Pengaruh Rintis Alergi terhadap Kelelahan Bersuara pada Remaja (original) (raw)
Related papers
Faktor Risiko Kejadian Rinitis Alergi pada Anak
Medical Profession Journal of Lampung
Rinitis alergi termasuk salah satu masalah kesehatan global yang mempengaruhi hampir 400 juta orang di dunia dengan prevalensi 8,38% pada anak dan 14,93% pada remaja, sedangkan di Indonesia angka kejadian rinitis alergi mencapai 38%. Rinitis alergi merupakan suatu gejala klinis yang timbul ketika membran mukosa hidung terpapar suatu alergen dan menginduksi respon inflamasi yang diperantarai oleh sistem imun. Rinitis alergi dapat dipicu oleh beberapa faktor, termasuk faktor individu dan lingkungan yang dapat menyebabkan sensitisasi ulang dan perkembangan penyakit. Faktor risiko utama rinitis alergi adalah adanya riwayat atopi pada keluarga, terutama riwayat rinitis alergi pada kedua orang tua. Adanya dermatitis atopik, asma, paparan asap kendaraan, rokok dan debu rumah, serta obesitas dapat menjadi faktor yang meningkatkan risiko kejadian rinitis alergi pada anak. Faktor risiko tersebut memiliki mekanisme masing-masing dalam meningkatkan risiko rinitis alergi dan memiliki tingkat ris...
Gangguan Berbicara Psikogenik Pada Penderita Latah
Jurnal Sasindo UNPAM, 2019
Abstrak Bahasa menjadi bagian penting dalam kehidupan, setiap hari manusia menggunakan bahasa sebagai media berkomunikasi. Adapun kelatahan berbicara yang terjadi pada seseorang menjadi faktor penghambat dalam suatu proses komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk bahasa dan karakteristik berbicara latah pada karyawan men’s wear Sogo Plasa Senayan. Penelitian ini menggunakan pendekatan morfosintakasis dengan tujuan agar dapat diketahui bentuk bahasa serta penggunaan profaniti yang menjadi karakteristik berbahasa latah. Dalam pada itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk bahasa latah dapat berupa kata, frasa, klausa dan kalimat. Sementara karakteristik berbahasa latah dapat berupa kata makian seksual dan kata makian ringan. Kata kunci: psikolinguistik, latah, morfosintaksis, profaniti
2015
Yahya Kholid. Medical Programme. Prevalence and Risk Factors of Allergic Rhinitis in 13-14 Years Old in East Ciputat with International Study of Asthma and Allergy in Childhood (ISAAC) Questionnaire 2013. Many of international organization studied about prevalence of allergic rhinitis such as State of World Allergy and ISAAC. In Indonesia, ISAAC (2001 at Jakarta) found prevalence of allergic rhinitis about 26,71%. Purpose of this study is to find number of prevalence of allergic rhinitis in East Ciputat in children 13-14 years old with ISAAC questionnaire at 2013 and to know about risk factors of allergic rhinitis. This study use categorical descriptive and with cross sectional design study. And as result is prevalence of allergic rhinitis in 13-14 years old school children at East Ciputat in 2013 are 25,20%. By having cat have correlation with allergic rhinitis but other risk factors have no correlation with it .
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan, 2023
Allergic rhinitis is a symptomatic disorder due to allergen exposure by IgE causing inflammation of the nasal mucosa with symptoms of sneezing, nasal congestion, rhinorrhea and itching of the nose. Allergic rhinitis may impair health, diminish quality of life and create physical and emotional issues of patients. This study aims to determine the relationship between allergic rhinitis and quality of life. The type/design of this study was analytic observational with a cross-sectional design. The population of this study was teachers at SDN Banda Sakti District, Lhokseumawe City with a total sample of 221 people. Data collection used the Score for Allergic Rhinitis (SFAR) questionnaire for the diagnosis of allergic rhinitis and The Short-From-36 (SF-36) questionnaire to assess quality of life. In this study found 60 people who suffered from allergic rhinitis and 161 people who did not suffer from allergic rhinitis. Out of 60 people suffering from allergic rhinitis, 39 people (65%) had a bad quality of life and 21 people (35%) had a good quality of life, while out of 161 people who did not suffer from allergic rhinitis, 14 people (8.7) had a bad quality of life and 147 people (91.3%) have a good quality of life. Then obtained respondents with good quality of life 168 people (76%) and bad quality of life 53 people (24%). Bivariate analysis findings showed p value <0.05 and OR = 19.500. The conclusion of this study show there is a relationship between allergic rhinitis and the quality of life of SDN teachers in Banda Sakti District, Lhokseumawe.
