Ute’ Sainak: Relasi Babi dengan Orang Mentawai di Rereiket, Siberut Selatan (original) (raw)

Mukop Sagai: Menakar Kadaulatan Pangan Orang Sarereiket DI Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai

EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 2022

The problem of food is indeed a very complicated problem to discuss and is a fundamental matter for humans. Because it involves survival and survival and is related to other problems. As a result of the Covid-19 pandemic, the government is again planning to re-utilize sago as a staple food that needs to be developed through the Nusantara Sago Week 2020. Sago contributes to the fulfillment of food in Indonesia, not only rice and can provide economic opportunities. In the Mentawai Islands, is an area that has a lot of land and sago plants. However, this has not been ignored for a long time because many programs from the government are contradictory and have resulted in sago land and the Sarereiket community being pressured. So that their access to food, which is mainly sago, has begun to be disrupted. This study uses an ethnographic approach with interpretation analysis. So that they can question and answer doubts about the phenomenon of food problems in South Siberut, especially for the Sarereiket people. Government intervention through policies and programs that lead to food causes harm and duality to the Sarereiket people. So they are in a dilemma and trapped in the simalakama trap of "eating or not eating sago" which is still being felt. Therefore, food sovereignty in South Siberut needs to be reviewed and measured according to the current situation in South Siberut.

Babi : Ternak Kesayangan Orang Mentawai

Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 2015

Pig has always been an important dishes are always available in religious ceremony in Mentawai Ethnic. Starting from marriage, death, an inauguration of the new house (uma), birth of a child ceremony. Virtually every traditional ceremony (Punen) there is always a pig as consumption of religious ceremony

Anai Ube' Ta: Makna Tembakau Dalam Kehidupan Masyarakat di Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai

Balale' : Jurnal Antropologi

This study describes the knowledge of the Mentawai people about plants used as cigarettes. These plants include koraraiba, bulug gettek, paddoka, kaokok, ube' leleu and the panorama they roll with banana leaves (bulug magok sareu and Bulug magok soggunei). Processed from each of these plants they call ube'. The word ube' for the Mentawai people means cigarettes and tobacco. Ube' is used in the socio-cultural atmosphere of the Mentawai people such as rituals (punen), hunting, gathering (silaturahmi) and interacting with outsiders (sasareu).In a ritual led by a sikerei usually uses ube' as an intermediary (gaud) for worship, conditions for requesting permission, thanks and as gifts. Because at the time of the sikerei ceremony, the ancestral spirit (the spirit of the ruler) is called to assist in the ritual, so the ube' is offered in the ceremony and besides that it is also smoked together. Ube' is also a requirement and as an application for permission to t...

Strategi Pengembangan Peternakan Babi DI Distrik Hubikiak Kabupaten Jayawijaya

OPTIMA, 2019

Daerah kantong ternak babi di Indonesia salah satunya adalah Provinsi Papua yang dikenal memiliki kearifan lokal dalam beternak babi. Papua sangat berpotensi untuk pengembangan ternak babi khususnya babi lokal karena keadaan sosial budaya masyarakat Papua yang mayoritas beragama non muslim, pasaran ternak babi di Papua cukup baik. Kabupaten Jayawijaya merupakan salah satu wilayah yang masyarakatnya melakukan ternak babi khususnya di Wamena sebagai ibu kota Jayawijaya, karean babi merupakan harta yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan budaya atau acara adat. Pada pengembangan peternakan babi belum diketahui bagaimaa potensi dan faktor-faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal usaha peternakan babi di Hubikiak Kabupaten Jayawijaya dan Bagaimana strategi pengembangan usaha peternakan babi di Distrik Hubikiak Kabupaten Jayawijaya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi dan faktor-faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal usaha ...

Identifikasi Etnomatematika Yang Terdapat Dalam Pepatah Masyarakat Bengkulu “ Ikan Sejerek, Bere Secupak”

2018

— The purpose of this study is to Identify the ethnomatematics contained in the proverb of the community of Bengkulu "Fish sejerek, Bere secupak". This research is a qualitative research using ethnography method. The results of the research show that the proverb of Bengkulu community "Fish sejerek, Bere secupak" has an ethnomatematics related to the concept of mathematics such as the concept of linear equation system, and the concept of function limit. Keywords — Ethnomatematics, proverb, mathematical concepts Abstrak — Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi etnomatematika yang terdapat dalam pepatah masyarakat Bengkulu “Ikan sejerek, Bere secupak”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi. Hasil dari Penelitian menunjukan bahwa pepatah masyarakat Bengkulu “Ikan sejerek, Bere secupak” memiliki etnomatematika yang berkaitan dengan konsep matematika diantaranya konsep sistem persamaan linier, dan konsep limit f...

