Gambar Cadas Antropomorfik di Kepulauan Maluku (original) (raw)

Lukisan Cadas: Simbolis Orang Maluku

Lukisan cadas di Maluku memiliki inti makna dan simbol dalam siklus hidup Orang Maluku pada masa lampau, sekarang dan masa-masa yang akan datang. Tinggalan arkeologi lukisan cadas merupakan interprestasi kebudayaan masa lampau, dimana konstruksi nilai yang terkandung didalamnya adalah bagian integral dari sistim sosial budaya manusia masyarakat Maluku. Nilai-nilai yang terkandung adalah nilai kekerabatan, religi, pengelompokkan, pengetahuan, bertahan hidup (survival strategy). Lukisan cadas yang ada di Ohoidertawun, Wamkana dan Teluk Saleman telah memberikan petunjuk bahwa ada fase-fase perkembangan masyarakat manusia setiap masa. Penelitian tentang bagaimana lukisan cadas sebagai tinggalan arkeologis, sebagai dampak sistem nilai budaya dan struktur lukisan cadas itu sendiri. Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sistem sosial nilai budaya dan struktur lukisan cadas Orang Maluku. Studi literatur menjadi acuan utama penelitian tersebut, dengan mengutamakan data terdahulu dan kini. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa tinggalan arkeologis lukisan cadas telah memberikan kontribusi makna bagi sosial budaya Orang Maluku, diantaranya makna identitas, peradaban dan pluralitas atau kemajemukan.

Mushaf Kuno Nusantara -Sulawesi & Maluku

, sebagai salah satu unit eselon 2 di bawah Badan Litbang dan Diklat, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) juga memiliki sejumlah peneliti yang bertugas melakukan penelitian terhadap Al-Qur'an, atau tema-tema yang berkaitan de ngan kitab suci tersebut. Salah satu penelitian penting yang dilakukan peneliti LPMQ adalah penelitian mushaf kuno Nusantara. Penyalinan Al-Qur'an kuno di Nusantara sendiri telah dimulai sejak akhir abad ke-13, ketika Pasai secara resmi menjadi kerajaan Islam. Hal ini dicatat dalam Rihlah Ibnu Batutah (1304-1369 M) ketika berkunjung ke Aceh sekitar tahun 1345 dan melaporkan bahwa Sultan Aceh sering menghadiri acara pembacaan Al-Qur'an di masjid. Meskipun demikian, di Asia Tenggara, mushaf tertua yang diketahui hingga kini adalah sebuah mushaf bertahun 1606 M, berasal dari Johor, Malaysia, yang kini terdapat di negeri Belanda. Di Indonesia sendiri, sepanjang yang diketahui, mushaf Al-Qur'an tertua adalah sebuah mushaf yang selesai ditulis pada hari Kamis, 21 Muharram 1035 H (23 Oktober 1625 M). Penyalinnya, seperti yang tercantum pada kolofon di akhir mushaf, adalah Abd as-Sufi ad-Din. Mushaf tersebut adalah milik Muhammad Zen Usman, Singaraja, Bali. Penulisan dan penyalinan Mushaf Al-Qur'an di Nusantara biasanya disponsori oleh salah satu dari tiga pihak, yaitu kerajaan (kesultanan), pesantren, dan elite sosial. Oleh karena itu, pada zaman dahulu banyak Mushaf Al-Qur'an yang ditulis oleh para ulama dan khatat atas perintah raja atau sultan di suatu tempat,

GAMBAR CADAS ANTROPOMORFIK DI KEPULAUAN MALUKU (STUDI KASUS DI PULAU KAIMEAR DAN KISAR, MALUKU

Amerta , 2021

The Maluku Islands Cluster consists of a group of large and small islands located horizontally and vertically between the equator. These geographical conditions make the Maluku Islands as one of the characters of archipelagic rock image sites in Indonesia. This paper presents the shape and distribution of anthropomorphic rock images in the Maluku Islands in the Wallacea Region. The research location covers the southeastern part of the Maluku Islands, namely Kaimear Island and Kisar Island, Maluku Province. The purpose of this paper is to determine the shape and distribution of anthropomorphic rock images in the Maluku Islands. This study used the descriptive qualitative method. The data used is a combination of data obtained from research in 2014-2019. The results show that there are eighty forms of human rock images scattered on sites on

Arkeologi Kepulauan Maluku

Kapata Arkeologi, 2016

Archaeological cultural resources in the Maluku Islands consist of a variety of aspects, including Prehistoric, Historic, Islamic, colonial and Ethnoarchaeology. These aspects are categorized in helping the mapping of archaeological research in the Maluku Islands. Functional structural archaeological remains integrated in the cultural unity of the social system as a symbolic interaction. Maluku Archipelago covers the two areas, namely Maluku and North Maluku. The problem this paper is how archaeological resources can show the interpretation of symbolic interaction. Archaeological remains (cultural resources); dolmen, caves, castles, old country/old settlement, menhirs, sultanate, Kapata / folklore is the basic structure of cultural understanding in the Maluku Islands. The goal is to know and understand the remains, archaeological remains were able to reconstruct the culture of human society Maluku Islands. Approach to research using library study. From the research that archaeologic...

