Motif Keaktoran Dalamritual Turuk Laggai Masyarakat Siberut Mentawai- Sumatera Barat (original) (raw)
Related papers
Dramatisasi Pantomimik Ritual Turuk Laggai Siberut, Mentawai
2015
Ritual merupakan suatu bentuk upacara atau perayaan yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama ditandai oleh sifat khusus, menimbulkan rasa hormat yang luhur dalam arti merupakan suatu pengalaman yang suci. Oleh karena itu upacara atau ritual diselenggarakan pada beberapa tempat dan waktu khusus, perbuatan luar biasa, dan berbagai peralatan ritus lain yang bersifat sakral. Turuk Laggai (tarian binatang) merupakan ritual dalam bentuk tarian yang menirukan gerakkan binatang. Ritual yang berangkat dari proses mimesis ini dimiliki masyarakat Siberut, Mentawai. Tarian ini merupakan tari upacara pengobatan yang melibatkan Sikerei (dukun) dengan arwah Sikerei. Pemanggilan arwah ini berfungsi untuk membantu pengobatan pada masyarakat Sikerei yang sakit dengan jalan trance (kesurupan). Proses trance oleh Sikerei ini dekat dengan teori liminalitas Victor Turner dimana ada “jembatan” antara Sikerei sebagai penari, Sikerei yang trance dan kembali ke Sikerei sebagai penari. Turuk La...
Keragaman Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat Suku Mentawai DI Kawasan Wisata Bahari Pulau Siberut
Menara Ilmu
Masyarakat Pulau Siberut sebahagiannya merupakan masyarakat suku asli mentawai yang memiliki keragaman kearifan lokal. Pada beberapa wilayah administratifnya, terdapat kawasan wisata bahari yang berdekatan langsung dengan aktivitas masyarakat suku Mentawai. Kearifan lokal tersebut merupakan potensi yang dapat digunakan untuk pengembangan wisata bahari. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan keragaman bentuk kearifan lokal sebagai data dan informasi dasar yang digunakan dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Siberut. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian di Kecamatan Siberut Selatan. Waktu penelitian selama 3 bulan terhitung semenjak bulan Oktober s/d November 2021. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan 9 orang informan yang berasal dari tokoh masyarakat dan tokoh adat. Data sekunder didapatkan dengan teknik dokumentasi. Fokus data penelitian ini yaitu bentuk-bentuk kearifan lokal yang...
Septi Yuniartha, 2023
Penggunaan ajaran islam dalam ritual slamatan di makam Buyut Cili sudah menjadi kebiasaan yang dilaksanakan oleh masyarakat suku osing yang mendiami Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Ritual slametan di makam buyut cili menjadi adat istiadat yang dipercayai bahwa ada sosok leluhur yang dipercayai memiliki kesaktian yang dapat mengabulkan hajat seseorang. Ritual slamatan di makan Buyut Cili ini berkaitan dengan pokok bahasan filsafat ketuhanan yang mana konstruksi pemahaman masyarakat suku osing tetan keberadaan Tuhan dan eksistensi ciptaan tuhan terhadap adanya leluhur atau roh halus. Tujuan dari topik pembahasan ini adalah untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh adat istiadat terhadap agama islam dan kesejahteraan spiritual masyarakat setempat, sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan banyak orang yang teredukasi dan mengetahui lebih dalam bahwa tradisi ini masih dijaga turun temurun oleh masyarakat suku osing setempat dan menjadi keberagaman budaya di Indonesia. Guna memenuhi tujuan dari topik pembahasan, maka akan dilakukan melalui pengaplikasian metode penelitian kualitatif dengan pendekatan observasi pasrtisipan dan disertai kajian literatur. Kemudian hasil dari penelitian akan direduksi untuk mendapatkan simpulan atas bahasan yang telah dikaji. Hasil penelitian membuktikan adanya peningkatan taraf kesejahteraan spiritual masyarakat osing Desa Kemiren ketika mampu menjalankan rutinitas tradisi slametan di makam Buyut Cili. Sebaliknya, taraf kesejahteraan spiritual menurun ketika tidak dilaksanakannya tradisi slametan di makan Buyut Cili. Sebab telah menjalar kepercayaan yang diyakini dengan kuat oleh masyarakat sekitar tentang pengaruh Buyut Cili atas segala kegiatan dan hajat yang hendak mereka laksanakan. Kata Kunci: buyut cili, kemiren banyuwangi, kesejahteraan spiritual, masyarakat osing, tradisi slametan.
