Ethnomathematics Pada Ornamen Rumah Gadang Minangkabau (original) (raw)
Related papers
Makna Ornamen Rumah Gadang Minangkabau: Kajian Semantik
HUMANIKA, 2020
This study aims to inventory of the textual naming process ornaments of rumah gadang. This study used the interactive analysis model of Miles, Hurberman, and Saldana. Data obtained from in-depth interviews, role observation and documentation. The condensed data were analyzed using the Sudrajat concept and seen from its cultural meaning using the Abdullah concept. The ornaments are named as follows: Siriah Gadang ‘sirih besar’ , Lumuik Hanyuik ‘lumut hanyut’, Aka Cino Saganggang ‘akar cina seganggang’ , Pucuak Rabuang ‘ pucuk rebung’, Jalo Taserak ‘jala tersebar’, Saluak Laka ‘ jalinan lidi atau rotan’, Lapiah Batang Jarami ‘ lapis batang jerami’, Labah Mangirok ‘lebah mengirap’, Itiak Pulang Patang ‘itik pulang petang’, Tupai Managun ‘tupai tertegun’, Tatandu Manyasok Bungo ‘ulat menghisap bunga’, Kaluak Paku ‘tumbuhan pakis’, Pisang Sasikek ‘pisang seikat’, Buah Palo Bapatah ‘buah pala patah’ , Aka Barayun ‘akar berayun’, Saik Galamai ‘potongan wajik’, Carano Kanso ‘ tempat untuk m...
Menilik Masyarakat Minangkabau Melalui Rumah Gadang
KARTALA
Cultural artifacts and artefactual are a representation of a number of values (intrinsic and extrinsic) from the society in which they are produced. The traditional house of the Minangkabau tribe, Rumah Gadang, has a basic function as a place to live but on the other hand it is also a symbol of the existence of a tribe in Minangkabau. Therefore, Rumah Gadang has a very complex relationship between its function and social meaning. The architectural style and the allocation of space are not only for pursuing beauty but also represents the psychological and socio-political life of the people. This study aims to explore the relationship between Rumah Gadang and the human interaction in it by using a qualitative descriptive method through a visual perception approach. Rumah Gadang as an important visual symbol for the Minangkabau community, which also implies the cultural values of its people through the purpose of making and allotment of each room in it.
Rumah Gadang Sebagai Lambang Demokrasi Suku Minangkabau DI Sumatera Utara
Jurnal Soshum Insentif, 2021
The ethnic of Minangkabau is known for their competency in implementing social and cultural values. Minangkabau is one of the ethnic that is upholding egalitiarian and democracy system. One of their cultures related is deliberation to achieve consensus within the community. The deliberation process is done stagely by holding conferences inside one of their custom houses or known as gadang house. Gadang house is very symbolic to the Minangkabau ethnic and carries important social and cultural values. As is well known, deliberation or discussion has an important role in Indonesia's democracy system. This study aims to discuss and discover the meaning and values behind Minangkabau's custom house and how it impacts the effectiveness of the deliberation process by its relevance as a symbol to represent democracy values in the Minangkabau community. The method used in this study is descriptive analysis by performing literature study. According to the result of the study, authors expect to expand insight and knowledge of Indonesian people with Minangkabau culture and its implementation of democracy values in daily life.
Eksplorasi Etnomatematika pada Rancang Bangun Rumah Adat Lengkong
2021
This research is aimed to: 1) Know the philosophical significance of the Lengkong traditional house design; 2) describe the design of the Lengkong traditional house in terms of ethnomathematical activities; 3) know the geometry concepts found in the Lengkong traditional house design; 4) know the golden ratio in the Lengkong traditional house. this research is a qualitative describe study. The data collections were from interview, observation, and documentation while the data analysis used were domain analysis, taxonomic analysis, component analysis and theme analysis. The result shows that there are such philoshopical meaning of the Lengkong traditional house design which house stands on stilts, the philoshipical meaning of the Lengkong traditional house design in the from of a Julang Ngapak and the philoshopical meaning contained in both the golodog and the Lengkong traditional house strairs. The ethnomathemathical activities on the design of Lengkong traditional hous are measuring, locating, and scematic designing. A geometry concepts cosisted in a architecture of the Lengkong traditional house are: The plane figure (triangle, square, rectangle, triezoidoid and rhombus), polyhedron (coboids), lines (horizontal, vertical, and perpendicular), angle (acute angle) and geometric transformations (dilatation and reflection), as well as the calculation of the golden ratio in the Lengkong traditional house, namely 1,618.
