Kajian Penambahan Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang (original) (raw)

Strategi Meningkatkan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kabupaten Semarang

EFFICIENT Indonesian Journal of Development Economics, 2018

According to the laws of Indonesia No. 26 in 2007, about Spatial, article 29 paragraph 1 and 2 mentioned that the proportion of open green space in the city area of at least 30% of the total area of the city and the proportion of open green space in the public areas of the city at least 20% of the total area of the city. This research consists of 9 keyperson consisting of academics/researchers, private, Government, and society. As for the research method used is descriptive analysis with the method of Analysis Hierarchy Process (AHP). Research results concluded Analysis Hierarchy Process (AHP) can be seen that the increase in open green space strategies public in Semarang is composed of several criteria the programs in priority in its formation: first social criteria (the value weights 0,318), the second policy criteria), (value weighted 0,283), the third criteria of ecology (value weighted 0,270), four economic criteria (the value weights 0,129). Obstacles in the strategy increased...

Sebaran Ruang Terbuka Hijau dan Peluang Perbaikan Iklim Mikro di Semarang Barat

2010

The purpose of the research was detecting green open space (GOS) spread and micro climate condition at Semarang Barat, with vegetation spread and street lane area as the object of the research. Population characteristic consisted of vegetation area spread, mainly on the shaded trees composition and micro climate condition by using purposive sampling technique. The research used descriptive ecologycal approach. The result described that Semarang Barat vegetation spread is included as sparse vegetation, predominantly by squat vegetation composition with infrequent tree density. Micro climate conditon is categorized as contented climate, but on edge at the daylight. The condition is infl uenced by least along the street; consequently the micro climate of temperature is high with low humidity. Semarang Barat GOS is 17,1%, so the spacious should be 10,0% enhanced to gain 27,1% GOS to create a better climate. It is suggested to increase squat vegeta...

Evaluasi Ruang Terbuka Hijau di Kota Pekanbaru

Planta Tropika: Journal of Agro Science, 2015

Perkembangan kota sering menggeser keberadaan ruang publik, sehingga kuantitas dan kualitas ruang terbuka khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang berdampak ke berbagai sendi kehidupan perkotaan antara lain sering terjadinya banjir, peningkatan pencemaran udara, dan menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2010). Secara sistem, RTH kota berfungsi menunjang keamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam. RTH kota pada umumnya terdiri dari ruang pergerakan linear atau koridor dan ruang pulau atau oasis (

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Salatiga

Upaya inovatif pembangunan kota dewasa ini yang semakin pesat yang membawa konsekuensi makin meningkatnya kebutuhan lahan untuk kebutuhan lahan untuk mengakomodasi pembangunan dan perkembangan kota tersebut. Lahan-lahan kosong potensial yang selama ini cukup tersedia menjadi semakin menurun.

Arahan Peningkatan Kualitas Ruang Terbuka Hijau Publik Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda

Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota

Kurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) publik akibat keterbatasan ruang kota di samping kebutuhan masyarakat terhadap kualitas RTH publik merupakan tantangan yang terjadi di Kecamatan Samarinda Seberang. Kualitas RTH publik yang ada perlu ditingkatkan untuk menciptakan kawasan hunian yang aman, nyaman, segar dan asri. Oleh karena itu, arahan peningkatan kualitas RTH publik berdasarkan prioritas persepsi masyarakat di Kecamatan Samarinda Seberang diperlukan untuk menjawab tantangan yang ada. Untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan 3 tahapan analisis. Pertama, identifikasi pengelompokan persepsi terhadap RTH publik dengan menggunakan analisis cluster. Kedua, dilakukan analisis evaluasi kualitas RTH Publik berdasarkan persepsi masyarakat dengan analisis importance performance analysis (IPA). Terakhir, dirumuskan arahan peningkatan kualitas RTH publik berdasarkan faktor penting yang teridentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Kelompok 1 diperlukan peningkatan R...