Mukop Sagai: Menakar Kadaulatan Pangan Orang Sarereiket DI Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 2022
The problem of food is indeed a very complicated problem to discuss and is a fundamental matter for humans. Because it involves survival and survival and is related to other problems. As a result of the Covid-19 pandemic, the government is again planning to re-utilize sago as a staple food that needs to be developed through the Nusantara Sago Week 2020. Sago contributes to the fulfillment of food in Indonesia, not only rice and can provide economic opportunities. In the Mentawai Islands, is an area that has a lot of land and sago plants. However, this has not been ignored for a long time because many programs from the government are contradictory and have resulted in sago land and the Sarereiket community being pressured. So that their access to food, which is mainly sago, has begun to be disrupted. This study uses an ethnographic approach with interpretation analysis. So that they can question and answer doubts about the phenomenon of food problems in South Siberut, especially for the Sarereiket people. Government intervention through policies and programs that lead to food causes harm and duality to the Sarereiket people. So they are in a dilemma and trapped in the simalakama trap of "eating or not eating sago" which is still being felt. Therefore, food sovereignty in South Siberut needs to be reviewed and measured according to the current situation in South Siberut.
Tradisi Pembiatan Kabit dari Kulit Kayu Pada Suku Mentawai, Sumatera Barat
AMERTA, 2020
ABSTRACT. The Tradition of Bark Cloth Kabit (Loin Cloth) Making at Mentawai west Sumatera. Apart from tattoos that decorated the whole body, the loincloth made from a tree bark known as kabit, is one of strong identities of the tribe of Mentawai in West Sumatra. This kabit was formerly used to be their daily cloth, but recently, only a shaman (sikerey) or hunting people wearing this bark cloth. It is made of a bark of a big tree, beaten by a beater called panasalat, then used simplify when it is prepared. The existence of this kabit as a kind of bark cloth among the people of Mentawai is a long tradition from their prehistoric ancestor that still survives up to the present day. This bark cloth was never discovered from the Neolithic sites, certainly because of decaying process, but the occasionally discovery of its beaters, made from the stone in Minanga Sipakko (South Sulawesi) and some sites in Kalimantan, proved their utilization during the period of Neolithic. For this reason, t...
Anai Ube' Ta: Makna Tembakau Dalam Kehidupan Masyarakat di Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai
Balale' : Jurnal Antropologi
This study describes the knowledge of the Mentawai people about plants used as cigarettes. These plants include koraraiba, bulug gettek, paddoka, kaokok, ube' leleu and the panorama they roll with banana leaves (bulug magok sareu and Bulug magok soggunei). Processed from each of these plants they call ube'. The word ube' for the Mentawai people means cigarettes and tobacco. Ube' is used in the socio-cultural atmosphere of the Mentawai people such as rituals (punen), hunting, gathering (silaturahmi) and interacting with outsiders (sasareu).In a ritual led by a sikerei usually uses ube' as an intermediary (gaud) for worship, conditions for requesting permission, thanks and as gifts. Because at the time of the sikerei ceremony, the ancestral spirit (the spirit of the ruler) is called to assist in the ritual, so the ube' is offered in the ceremony and besides that it is also smoked together. Ube' is also a requirement and as an application for permission to t...
Ute’ Sainak: Relasi Babi dengan Orang Mentawai di Rereiket, Siberut Selatan
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 2022
Bagi Orang Mentawai di Rereiket, babi menjadi hewan yang sangat penting. Hal ini tergamar dalam kehidupan sosial kultural mereka melalui upacara adat (punen). Babi digunakan sebagai media perantara (gaud) dalam sebuah upacara adat yang tujuannya adalah persembahan, pemujaan, simbol dan permohonan terima kasih serta kegiatan peramalan. Hal ini dilatarbelakangi oleh kepercayaan Orang Rereiket yaitu Arat Sabulungan yang mengatur hubungan manusia dengan alam, sesama manusia dan makhluk lain (roh). Selain itu, babi juga berfungsi sebagai harta benda yang paling utama, karena dapat dipergunakan sebagai pembayaran mas kawin (alat toga), tulou (denda adat) dan perdagangan (ekonomi) serta otcai (pemberian). Relasi yang dibangun oleh orang Rereiket dengan babi ini merupakan sebuah siasat kebudayaan, dimana desakan modernisasi melalui pembangunan justru mengaburkan kebudayaan orang Rereiket. Sehingga, di dalam Uma (rumah komunal) tengkorak kepala babi dipajang dan menjadi simbol bahwa ritual terus berjalan. Tengkorak babi itu disebut Ute' Sainak yang bermakna bahwa walaupun dalam desakan modernisasi agenda kultural (ritual adat) tetap berlangsung di dalam ruang-ruang kehidupan orang Rereiket. Sehingga Ute' Sainak menjadi siasat bahwa dipertahankannya kehidupan dan identitas kebudayaan orang Mentawai di Rereiket. Kata kunci : Babi; Rereiket; Mentawai; Ute' Sainak; dipertahankan kehidupan; dipertahankan identitas.