Penerapan Ornamen Tradisional Pada Rumah Adat Mandailing
Gorga : Jurnal Seni Rupa, 2020
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengatahui macam-macam bentuk, warna ornamen Mandailing yang diterapkan pada rumah adat di Desa Pidoli Dolok Kecamatan Panyabungan, untuk mengetahui sejauh manakah penerapan ornamen Mandailing pada rumah adat di Desa Pidoli Dolok ditinjau dari bentuk, warna dan tata letak. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah 12 jenis ornamen Mandailing yang diterapakan pada rumah adat di Desa Pidoli Dolok Kecamatan Panyabungan, yang terdiri dari 1 jenis motif geometris, 5 jenis motif teknis, dan 1 jenis motif kosmos (bona bolu, bindu), dan 1 jenis motif ornamen sebagai pengisi bidang saja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan ornamen Mandailing pada rumah adat di Desa Pidoli Dolok Kecamatan Panyabungan mengalami beberapa perubahan dari ornamen tradisional Mandailing. Tepatnnya pada bentuk o...
Etnomatematika Pada Permainan Tradisional Engklek Dan Gasing Khas Kebudayaan Sunda
BAREKENG: JURNAL ILMU MATEMATIKA DAN TERAPAN, 2018
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hal-hal apa saja yang terdapat unsur matematika pada kebudayaan sunda khususnya pada permainan tradisonal yang ada di Purwakarta. Dalam masyarakat sunda disadari atau tidak, banyak masyarakat yang menggunakan matematika dalam permainan anak. Metode dalam penelitian ini adalah survey eksplorasi dengan pendekatan kualitatif dimana instrument yang digunakan adalah lembar observasi, pedoman wawancara, studi literatur dan konsultasi dengan pakar etnomatematika. Hasil dari penelitian ini adalah dalam permainan anak khas kebudayaan sunda yaitu Engklek terdapat unsur geometri datar, yaitu persegi, persegi panjang dan setengah lingkaran dalam petakan yang digunakan dalam permainan. Selain itu terdapat pula unsur membilang pada permainannya. Sedangkan untuk gasing terdapat unsur matematika berupa tabung yang bentuk permainanya seperti tabung. Dalam proses permainannya terdapat unsur pendidikan karakter berupa kebersamaan, kejujuran, sportivitas dan lain-lain.
Jurnal Pendidikan Indonesia
Latar Belakang: Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan di dunia ini sangatlah penting dimanapun dan kapan pun, karena adanya pendidikan dapat mengembangkan potensi yang ada pada setiap manusia, oleh karena itu di Indonesia ada program wajib belajar 9 tahun, agar setiap warga negara Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak agar potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan. Salah satu budaya di antara beragam suku dan budaya Indonesia adalah suku Tanimbar yang terletak di Kabupaten Kepulauan Tanimbar yang terdiri dari gugusan kepulauan dan memiliki ragam budaya yang bervariasi. Budaya yang dimaksud berupa budaya duan lolat, monumen perahu, cerita rakyat, ritual adat, rumah adat, benda-benda adat, kesenian, peralatan seni, pakaian adat, kehidupan sosial. Salah satu yang dapat menjembatani antar budaya, matematika dan pembelajaran matematika adalah merupakan etnomatematika. Tujuan: Untuk mengetahui aspek-aspek matematika pada rumah adat desa lorulu...
Model Transfer Pengetahuan Arsitektur Tradisional Rumah Gadang Minangkabau
TEOREMA : Teori dan Riset Matematika, 2018
Sumareta Barat (dikenal dengan nama Minangkabau) merupakan daerah yang kaya dengan budaya, adat istiadat. Salah satu unsur budaya Minangkabau yang secara lahiriah tampak sebagai ciri khasnya adalah Rumah Gadang. Rumah Gadang Minangkabau adalah sejenis rumah panggung yang secara fisik berukuran besar serta terdiri dari beberapa ruang. Ciri khas Rumah Gadang yang sangat menonjol adalah bentuk atapnya yang melengkung dan menjulang pada kedua ujungnya, sehingga kalau dillihat dari depan menyerupai tanduk kerbau yang disebut gonjong. Oleh sebab itu Rumah Gadang disebut juga Rumah Gonjong. Proses pembangunan arsitektur tradisional Rumah Gadang tidak terlepas dari peran tukang tradisional Rumah Gadang (disebut tukang tuo). Bagaimana mereka menerjemahkan falsafah adat minangkabau menjadi bentuk-bentuk geometri yang indah. Tukang tradisional pada umumnya tidak menempuh sekolah formal arsitektur. Bahkan banyak diantara mereka yang hanya menempuh