Motif Keaktoran Dalamritual Turuk Laggai Masyarakat Siberut Mentawai- Sumatera Barat

Ekspresi Seni, 2016

Turuk Laggai (tarian binatang) merupakan ritual dalam bentuk tarian menirukan gerakan binatang yang dimiliki masyarakat Siberut, Mentawai. Tarian ini merupakan tari upacara pengobatan yang melibatkan Sikerei (dukun) dengan arwah Sikerei. Pemanggilan arwah ini berfungsi untuk membantu pengobatan pada masyarakat Sikerei yang sakit dengan jalan trance (kesurupan). Proses trance oleh Sikerei ini dekat dengan teori liminalitas Victor Turner dimana ada "jembatan" antara Sikerei sebagai penari, Sikerei yang trance dan kembali ke Sikerei sebagai penari.Turuk Laggai dibawakan oleh Sikerei (dukun) dengan menampilkan unsur vokal, mimik, dan gestur. Tiga unsur tersebut dekat dengan dramatisasi pada teater. Gerakan diam tanpa dialog atau dikenal dengan istilah pantomim terdapat pada ritual Turuk Laggai ini. Meski ada pembacaan mantra sebelum ritual dimulai, tapi yang menjadi perhatian adalah gerakan tiruan binatang. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan bagaimana asal-usul dan motif keaktoran dalam ritual Turuk Laggai pada masyarakat Kepulauan Mentawai Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian dengan pendekatan etnografi.

Dramatisasi Pantomimik Ritual Turuk Laggai Siberut, Mentawai

2015

Ritual merupakan suatu bentuk upacara atau perayaan yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama ditandai oleh sifat khusus, menimbulkan rasa hormat yang luhur dalam arti merupakan suatu pengalaman yang suci. Oleh karena itu upacara atau ritual diselenggarakan pada beberapa tempat dan waktu khusus, perbuatan luar biasa, dan berbagai peralatan ritus lain yang bersifat sakral. Turuk Laggai (tarian binatang) merupakan ritual dalam bentuk tarian yang menirukan gerakkan binatang. Ritual yang berangkat dari proses mimesis ini dimiliki masyarakat Siberut, Mentawai. Tarian ini merupakan tari upacara pengobatan yang melibatkan Sikerei (dukun) dengan arwah Sikerei. Pemanggilan arwah ini berfungsi untuk membantu pengobatan pada masyarakat Sikerei yang sakit dengan jalan trance (kesurupan). Proses trance oleh Sikerei ini dekat dengan teori liminalitas Victor Turner dimana ada “jembatan” antara Sikerei sebagai penari, Sikerei yang trance dan kembali ke Sikerei sebagai penari. Turuk La...

Ritus Pencurahan Darah Korban Binatang: Perjumpaan Injil dengan Tradisi Manengeh di Suku Dayak Bumate

CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika

This study aims to find the point of contac in preaching the gospel to the Dayak Bumate people through the Manangeh tradition. It turns out that in this tradition there are rites that are relevant to the heart of the gospel message, namely the sacrifice of animal blood. By discovering the meaning of shedding animal blood in the Manangeh tradition, the writer makes it a bridge in communicating the gospel to the Bumate Dayak tribe. The research method used in this research is qualitative descriptive using a library research approach and interviews. The results of this study indicate that the rite of shedding animal blood in the Manangeh tradition contains ideas that are relevant to the meaning of the sacrifice of Christ on the cross for the salvation of mankind, so through this rite the gospel message becomes relevant to the culture of the Dayak Bumate tribe. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mencari point of contac dalam pemberitaan injil kepada suku Dayak Bumate melalui tradisi...

Debus DI Banten; Pertautan Tarekat Dengan Budaya Lokal

ALQALAM, 2010

Debus is one of noticeable appearance of the relationship between local tradition of Banten and Islam (mystical brotherhood). This relationship causes not only the conformity but also the dispute and controversy among the community. In debus, there are not only traditions derived from tarekat (mystical brotherhood) such as wirid, tawasul and bai'at, but also jangjawokan (local languages) and the traditional defense art. Studying debus not only observes the development of this art in Bantenese society, but also describes the anthropological condition of Islamic tradition In Banten. It indicates that the Islamic tradition of Bantenese society is more sufistic. It is probabfy because of the equality and the effinity between Islam and the mystical condition of local society of Banten. This article will discuss how is the development of debus in Bantenese society? What sources are used as references in debus performance? How does the anthropological perspective view the practice of d...

Pengolahan Se’I Babi Pada Kelompok Darma Wanita DI Lingkungan Pemda Sabu Raijua

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan

Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melatih peserta tentang pengolahan daging babi menjadi se'i dimulai dengan cara pemilihan bahan baku, pemilihan bahan tambahan yang akan digunakan, proses pengolahan serta cara pengemasan yang baik. Materi pelatihan ini meliputi mengolah daging babi menjadi se'i (isi, kulit dan rusuk) untuk menyediakan diversifikasi pangan keluarga dan menyemarakkan dunia kuliner di lingkungan Kabupaten Sabu Raijua (Sarai). Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah melalui penyuluhan, praktek atau kegiatan percontohan cara pengolahan daging babi, kegiatan pendampingan dan evaluasi. Peserta pelatihan adalah ibu-ibu kelompok PKK Pemda Sabu Raijua. Pemilihan jenis ternak babi, pemilihan jenis bahan tambahan, cara pengolahan dan pengasapan se'i babi adalah materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan ini. Hasil kerja pada kegiatan pendampingan dan evaluasi digunakan oleh tim PKK Kabupaten Sarai untuk menentukan kebijakan programprogram PKK selanjutnya serta program pelatihan pengolahan hasil ternak pada tahun-tahun berikutnya. ____________________ Kata kunci: se'i isi, se'i rusuk dan se'i kulit, pelatihan