Manajemen Pengelolaan Warisan Budaya: Evaluasi Hasil Penelitian Pusat Arkeologi Nasional (original) (raw)

Manajemen Pengelolaan Warisan Budaya: Evaluasi Hasil Penelitian Pusat Arkeologi Nasional (2005-2014)

Amerta Berkala Arkeologi, 2014

Dalam dasawarsa belakangan ini, pandangan Cultural Resource Management selanjutnya disingkat CRM, mengalami perubahan mendasar. CRM tidak dipandang hanya merupakan bagian dari upaya pengelolaan, melainkan dianggap justru sebagai bagian penting dari wacana teoritis ilmiah. Kinerja CRM tidak berhenti pada aspek pelestarian dan penelitian semata, melainkan lebih dari itu, merupakan upaya pengelolaan yang memperhatikan kepentingan banyak pihak. Dalam era reformasi seperti sekarang ini, posisi CRM sebagai suatu pendekatan memiliki peranan penting dan strategis di dalam menata, mengatur dan mengarahkan warisan budaya yang akhir-akhir ini seringkali menjadi objek konflik. Kinerja CRM memikirkan pemanfaatan dalam arti mampu memunculkan kebermaknaan sosial suatu warisan budaya di dalam kehidupan masyarakat. Menghadirkan kembali kebermaknaan sosial inilah yang sebenarnya merupakan hakekat kinerja CRM. Abstract. Management of Cultural Heritage: Evaluation of Results of Researches Carried Out by The National Centre of Archaeology. Within the last decade, the perspective of the Cultural Resource Management (hereinafter is referred to as CRM), has a fundamental change. CRM is no longer considered merely a part of management efforts, but an important and strategic role in scientific theoretical discourse. The performance of CRM does not stop at the aspects of conservation and research; it is a management effort that takes into account the interests of many parties. In this reformation era, the CRM position as an approach plays an important and strategic role in managing, governing, and directing cultural heritages, which are recently become objects of conflicts. The CRM performance includes utilization, in a sense that it is able to generate the social significance of a cultural heritage in the community life. It is the ability to regenerate the social significance that is the real essence of CRM performance.

Pengelolaan Tinggalan Arkeologi: Kegiatan Pelestarian Sebagai Daya Tarik Wisata

PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi

Indonesia is one of the largest archipelagic countries in the world, one of which is rich in cultural diversity in the form of values, ideas, behaviors, and cultural heritage materials from the past to the present. Cultural diversity, such as archaeological remains, which is an asset for recording the development of historical and cultural values forming the identity of the Indonesian nation's civilization, has developed massively as a tourist attraction that can generate income. As a result, it have impact on increasing economic exploitation of archaeological remains by the government, local government, industry, and society. Which inturn often consciously or not causes problems besides causing degradation of historical and cultural values, as well as the existence of these archaeological remains. For this reason, the diversity of archaeological remains as a national asset is important to managed and preserved sustainably through a sustainable tourism development approach. Scie...

Pengelolaan Parsipatoris Sumberdaya Arkeologi di Maluku: Sebuah Konsepsi Pengelolaan Berbasis Kearifan Lokal

Kapata Arkeologi, 2008

, merupakan salah satu wilayah di Indonesia, yang kaya tinggalan budaya masa lampau (warisan budaya). Meskipun dalam pengembangannnya masih tertinggal dengan daerah lain seperti Yogya dan Bali, Maluku memilki potensi obyek wisata budaya yang tak kalah dengan daerah tersebut. Sumberdaya Arkeologi tersebar, menyesaki wilayah-wilayah Maluku, memiliki kekayaan corak dan karakter yang sangat potensial dikembangkan sebagai sebuah obyek wisata. Bahkan hasil survei Dinas Pariwisata Maluku Tahun 2005, telah membuktikan, ternyata wisata budaya menempati rasngking kedua terbanyak kunjungan turisnya setelah wisata alam dan bahari. Hanya saja, kondisi itu belum cukup menggambarkan bahwa potensi tersebut telah dikelola dengan optimal, juga belum secara konkret wisata budaya tersebut telah benar-benar mampu mengangkat harkat dan derajat masyarakat dari sisi ekonomi. Hingga saat ini upaya pengembangan tersebut belum optimal, bahkan kesan yang muncul pengembangan tersebut belum terarah. Hal ini disebabkan oleh karena inisiatif pengembangan masih berkutat dari kemauan pemerintah saja atau dengan kata lain paradigma pembangunan yang masih top down. Pemerintah sebagai pointer utama, belum melirik peran dan keterlibatan penting masyarakat. Dalam paradigma yang belakangan ini dikembangkan pemerintah sebagai fasilitator juga semestinya merangkul masyarakat untuk diarahkan sebagai fasilitor. Sebagai konsekuensinya, dalam kebijakan pelestarian yang baru, para aparatur negara atau pemerintah yang terlibat dalam pengelolaan warisan budaya tidak lagi menjadi 'abdi negara' tetapi menjadi 'abdi masyarakat' (Tanudirjo, 2006).

Pengelolaan Tinggalan Arkeologi di Provinsi Papua

Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat, 2009

The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains as tourism object. There is a large amount of archaeological remains in Papua that very potential for tourism, so that the archaeological remains need to package in to an interesting offer such as leaflet, pamphlet and need to publish to mass media. So the public know how to attitude towards archaeological remains.