Efektivitas Perlakuan Bernyanyi Untuk Mengurangi Perilaku Meltdown/Temper Tantrumpada Remaja Autis
Imaji, 2016
Penelitian ini dilakukan untulk mengkaji efektivitas perlakuan pengaruh bertujuan untuk mengurangi perilaku meltdown/temper tantrum,pada remaja autis dengan memberikan perlakuan bernyanyi melalui desain eksperimen subjek tunggal ABA. Pada penelitian ini menggunakan teori copingdalam strategi emotion-focused coping, dimana perlakuan bernyanyi dijadikan media bagi penyandang autis untuk pengalihan emosi negatif menjadi positif sehingga perilaku meltdown/temper tantrum menjadi berkurang. Subjek penelitian seorang remaja perempuan penyandang autis yang berusia 16 tahun memiliki perilaku meltdown/temper tantrumyang khas. Penelitian ini dilakukan selama 30 kali pertemuan dengan perincian untuk baselinesebanyak 10 kali, treatmentsebanyak 10 kali, mengulangbaselinesebanyak 10 kali. Subjek diberikan perlakuan bernyanyi selama 120 menit selama 10 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan perilaku meltdown/temper tantrum setelah diberikan perlakuan bernyany...
Alergi Dan Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Negeri
Allergy and helminthiasis are having a unique relationship and more need to be studied. Helminthiasis can have' no, positive, or negative relation with allergy. Objective of the study is to identify the relationship between helminthiasis and atopic by determining human total IgE serum and identify historical recall of allergy in childhood. This is a cross sectional study conducted on March-April 2011. The sample were 3-5 grade elementary school children in Sekolah Dasar Negeri Kampung Baru sub district of Kusan Hilir district of Tanah Bumbu, South Kalimantan. Stool and blood serum specimen were collected from the samples. International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISSAC) questionaires were interviewed to their parent. Stools were checked-out through microscope by using Kato technique to found the worm eggs the Human total IgE serum was measured by ELISA. Results of the interview were used to determine allergic status in children. Result showed the percentage of at...
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana, 2011
Latar belakang: Lingkungan sekolah yang bising selain mempengaruhi konsentrasi belajar-mengajar, dapat juga menyebabkan masalah bersuara pada guru. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh bising lingkungan sekolah dan intensitas suara mengajar terhadap kelelahan bersuara pada guru di beberapa sekolah dasar negeri di kota Medan. Metode: Desain penelitian ini adalah studi kasus kontrol dengan subjek penelitian 90 guru yang mengajar di sekolah yang terpajan bising dan sekolah yang tidak terpajan bising di kota Medan. Tingkat kelelahan bersuara diidentifikasi melalui skor voice handicap index (VHI). Uji statistik yang digunakan uji t, uji X 2 dan uji regresi logistic multinomial. Hasil: Rerata intensitas bising pada kelompok kasus sebesar 80,8 dB, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 54,6 dB. Intensitas suara guru saat mengajar, masing-masing sebesar 79,6 dB dan 61 dB. Gangguan kelelahan bersuara pada kedua kelompok tergolong ringan, dengan skor VHI sebesar 20-40 untuk kedua kelompok (p=0,03). Setelah dilakukan analisis statistik terhadap variabel yang diduga mempengaruhi skor VHI dengan menggunakan uji X 2 , didapatkan hubungan yang bermakna antara intensitas bising sekolah (p=0,03) intensitas suara guru (p=0,03) dan jenis kelamin (p=0,01) dengan skor VHI. Hasil uji regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa hanya intensitas bising sekolah (OR=3,4, IK95%= 1,05-10,94) dan intensitas suara guru (OR=3,2, IK95%=1,04-10,07) berpengaruh terhadap gangguan kelelahan bersuara. Kesimpulan: Guru yang mengajar di sekolah yang terpapar bising memiliki risiko kelelahan bersuara 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan guru di sekolah yang tidak terpapar bising, dan guru dengan intensitas suara yang tinggi saat mengajar akan mengalami kelelahan bersuara 3,2 kali lebih sering dibandingkan guru dengan intensitas suara rendah.