pendidikan formal sampai Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tetapi mengeksplorasi "everyday cognition" dari aktivitas dan pelakunya menjadi sebuah kajian yang menarik untuk dilakukan. Tukang tuo memiliki peran penting dalam proses pembangunan Rumah Gadang. Tukang tuo memiliki peran sebagai designer, pekerja dan supervisor, dengan beberapa tugas, yaitu: dimulai dari menentukan lokasi pendirian Rumah Gadang, memilih bahan bangunan dan proses pengawetan tonggak/kayu sekaligus sebagai tukang yang membangun rumah. Ukuran Rumah Gadang, ditentukan berdasarkan jumlah ruang (berjumlah ganjil) yang diminta yang punya rumah. Satuan ukuran panjang yang digunakan adalah eto/hasta bundo kanduang yang punya rumah atau hasta tukang tuo. Untuk ukuran panjang, lebar dan tinggi Rumah Gadang ada juga beberapa tukang tuo yang menggunakan prinsip "tajuraba". Dimana jumlah ukuran panjang, lebar dan tinggi rumah tidak boleh berupa bilang genap. Pembangunan Rumah Gadang ditandai dengan prosesi mancacak paek, yaitu pemahatan pertama pada tonggak tuo yang dilakukan oleh tukang tuo. Tonggak dibuat berbentuk prisma segi-n beraturan. pada umumnya berbentuk prisma segi-6, segi-8 atau segi-12. Proses membentuk tonggak secara arsitektur tradisional dilakukan menggunakan pahat. Setelah itu pemahatan tonggak tuo dilanjutkan sampai lubang-lubang yang akan berfungsi sebagai pengunci rasuak dan palanca di beberapa titik selesai dikerjakan. Mancacak paek sendiri dianggap sebagai proses yang sangat penting karena dengan begitu akan diketahui tinggi lantai dari tanah, tinggi plafon dan dapat diperkirakan berapa tinggi atap sehingga tukang tuo dapat memperkirakan dan membayangkan proporsi tinggi dan lebar bangunan. Terkait dengan bentuk rumah gadang yang besar ke atas, lubang-lubang pengunci ada yang tidak mengikuti kelurusan tonggak melainkan agak miring dengan sudut kemiringan tertentu. Pekerjaan melubangi tonggak dilanjutkan dengan perangkaian tonggak dengan kemiringan tonggak (91-94) yang dilakukan menurut urutan dari depan ke belakang. Tiang-tiang dari depan ke belakang ini disambung dengan rasuak bawah dan rasuak ateh. Sesudah keenam rangkaian selesai disusun, satu per satu rangkaian tersebut ditegakkan dengan prosesi batagak rumah yaitu menegakkan rangkaian tonggak. Rangkaian tonggak ditarik dengan menggunakan tali yang disebut tali dondan dan ditopang dengan kayu penopang yang disebut kayu juang. Penarikan dimulai dari rangkaian dimana terdapat tonggak tuo dan dilakukan secara bergotong royong. Dengan berdirinya keseluruhan rangkaian tiang, pekerjaan struktur utama rumah gadang dinyatakan selesai yang diakhiri dengan pemasangan sandi pada setiap tonggak. Sandi dipasang dengan cara mengungkit tonggak satu per satu dengan menggunakan kayu pengungkit, kemudian baru disorongkan batu pipih yang digunakan sebagai sandi tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap penyelesaian yang dimulai pada bagian atap. Dimulai dengan pemasangan kasau yang berjumlah ganjil (21, 23,25 buah). Selanjutnya pemasangan lae, dengan jarak antaranya 3 jari. Penyelesaian atap ini meliputi pemasangan hiasan pada ujung
Kearifan Arsitektur Rumah Gadang Minangkabau Dalam Mitigasi Bencana
2016
Abstrak Sumatera Barat termasuk salah satu wilayah yang memiliki kerawanan bencana yang tinggi, kondisi ini dipengaruhi oleh tatanan geologi yang kompleks sehingga rawan dengan bencana geologi gempabumi. Arsitektur Rumah Gadang sebagai produk kearifan lokal yang bernilai mitigasi, merupakan sarana untuk mempertahankan dan melestarikan nilai luhur kebudayaan. Terjadinya gempa bumi di Sumatera Barat yang meluluhlantakkan sebagian daerahnya khususnya Padang dan Pariaman, masyarakat diingatkan kembali akan kemampuan rumah Gadang untuk bertahan dari sifat destruktif gempa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kearifan arsitektur rumah gadang minangkabau dalam mitigasi bencana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengkajian data deskriptif dalam bentuk uraian melalui metode naturalistik. Hasil penelitian menunjukkan: arsitektur rumah gadang Minangkabau sebagai kearifan lokal dalam mitigasi bencana merupakan suatu karya arsitektur yang seimbang dan disesuaikan dengan...