Pengembangan Interpretasi Wisata Budaya Guna Mendukung Program Pelestarian Tapak Arkeologi

Jurnal Arsitektur Lansekap, 1970

Cultural Tourism Interpretation Development For Supporting Archeological Site In Preservation Program The development of the archaeological site into a tourist site resulting in the reduction or even loss of the values of the cultural heritage of archaeological objects and the archaeological site. However, the use for tourism can provide economic opportunities to the society and archaeological site preservation. Consequently, there are need some plan that can provide a variety of benefits and economic opportunities and remain to preserve their cultural values. The research aims were to study a variety of solutions and stages for the development of the site for tourism and archaeological interpretation. By looking at the physical, social, cultural, and visual conditions of the site were able to present the potential for tourism development. Analysis and synthesis methods were done to address the various challenges in developing the site. The results of the study was a site plan and a...

Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi Berbasis Kearifan Lokal di Maluku: Perspekstif dan Prospektif

2008

Isu pengelolaan Benda Cagar Budaya (BCB) sebagai modal pembangunan masih garapan kalangan terbatas. Berbeda halnya dengan isu lingkungan. Gerakan lingkungan telah menjelma sebagai keuatan transformasi karena dukungan partisipasi publik yang luas. Kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan menjadi konsep yang banyak dikembangkan oleh negera-negera dunia ketiga. Padahal embrio gerakan lingkungan hampir bersamaan dengan isu sumberdaya arkeologi. Di wilayah Maluku, mengenal praktek keraifan lingkungan dalam pengelolaan lingkungan yang dikenal sebagai Sasi. Dalam pengelolaan BCB, praktek mensakralkan BCB sebagai benda pusaka adalah bentuk kearifan lokal. Selain itu praktek keraifan lokal dalam pengelolaan lingkungan sesungguhnya dapat disisipkan isu tentang BCB, karena sumberdaya arkeologi juga bagian dari sumberdaya alam.

Nasib Pengelolaan Situs Web Arkeologi Indonesia; Studi Kasus Situs Web Puslitbang Arkeologi dan Balai Arkeologi (in Indonesia language)

Situs web saat ini menjadi ujung tombak oleh berbagai kalangan dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan pengguna internet. Dunia telah memasuki jaman digital, semua informasi dari seluruh dunia dapat dengan mudah diakses melalui internet, tidak terkecuali lembaga yang membidangi arkeologi ikut membuat website untuk menginformasikan berita-berita tentang kearkeologian melalui internet. Namun sayang, situs web yang seharusnya menjadi ujung tombak publikasi dunia kearkeologian ke masyarakat saat ini tersebut banyak yang mengalami "sekarat" bahkan "mati". Mengapa hal tersebut dapat terjadi ? Tulisan ini akan membahas permasalahan tersebut.

Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi untuk Pariwisata Berkelanjutan (Pengembangan Wisata Benteng di Pulau Ambon)

2008

Pemerintah Pusat melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah menetapkan tahun 2008 sebagai “Visit Indonesian Year”. Salah satu potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk mendukung program ini adalah wisata arkeologi khususnya wisata benteng yang jumlahnya cukup banyak dan tersebar dihampir seluruh pulau di Maluku. Wisata benteng di Maluku yang saat ini masih mengandalkan benteng sebagai satu-satunya daya tarik menunjukkan belum optimalnya Pemerintah Daerah mengembangkan wisata ini. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan mengemas berbagai atraksi wisata sebagai tambahan daya tarik bagi wisatawan yang akan berkunjung. Makalah ini mencoba memaparkan prospek wisata benteng di Pulau Ambon dengan menawarkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan wisata yang lebih optimal.

Pemuliharaan Warisan Budaya Melalui Perundangan Warisan Dan Agensi Pelaksana DI Malaysia

2018

ABSTRAK Kajian ini membincangkan tentang aspek pemuliharaan warisan budaya di Malaysia menerusi perundangan warisan. Warisan budaya yang pelbagai dimiliki dan diwarisi setiap etnik dan peribumi di Malaysia. Perundangan warisan melalui Akta Warisan Kebangsaan 2005 (Akta 645) digunakan untuk memberikan perlindungan dalam usaha mengekalkan warisan budaya negara. Akta Warisan Kebangsaan 2005 telah menjadi tunjung utama kepada perundangan yang berkaitan dengan warisan yang sedia ada seperti Akta Benda Purba 1976 (Akta 168), Akta Kerajaan Tempatan 1976 (Akta 1972) dan Akta Perancangan Bandar dan Desa 1976 (Akta 172). Objektif kajian ini adalah untuk mengenal pasti perundangan dan agensi pelaksanan warisan dapat memberi perlindungan yang sewajarnya terhadap warisan budaya di Malaysia. Perlindungan ini amat penting agar warisan budaya dapat dikekalkan untuk tatapan generasi seterusnya dan menjadi jati diri mereka. Dari segi metodologi, kajian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pende...

Wisdom Management System Framework Untuk Konservasi Warisan Berkelanjutan

Abstrak Wisdom Management System (WMS) merupakan level di atas knowledge management system (KMS) yang menyediakan ekstraksi dari knowledge. Berbeda dengan KMS tradisional yang hanya mengumpulkan knowledge dari berbagai sumber, WMS meenyediakan kemampuan untuk menilai dan menyimpulkan knowledge dari KMS. WMS sangat berguna untuk menangkap local genius yang dikembangkan oleh nenek moyang. Disini, local genius dianggap penting untuk membentuk nilai dalam karakter nasional ketika berhadapan dengan kompetisi global. Studi ini memperkenalkan sebuah framework untuk meningkatkan knowledge management system (KMS) menjadi wisdom management system (WMS) yaang mendukung konservasi warisan budaya.