuniy Dalam Kitab Shafwah Al-Tafâsîr

TAJDID : Jurnal Ilmu Keislaman dan Ushuluddin, 2019

This simple article describes the characteristics of Muhammad ‘Ali al-Shabuniy's interpretation in the book Safwah al-Tafâsîr. This discussion is qualitative in nature with a focus on his work, especially in the book Safwah al-Tafasir. This paper analyzes the characteristics of Muhammad ‘Ali al-Shabuniy's interpretation in the book Safwah al-Tafâsîr in the form of stages, methods and patterns of interpretation. From the results of the research conducted it can be concluded that Muhammad 'Ali al-Shabuniy used seven stages in interpreting the Qur'an, namely: Explaining the contents of the letter, munasabah, al-lughah, asbâb al-nuzûl, al-tafsîr, balaghah, and lesson or wisdom contained in the verse. The method of interpretation contained in the book Safwah al-Tafâsîr is the method of tahlîlî and the style of interpretation is adabi wa al-ijtimâ'i.

METODE TAFSIR AL-QURAN BINT SYATHI' (Studi atas Kitab Al-Tafsîr Al-Bayânî Li Al-Qur'an Al-Karîm

Peradaban Islam dibangun atas peradaban teks. Al-Quran menjadi cermin peradaban umat Islam dalam menapaki langkah sejarah. Al-Quran telah menginspirasi para intelektual dan cendekiawan Muslim, sehingga dari teks-teks Al-Quran lahir berton-ton teks yang lainnya. Hal ini menjadi khasanah Islam sebagai salah satu peradaban besar dunia. Sekaligus menunjukan bahwa upaya penarikan makna teks Al-Quran belum dianggap final. Menganggap final sebuah penafsiran Al-Quran, secara filsafat telah menganggap bahwa makna Tuhan terbatas. Upaya rekonstruksi penafsiran terus dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan. Sakralitas terhadap kitab tafsir, mengisyaratkan pengkhianatan terhadap transendensi Tuhan dan ke Maha Kuasaan-Nya. Sebagaimana pendapat Abdul Mustaqim bahwa hakikat tafsir ialah sebagai proses dan produk yang kebenarannya sangat ditentukan dengan konteks ruang dan waktu. 1 Refleksi inilah yang kemudian menyebabkan berbagai intelektual Islam dan non-Islam berlomba-lomba dalam rangka menafsir teks Al-Quran. Wacana penafsiran Al-Quran dari zaman klasik hingga kontemporer menunjukan adanya pergeseran epistemologis yang jelas, baik berupa cara mendekati Al-Quran maupun anggapan terhadap teks Al-Quran. Perjalan tersebut telah membentuk imperium raksasa dan cerminan atas kebesaran peradaban Islam. Gamal Al-Banna berpendapat bahwa kecintaan umat Islam terhadap Al-Quran ikut mengalami pergeseran dari kecintaan terhadap Al-Quran kepada kecintaan terhadap penafsiran Al-Quran (bergerak menjauhi pusat, sentrifugal). Menurutnya pergeseran tersebut menunjukan ketergelinciran dan perbuhan orientasi dari yang asli menunju yang mewakili. 2 Pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam dunia Qur'anic Studies, menggambarkan relativitas penafsiran teks Al-Quran, ditambah dengan berbagai tuntutan situasi kontemporer yang dirasa belum dialami oleh penafsir-penafsir klasik. Alasan inilah yang menyebabkan Bint Syathi seorang mufasir perempuan pertama abad 20 menggeluti dunia tafsir Al-Quran. Berbekal keilmuan sastra Arab, Bint Syathi mencoba mendekati teks-teks Al-Quran dengan metode semantik. Bint Syahti menganggap bahwa setiap bahasa memiliki kandungan keindahan di dalamnya, begitupun dengan Al-Quran. Setiap bahasa memiliki keindahan sastra yang mewakili cita rasa yang tinggi, asli, dan sempurna dalam seni tutur. Al-Quran menurutnya adlah kitab sastra Arab terbesar dengan mukjizat bayan-nya abadi, dan gagasan-gagasannya tinggi. Bagi 1