Insidens dan Karakteristik Otitis Media Efusi pada Rinitis alergi anak
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Latar belakang. Rinitis alergi merupakan masalah kesehatan global yang diderita oleh 10% sampai 25% penduduk dunia. Rinitis alergi sering dihubungkan dengan penyakit lain seperti otitis media efusi (OME), namun perannya masih diperdebatkan. Pada anak-anak, OME kadang-kadang bersifat asimtomatik. Namun jika hal ini tidak cepat dikenali dan diatasi maka akan menjadi faktor predisposisi gangguan bicara di kemudian hari. Oleh karena itu, perlu mendeteksi lebih dini gangguan telinga tengah yang berkaitan dengan rinitis alergi. Tujuan. Mengetahui insidens dan karakteristik OME pada pasien rinitis alergi anak usia 4-14 tahun. Metode. Penelitian deskriptif potong lintang pada 64 anak rinitis alergi usia 4-14 tahun di Poliklinik Alergi Imunologi Departemen IKA RSCM. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, uji kulit, dan pemeriksaan laboratorium serta timpanometri. Hasil. Berdasarkan klasifikasi Liden and Jerger (timpanogram tipe B untuk OME, timpanogram tipe C untuk gangguan fungsi tuba Eustachius (TE)), OME ditemukan pada 11 dari 64 pasien rinitis alergi (17,2%) dan 10 pasien (15,6%) menderita gangguan fungsi TE. Laki-laki 7 dari 11 pasien, lebih banyak diderita pada anak usia 4-6 tahun (6 dari 11 pasien). Rinitis alergi merupakan riwayat atopi terbanyak dalam keluarga (9 dari 11 pasien), sebagian besar pasien OME tidak mengeluh gangguan telinga (8 dari 11 pasien) dan semua pasien yang asimtomatik berusia kurang dari 10 tahun. Pasien dengan OME lebih sedikit terpapar asap rokok (4 dari 11 pasien), sebagian besar tidak memelihara anjing dan kucing (9 dari 11 pasien), semua pasien dengan OME memiliki kadar IgE total meningkat, dan uji kulit positif. Kesimpulan. Insidens OME pada rinitis alergi anak 17,2%. Didominasi oleh laki-laki, usia 4-6 tahun, asimtomatik, peningkatan IgE dan eosnofil total serta uji kulit positif. (Sari Pediatri 2008;10(3):212-8). Kata kunci: rinitis alergi, otitis media efusi, gangguan fungsi tuba Eustachius
Korelasi antara Kadar Eosinofil Sekret Hidung dan Darah Tepi pada Anak dengan Rinitis Alergika
Sari Pediatri, 2016
Latar belakang. Pada pasien rinitis alergika dapat ditemukan eosinofil di sirkulasi darah maupun pada sekret hidung. Belum diketahui apakah terdapat hubungan dua hal tersebut pada rinitis alergikaTujuan. Membuktikan adanya korelasi antara eosinofil sekret hidung dan eosinofil darah tepi pada anak dengan rinitis alergika.Metode. Rancangan penelitian cross sectional dengan subyek penderita rinitis alergika anak pada poliklinik RSUP dr. Kariadi dan RSUD Kota Semarang yang didiagnosis sesuai dengan kriteria ARIA 2008. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling. Dilakukan pengukuran kadar eosinofil sekret hidung dan eosinofil darah tepi. Kadar eosinofil diinterpretasikan dalam bentuk persentase. Kadar eosinofil dianalisis menggunakan uji korelasi Spermann untuk menentukan adanya korelasi antara kadar eosinofil pada sekret hidung dan darah tepi pada anak dengan rinitis alergika.Hasil. Didapatkan 34 anak rinitis alergika. Median kadar eosinofil sekret hidung 1,0 (0-5,0)%, kadar eo...
Efektivitas Edukasi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Dalam Penanganan Rinitis Alergi
Jurnal Ilmiah Manuntung, 2018
Allergic rhinitis is a common disorder of the breathing that can affect one's productivity and shock. Therefore it is necessary knowledge in self-management to eliminate exposure to allergens that can increase the symptoms of allergic rhinitis. The purpose of this study is to determine the effectiveness of education in improving public knowledge about drugs allergic rhinitis. The research method is experimental pre-sampling with adult sampling through purposive sampling. Measurement of experience conducted for 3 times, ie before getting education (pre test), post-education (post test), and one month after received education (follow up test). The research conducted in May-July 2016, involving 30 people. The results showed that there were significant differences between pre test and post test (0,000