Gambar Cadas DI Gua Mardua, Kalimantan Timur

Abstrak. Gambar cadas banyak ditemukan di wilayah bagian timur Indonesia seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. Pada 1994 tim arkeologi gabungan Indonesia-Perancis berhasil menemukan situs gambar cadas pertama di KalimantanTimur, tepatnya di Gua Mardua. Tulisan ini membahas tipologi gambar cadas melalui pendekatan induktif-deskriptif untuk kemudian disintesakan dalam upaya mengetahui pemanfaatan gua-gua dan fungsi gambar cadas pada masa itu. Hasil akhir kajian ini adalah diketahui adanya dua komunitas yang berbeda yang pernah menghuni Gua Mardua, yang mengaplikasikan tipe gambar yang berbeda pula. Abstract. ROCK ARTS OF GUA MARDUA IN EAST KALIMANTAN. Rock arts are mainly found in the eastern part of Indonesia such as South Sulawesi, Southeast Sulawesi, the Moluccas, and Papua. In 1994 a joint archaeological team Indonesia-France discovered the first rock art site in East Kalimantan, which was in the Gua Mardua. This article discusses the typology of rock art...

Potensi Arkeologis Kepulauan Maluku

Amerta Berkala Arkeologi, 2015

Kepulauan Maluku dikenal dunia sebagai tempat produksi, jalur, dan tujuan pencarian rempah oleh negara-negara Eropa pada periode perdagangan masa lampau. Beberapa negara seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris telah memberi pengaruh perkembangan peradaban di Kepulauan Maluku. Beberapa penelitian di situs-situs bekas kerajaan Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo, dan bekas tempat kekuasaan lokal Orang Kaya di Banda telah memberi gambaran potensi sumberdaya budaya dan arti penting situs-situs itu bagi sejarah Nusantara. Belum semua informasi atau data yang diperoleh langsung dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas dengan berbagai media komunikasi. Untuk itu diharapkan data dan informasi yang ada dapat dimanfaatkan untuk kepentingan berbagai hal. Metodenya dengan memperlihatkan nilai penting dari hasil penelitian situs dan tinggalannya serta memberikan berbagai bentuk pemanfaatannya. Hasil pemanfaatannya antara lain melalui media penyaluran informasi publikasi, pengeluaran peraturan/ kebijakan, tata lingkungan, pengembangan wisata, program pendidikan, pengembangan konsep baru, pengembangan museum. Regulasi yang lebih membuka peluang peran publik dalam pengelolaan dan penyajian benda budaya juga masih perlu dikembangkan.Termasuk di dalamnya peningkatan berbagai bentuk program pameran, pendidikan, dan event yang lebih berorientasi kepada masyarakat. Abstract. Archaeological Potency of Maluku Islands and Its Utilitations. Maluku islands is known to the world, especially European countries, as a producer, part of trade route, and destination of spices during the trade period in the past. Some countries such as Portugal, Spain, the Netherlands, and the United Kingdom have influenced the development of civilization in the Maluku islands. Several studies on the sites of the former kingdoms of Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo, and the former site of the local authority of the rich society in Banda has given an overview of cultural resource potential and importance of the sites for the history of the archipelago. Not all the information or data obtained can be utilized directly for the benefit of the wider community with diverse communication media. Therefore it is hoped that the available data and information can be utilized for various purposes by showing their important values of sites and their finds as well as the variety of proper uses, among others publications, issuance of regulations/policies, environmental management, tourism development, educational programs, development of new concepts, or establishing and improving museums. Regulations that provide more opportunity for public involvement in management and display of cultural heritage items – such as exhibitions, education, and events that are more community-oriented – also need to be made.