Ilmu Balaghah: Tasybih dalam Manuskrip “Syarh Fī Bayān al-Majāz wa al-Tasybīh wa al-Kināyah”

JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA

Abstrak - Salah satu kategori manuskrip nusantara adalah manuskrip yang keberadaannya di Indonesia berasal dari pertukaran ilmu para ulama nusantara yang belajar ke Makkah dan Madinah lalu kembali ke tanah air membawa naskah berbahasa arab, kemudian naskah tersebut di pelajari oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan kajian keilmuan.Ungkapan tasybih populer di pakai oleh kalangan pujangga arab sejak masa keemasan karya sastra terukir dalam sejarah periode Jahiliyah. Gaya bahasa tasybih merupakan upaya penutur untuk mengungkapkan sesuatu dengan menyerupakan hal yang ia maksud dengan sesuatu lain yang memilki kesamaan efek dan akibat. Ilmu bayan secara bahasa adalah penjelasan, penyingkapandan keterangan. Sedangkan secara istilahilmu bayan berarti dasar atau kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan macam-macam gaya bahasa.Metode yang di gunakan dalam penelitian ini di bagi menjadi dua tahap, pertama : metode filologi, di gunakan untuk membaca dan menganalisis tek...

Corak Tafsir Balaghi (Studi Analisis Tafsīr Al-Kassyāf 'An Ghawāmiḍ Al-Tanzīl Wa 'Uyūn Al-Aqāwīl Fī Wujūh Al-Ta'wīl karya Abu al-Qasim Az-Zamakhsyari

Zad Al-Mufassirin Vol. 03, No. 1, 2021

This paper aims to find out balaghi's interpretation patterns with analysis through the Tafsīr Al-Kassyāf ‘An Ghawāmiḍ Al-Tanzīl Wa ‘Uyūn Al-Aqāwīl Fī Wujūh Al-Ta’wīl by Abu al-Qasim Az-Zamakhsyari. The method used in this paper is a qualitative approach method with the method of literature study (library research). Based on the discussion, balaghi interpretation patterns can be known by looking at mufassir in interpreting certain verses. In the context of al-Kassyaf's interpretation, AzZamaksyari has a special method of interpreting certain verses including: starting by mentioning the names of letters, makkiyah and madaniyah, Explain the meaning of the letter name, mention the virtues of the letter, include qira'at, explain the language, nahwu, sharaf and other Arabic sciences (tahlili), and interpret the verse by referring to certain opinions and refute interpretations that it considers inappropriate. Keywords: Tafsir Balaghi ; Al-Kassyāf ; Az-Zamakhsyari ; Mufassir

Analisis Metode Tafsir Muhammad Ash-Shabuni dalam Kitab rawâiu’ al-Bayân

Wardah, 2017

When tafseer has not become a separate science, then one of the functions of the Messenger of Allah is being in the midst of companions is to clarify the meaning of the Qur'anic verse that is indeed necessary to explain. There are at least two patterns of tafsir development at that time, the first, companions r.a. were reading and listening to the Quran then they understood the laws, second, Messenger of Allah explained the meaning of the Qur'anic verse accordance with the thinking capacity of the Companions. According to some experts, meodel interpretation of the Messenger of Allah. in answering the questions of the Companions-radliyallahuanhum-in those days have not been written. However, at the end of the life of the Messenger of Allah. has begun to be written down. The testimonies of the Messenger of Allah which were not written was feared that would be mixed among the Koran, the hadith and others. This study attempted to understand the rules of exegesis of Muhammad Ash Shabuni in his commentary Rawa'iu al-Bayan fi Tasair Ayat al-Ahkam min Al-Qur'an. By using the literature study approach, this study in addition to revealing the method of interpretation, also describes the findings and contributions of thought that became one of the references in the science of exegesis.