Konstruksi Sosial Masyarakat Tentang Tradisi Ruwatan Sukerta
Paradigma, 2020
Manusia menjalani kehidupan sehari-hari sebagai mahkluk sosial menginginkan kehidupan yang damai. Namun manusia pada kenyataannya mengalami krisis sosial. Ruwatan dipercaya sebagai pembebasan diri dari berbagai malapetaka. Hal ini menjadikan ruwatan bisa bertahan sampai sekarang. Adapun yang masih mempertahankan budaya ini adalah kelompok masyarakat Dukuh Pakis, Surabaya. Pernyataan ini menjadi menarik karena pada umumnya kelompok masyarakat kota tidak terikat dengan adat/tradisi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konstruksi sosial masyarakat Dukuh Pakis beserta krisis dalam Ruwatan Sukerta. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teori Konstruksi Sosial Berger. Lokasi dalam penelitian ini berada di Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya. Subyek riset meliputi ketua pelaksana, peruwat, peserta ruwatan, dan warga sekitar Sanggar tempat pelaksanaan Ruwatan. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Teknik analisis ini menggunkan teknik interaktif karya Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman analisis data dilakukan dengan tahap reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan proses konstruksi sosial pada masyarakat Dukuh Pakis, dimulai dari tahap eksternalisasi (adaptasi). Pelaku budaya mengenalkan tradisi Ruwatan Sukerta kepada masyarakat Dukuh Pakis. Selanjutnya proses obyektivikasi (pelembagaan) yang terlihat dari kontribusi masyarakat Dukuh Pakis pada pelaksanaan tradisi Ruwatan. Terkahir tahap internalisasi dimana masyarakat mulai melestarikan ritual Ruwatan hingga diwariskan kepada generasi sesudahnya. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Dukuh Pakis memaknai Ruwatan sebagai ritual pembuang sial secara efektif. Selain itu Ruwatan sebagai budaya asli masyarakat Jawa harus tetap dilestarikan oleh masyarakat Kota Surabaya.
Perancangan Buku Pelestarian Budaya Mentawai di Pulau Siberut
2019
Budaya perlu preservasi, budaya Mentawai kini sedang mengalami kemerosotan akan eksistensinya. Terdapat sejarah panjang yang menyebabkan hal itu terjadi dan membuat suku Mentawai kini kesulitan dalam mempertahankan budaya mereka di tengah tuntutan zaman yang selalu berubah. Disisi lain, remaja Mentawai yang memiliki tingkat kepengetahuannya tentang budaya Mentawai masih rendah mengenai budaya Mentawai, memiliki semangat untuk meningkatkan eksistensi budaya Mentawai tersebut, tapi tidak memiliki landasan tertulis yang memadai mengenai budaya mereka sendiri, budaya Mentawai. Maka dari itu, penulis merumuskan masalah dengan bagaimana merancang buku pelestarian budaya Mentawai di Pulau Siberut untuk remaja Mentawai usia 14-19 tahun ?, melakukan metode penelitian campuran serta merancangan buku dengan metode perancangan buku dari Haslam (2006) dan menghasilkan buku pelestarian budaya Mentawai yang dapat dibaca oleh remaja Mentawai sebagai target audience, sebagai bentuk dari preservasi b...
BUDAYA KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA (Studi Etnografi di Pinggir Rel Palang Joglo, Kadipiro)
2017
Yuniar Christy Aryani. D0313087. 2017. THE CULTURE OF POVERTY IN SURAKARTA (Etnography Study at the side of Palang Joglo Railway, Kadipiro). Thesis. Sociology Department. Faculty of Social and Political Science. Sebelas Maret University. The research to find out the portrait of the culture of poverty in the city of Surakarta, especially at the edge of the joglo rail cross Kadipiro, as well as the reason why still persist in their illegal and living in a culture of poverty. The theory used in this study i.e. habitus of Pierre Bourdieu and self of George Herbert Mead. Qualitative research uses ethnographic approach. Sampling with purposive sampling. For the validity of the data, the researcher uses triangulation of data and methods. Data analysis techniques with an interactive model of data analysis. The results showed that many citizens who set up home on the edge of the tracks, although the land they know places illegal. Residents have long lived and got used to the sound of a passi...