Kajian Perubahan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau DI Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Berbasis Interpretasi Citra Satelit

Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning, 2014

Increasing the number of population in the District Tembalang, Semarang in 1991-2010 has implications for the increase of space for settlement and infrastructure that impact on the reduced number of green space. District Tembalang needs special attention, especially in the provision of green space because it is one of the fast developing area in the Semarang. Based on the above problems, the research question arises, how changes in the availability of green space in the District Tembalang? The purpose of this study is to assess the changes in availability of green space in the District Tembalang, Semarang during the period of 12 years i.e from 1999 till 2011. This study uses remote sensing techniques by performing image interpretation using ArcGIS 9.3 software and using data satellite imagery of District Tembalang 1999 and Ikonos Satellite Imagery 2011. Based on the analysis, an area of green space in the District Tembalang in 1999 was 3214, 86 ha and in 2011 was 3017,73 ha. The decrease of green space area during the period of 1999-2011 is 197.13 Ha. One of the recommendations of this study is the need to control the development activity, according to the land use planning based on RDTRK (urban planning documents) Semarang to maintain the availability of green space Abstrak: Peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Tembalang Kota Semarang pada tahun 1991-2010 berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan ruang untuk permukiman dan sarana prasarana yang berdampak pada berkurangnya jumlah RTH (ruang terbuka hijau). Kecamatan Tembalang perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam penyediaan RTH karena merupakan salah satu kawasan cepat berkembang di Kota Semarang. Berdasarkan permasalahan diatas, maka muncul pertanyaan penelitian, bagaimana perubahan ketersediaan RTH di Kecamatan Tembalang?". Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan ketersediaan RTH di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang selama kurun waktu 12 tahun yaitu dari tahun 1999 s.d tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik penginderaan jauh dengan cara melakukan interpretasi citra menggunakan software Arcgis 9.3 dengan menggunakan data

Evaluasi Pengembangan Wilayah Ruang Terbuka Hijau Sebagai Daya Dukung Lingkungan Kota Surabaya

Swara Bhumi, 2014

Perkembangan Kota Surabaya menyebabkan lahan terbangun di wilayah ini cenderung meningkat. Sebaliknya Ruang Terbuka Hijau semakin menurun, Hal ini harus diantisipasi karena dapat menyebabkan peningkatan suhu udara dan penurunan kenyamanan, Adanya distribusi suhu kota dengan pinggir kota yang sangat berbeda ini kemudian dikenal dengan istilah Urban Heat Island (UHI). Fenomena UHI ditandai dengan adanya suatu daerah yang memiliki suhu yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu sekitar. Umumnya suhu udara tertinggi terdapat di pusat kota atau kawasan industri dan akan menurun secara bertahap ke arah daerah pinggir kota. Pengembangan RTH merupakan solusi untuk mengembalikan kondisi ekologis suatu kota.

Potensi Ruang Sempadan Sungai Untuk Pemenuhan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Semarang

Jurnal Planologi, 2021

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan keberadaannya sangat penting tidak hanya dari sisi estetik, dan ekologis, tetapi juga secara sosial dan ekonomi. Keberadaan ruang ini, menjadi sangat langka dan sulit untuk dipenuhi, akibat kurangnya langkanya lahan di perkotaan. Upaya pemenuhan RTH secara umum hanya didasarkan pada pertimbangan pemenuhan angka 30% luas perkotaan dengan perincian 20% publik dan 10% RTH privat, tanpa melihat detailnya sesuai dengan pedoman teknis yang berlaku di Indonesia. Kajian potensi RTH sempadan sungai ini berlokasi di Kota Semarang, dengan pendekatan perhitungan terinci sesuai standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008. Identifikasi luasan dibantu dengan alat analisis GIS yang di triangulasikan dengan data primer dan sekunder. Hasil perhitungan yang menunjukkan ada potensi yang cukup besar untuk RTH sempadan sungai sebesar 11,95% (dari yang seharusnya 1,5% bersama RTH fungsi tertentu lainnya). Potensi kelebihan ini sebagian tentu bisa diman...