METODE TAFSĪR AL-ILMĪ (SAINTIFIK) ANTARA KITAB AL-JAWĀHIR FĪ TAFSĪR AL-QUR'ĀN AL-KARĪM DAN TAFSĪR AL-MANĀR [METHOD OF SCIENTIFIC TAFSIR (TAFSĪR AL-ILMĪ) BETWEEN KITAB AL-JAWĀHIR FĪ TAFSĪR AL-QUR'ĀN AL-KARĪM AND TAFSĪR AL-MANĀR

This paper attempts to compare the method of scientific tafsir (tafsir al-'ilm) as developed in kitab al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur'ān al-Karīm: al-Mushtamialā Ajā'ib Badā'i al-Maknūnāt wa Gharā'ib al-Āyāt al-Bāhirah by Shaykh Ṭanṭāwī Jawharī (1862-1940) and Tafsīr al-Qur'ān al-Ḥakīm or Tafsīr al-Manār by Shaykh Muḥammad Rashīd Riḍā (1865-1935) and al-Imām Muḥammad (1849-1905). Both works present rigorous and convincing interpretation based on reason emphasising on rational and scientific understanding of the Qur'an. This paper investigates the background of the interpreters, the scientific worldview they projected, reform ideal they envisioned, and method they outlined in interpreting Qur'anic verses with scientific orientation (ittijāh al-'ilm). These tafsir provide forceful scientific ideas and show substantial aspiration to empower ijtihad (independent reasoning) and istinbat (deduction the law). The comparison analyzes the inspiring method they brought forth in restoring and projecting reason, science, anthropology, sociology and culture and their impact on modern works of tafsir in contemporary ages.. Keywords: Tafsīr al-Qur'ān al-Karīm, rigorous, ijtihad ABSTRAK Kertas ini berusaha membandingkan metode tafsīr al-'ilmī (saintifik) yang digariskan dalam kitab al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur'ān al-Karīm: al-Mushtamil alā Ajā'ib Badā'i al-Maknūnāt wa Gharā'ib al-Āyāt al-Bāhirah oleh Shaykh Ṭanṭāwī Jawharī (1862-1940) dan Tafsīr al-Qur'ān al-Ḥakīm atau Tafsīr al-Manār oleh Shaykh Muḥammad Rashīd Riḍā (1865-1935) dan al-Imām Muḥammad Abduh (1849-1905). Kedua-dua karya ini mengemukakan manhaj tafsir akliah yang mampan yang menekankan kefahaman rasional dan saintifik terhadap ayat-ayat al-Qur'an. Kajian ini akan membincangkan latar belakang pentafsir, pandangan dan pemikiran saintifik yang diangkat dalam karya-karya mereka, idealisme pembaharuan yang digagaskan dan manhaj yang diketengahkan dalam tafsiran ayat-ayat yang berkait dengan ittijāh 'ilm (saintifik). Karya-karya ini merumuskan makna saintifik yang jitu dan menzahirkan apresiasi yang tinggi terhadap upaya ijtihad dan istinbat. Perbandingan ini akan menganalisis kekuatan metode yang dilakarkan dalam mencetus pencerahan