Sketsa Arkeologi Islam di Maluku: Tema dan Implementasi Penelitian

Kapata Arkeologi, 2016

Penelitian arkeologi Islam di Maluku, merupakan ranah penelitian yang memiliki beragam lingkup dan cakupan kajiannya, karena memiliki dimensi yang luas, antara lain sosial, ekonomi, politik, selain tentu saja religi dan ideologi. Namun luasnya cakupan dalam perspektif horizontal, belum diimbangi oleh penggarapan penelitian yang mendalam (vertikal), sehingga penelitian arkeologi Islam, masih merupakan kepingan atau serpihanserpihan dalam sebuah mozaik hasil penelitian. Implementasi penelitian yang sudah berjalan, baru terbatas menggarap isu-isu pada tataran permukaan, sehingga berbagai hasil kesimpulan tentang peradaban Islam di Maluku., sementara ini baru menampilkan perwajahan Islam yang general. Interpretasi dan kesimpulan yang selama ini dihasilkan, lebih banyak bersandar oleh dukungan data dari lintas batas disiplin ilmu, yang bagaimanapun merupakan kekuatan dari pendekatan arkeologi sejarah. Dari penelitian arkeologi Islam yang sudah dilakukan, pendekatan lintas displin ilmu ya...

Morfologi Urban Artefak Kampung Kota

MARKA (Media Arsitektur dan Kota) : Jurnal Ilmiah Penelitian, 2020

This paper discusses the morphology of urban kampong which includes the morphology of urban urban kampong artifacts, by first defining what urban kampong morphology is. The discussion in this paper is still general and can still be developed more about the morphology of urban artifacts in urban kampong. Kampung kota is part of an urban area that has Indonesian characteristics. This paper uses the method of studying literature using several references related to morphology. And the references used are those related to morphology and urban kampong. The result of this paper is that the morphology of urban kampong artifacts is that settlements in a city generally occur unplanned. Unplanned parts of urban areas are referred to as settlements that make up cities with morphological principles consisting of streets, plots and buildings.

Mushaf Kuno Nusantara -Sumatera

memiliki sejumlah peneli yang bertugas melakukan peneli an terhadap Al-Qur'an, atau tema-tema yang berkaitan dengan kitab suci tersebut. Salah satu peneli an pen ng yang dilakukan peneli LPMQ adalah peneli an mushaf kuno Nusantara. Penyalinan Al-Qur'an kuno di Nusantara sendiri telah dimulai sejak akhir abad ke-13, ke ka Pasai secara resmi menjadi kerajaan Islam. Hal ini dicatat dalam Rihlah Ibnu Batutah (1304-1369 M) ke ka berkunjung ke Aceh sekitar tahun 1345 dan melaporkan bahwa Sultan Aceh sering menghadiri acara pembacaan Al-Qur'an di masjid. Meskipun demikian, di Asia Tenggara, mushaf tertua yang diketahui hingga kini adalah sebuah mushaf bertahun 1606 M, berasal dari Johor, Malaysia, yang kini terdapat di negeri Belanda. Di Indonesia sendiri, sepanjang yang diketahui, mushaf Al-Qur'an tertua adalah sebuah mushaf yang selesai ditulis pada hari Kamis, 21 Muharram 1035 H (23 Oktober 1625 M). Penyalinnya, seper yang tercantum pada kolofon di akhir mushaf, adalah Abd as-Sufi ad-Din. Mushaf tersebut adalah milik Muhammad Zen Usman, Singaraja, Bali. Penulisan dan penyalinan Mushaf Al-Qur'an di Nusantara biasanya disponsori oleh salah satu dari ga pihak, yaitu kerajaan (kesultanan), pesantren, dan elite sosial. Oleh karena itu, pada zaman dahulu banyak Mushaf Al-Qur'an yang ditulis oleh para ulama dan khatat atas perintah raja atau sultan di suatu tempat, seper di Kerajaan Islam Aceh, Demak, Gowa, Maluku, dan Bima. Dalam kaitan ini, peneli LPMQ selama kurang lebih lima tahun telah melakukan peneli an dan sekaligus digitalisasi mushaf kuno Nusantara, baik yang berada di museum, masjid, pesantren, surau, kesultanan, hingga koleksi perorangan. Sekitar 400 an mushaf kuno Nusantara berhasil dikumpulkan dan didokumentasikan. Wilayah-wilayah yang menjadi tempat peneli an mencangkup seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur. Mengingat banyaknya naskah yang Sambutan telah dikumpulkan dan diteli , maka LPMQ merasa perlu menerbitkan buku yang berkaitan tentang mushaf kuno yang dalam penerbitannya kali ini dibuat berdasarkan wilayah. Edisi pertama ini memuat mushaf kuno wilayah Sumatera yang tediri dari Aceh,