METODE PENAFSIRAN WAHBAH AL-ZUHAYLÎ: Kajian al-Tafsîr al-Munîr

Abstrak: Artikel ini mencoba mengkaji metode penafsiran al-Qur'an yang digunakan oleh Wahbah al-Zuhaylî, seorang pakar hukum Islam, namun ia juga telah menghasilkan sebuah karya monumental dalam bidang tafsir yang berjudul al-Tafsîr al-Munîr fî al-' Aqîdah wa al-Syarî'ah wa al-Manhaj. Dalam penyusunan karya ini, al-Zuhaylî mengkolaborasi beberapa metode. Dilihat dari sumber penafsiran, ia menggabungkan metode Klasik, yaitu tafsîr bi al-ma'tsûr (riwayat) dan bi al-ra'y (ijtihad). Jika ditinjau dari cara penyajian tafsir, ia menggabungkan metode modern, yang merupakan perpaduan antara tahlîlî (analitik), dalam menguraikan aspek bahasa dan sastra, dan metode maudhû'i (tematik), dalam menjelaskan tema-tema tertentu. Corak yang ditawarkan dalam tafsir ini bernuansa fikih, sebagai bias dari latar belakang keilmuan mufasirnya. Namun di sisi lain, nuansa al-âdab al-ijtimâ'i juga tampak begitu kental sebagai upaya untuk menjawab persoalan umat. Abstract: The Method of Wahbah al-Zuhaylî's Qur'anic Commentary: A Study of al-Tafsîr al-Munîr. This article attemps to study the method of commentary of the Qur'an employed by Wahbah al-Zuhaylî, an expert in Islamic law yet has produced a monumental work on the Qur'anic commentary, entitled al-Tafsîr al-Munîr fî al-' Aqîdah wa al-Syarî'ah wa al-Manhaj. In his discussion, al-Zuhaylî collaborates several methods. From the source perspective, the author combines classical methods, namely Tafsîr bi al-ma'tsûr (riwayah) and bi al-ra'y (ijtihad), while in the way of presenting his commentary he employes the modern methods, which constitutes the combination of tahlîlî (analysis), in discussing language and literary aspects, and maudhû'i (theme), in elaborating certain themes. The pattern applied in this work seems to be colored by author's intellectual background, which is Islamic law. Yet, the social aspects (al-âdab al-ijtim'i) are also to have their parts in the discourse in the context of responding to social needs.

Unsur Balaghah dalam Surah An-Naba’ dan An-Nazi’at: Telaah Kitab Shafwah at-Tafsir

Ilmu balaghah merupakan salah satu cabang ilmu dalam kajian Al-Qur"an yang berperan penting dalam mengungkap keindahan dan kekuatan bahasa Al-Qur"an. Surah An-Naba" dan An-Nazi"at adalah dua surah Makkiyah yang sarat akan unsur balaghah yang memperkuat pesan-pesan ilahiah dalam ayat-ayatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur-unsur balaghah yang terkandung dalam kedua surah tersebut berdasarkan penjelasan kitab Shafwah at-Tafsir karya Muhammad Ali As-Shabuni. Kajian ini juga bertujuan untuk menjelaskan bagaimana unsur-unsur tersebut memperkaya pemahaman terhadap pesan-pesan Al-Qur"an. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kualitatif-deskriptif dengan pendekatan studi pustaka. Data dikumpulkan melalui kajian mendalam terhadap kitab Shafwah at-Tafsir serta literatur pendukung lainnya terkait ilmu balaghah dan tafsir. Teknik analisis data melibatkan identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi unsur-unsur balaghah, seperti tasybih (perumpamaan), isti"arah (metafora), kinaayah (sindiran halus), dan uslub al-qashr (gaya pengkhususan) yang terdapat dalam ayat-ayat surah An-Naba" dan An-Nazi"at. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua surah ini kaya akan unsur balaghah yang tidak hanya memperindah susunan bahasa, tetapi juga memperkuat makna dan pesan yang disampaikan. Misalnya, penggunaan tasybih pada ayat tertentu menekankan kebesaran dan kekuasaan Allah, sedangkan isti"arah memberikan gambaran yang hidup tentang hari kiamat dan kehidupan akhirat. Kitab Shafwah at-Tafsir memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai fungsi retoris dari unsur-unsur tersebut, sehingga memperdalam pemahaman pembaca terhadap keindahan dan makna Al-Qur"an. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan unsur-unsur balaghah dalam Surah An-Naba" dan An-Nazi"at memberikan kontribusi besar terhadap kekuatan pesan Al-Qur"an secara estetis maupun maknawi. Kajian ini menegaskan bahwa kitab Shafwah at-Tafsir adalah salah satu referensi penting dalam memahami hubungan antara ilmu balaghah dan tafsir Al-Qur"an secara mendalam. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengkaji Al-Qur"an untuk lebih memahami dan menggali keindahan bahasa dalam kitab suci.