Gambaran Kesejahteraan Spiritual Usher Dewasa Madya DI Gereja X Jakarta (original) (raw)

Gambaran Celebrity Worship pada Dewasa Awal di Jakarta

Humaniora, 2015

The intensity of celebrity worship is increasingly occurring in Indonesia. Celebrity worship is any form of behavior or feelings that arise from inner to worship an idol figure as a gratification, entertainment, or to fill in the emptiness. Celebrity worship is divided into entertainment social, intense personal, and borderline pathological. Celebrity worship can be done by anyone and its intensity decreases with age. However, some media reports that celebrity worship is found in early adulthood. Thus the purpose of this study was to describe behavior of celebrity worship in early adulthood aged 20-30-year-old in Jakarta. The research design is quantitative descriptive method. Subjects in this study amounted to 250 people who live in Jakarta. It is found that 34% (85 people) into the Entertainment Social levels, 34.8% (87 people) into the level Intense Personal, and 31.2% (78 people) into the Borderline Pathological levels. It shows that celebrity worships still exist in early adulthood in Jakarta.

Subjective Well-Being pada Mantan Biarawan/Biarawati Katolik

PSIKODIMENSIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gambaran subjective well-being pada mantan biarawan/biarawati Katolik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan tiga orang yang telah berstatus sebagai mantan biarawan/biarawati Katolik selama lebih dari satu tahun. Sebelum penelitian dilakukan, masing-masing informan diberikan informed consent sebagai persetujuan tertulis untuk terlibat dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam semi-terstruktur yang ditranskripsikan dalam bentuk verbatim wawancara, dikategorisasikan, dan dianalisis sesuai dengan tema-tema yang muncul dari data. Hasil penelitian ini menemukan bahwa aspek kepuasan hidup diperoleh dari faktor tujuan dan faktor pemenuhan kebutuhan hidup. Aspek emosi positif diperoleh dari faktor dukungan sosial, kepribadian dan religiositas, sedangkan minimalisasi emosi negatif dipengaruhi oleh faktor adaptasi dan strategi koping. Terpenuhinya berbagai faktor tersebut dapat membantu mereka dalam mencapai kebahagiaan meski telah menjalani kehidupan di luar biara. Kata kunci: Subjective well-being, mantan biarawan/biarawati Katolik.

Pengaruh Pembinaan Rohani Terhadap Keaktifan Kaum Muda Dalam Pelayanan Di Gereja Kristen Holistik Jemaat Serenity Makassar

Tujuan penulisan skripsi adalah untuk menjelaskan tentang pengaruh pembinaan rohani terhadap kaum muda. Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, gembala sidang sebagai pemimpin di gereja bertanggung jawab untuk memberikan pembinaan rohani sekaligus dapat dengan sungguh-sungguh menjadi pengaruh bagi kaum muda terhadap keaktifan dalam melayani Tuhan. terlebih khusus dalam mengembangkan pelayanan gereja kristen holistik jemaat serenity Makassar. Kedua, kaum muda adalah pelanjut dalam gereja untuk mengelola pelayanan, sehingga harus mendapatkan banyak pembinaan rohani untuk dikembangkan seperti yang sudah dibahas dalam bab II dan bab IV yaitu tentang pembinaan pendalaman Alkitab, pembinaan dalam berkhotbah, pembinaan dalam pengginjilan, pembinaan kepemimpinan, bahkan sampai pada pembinaan dalam penyusunan program kaum muda dalam pelayanan. Ketiga, kaum muda yang terlibat akatif dalam pelayanan harus diberikan latihan tentang kepemimpinan dan berkhotbah sehingga mampu mampu untuk melakukan setiap kegiatan pelayanan. Keempat, pemuda merupakan generasi yang sangat handal, karena itu gereja harus mempersiapkan mereka dengan baik. Sehingga dapat menjadi berkat kepada siapapun. Kelima, gereja yang sehat pasti memiliki program untuk kaum muda sehingga dapat mengembangkan dirinya dengan baik. Keenam, gereja merupakan alat yang Tuhan tempatkan untuk menyatakan kemuliaan-Nya kepada orang percaya. Gereja Kristen Holistik Jemaat Serenity Makassar Turut mengambil bagian dalam mempersiapkan kaum mudanya untuk mengambil bagian dalam pelayanan. Ketujuh, gereja harus memotivasi kaum muda agar memiliki semangat dan kesabaran dalam pelayanan di gereja. Kata Kunci: Pengaruh, Pembinaan, Rohani, Keaktifan, Kaum, Muda, Pelayanan, Gereja, Holistik.

Peran Pastoral Konseling Yang Berdampak Bagi Pertumbuhan Rohani Jemaat Dewasa Muda

Missio Ecclesiae

Masa dewasa muda adalah masa penuh dengan masalah, ketegangan emosional, isolasi sosial, komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas. Dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dialami, kurangnya pemahaman jemaat dewasa muda akan pastoral konseling. Sehingga saat jemaat dewasa muda menghadapi masalah cenderung menyimpan masalahnya sendiri daripada datang ke pastoral konseling. Hal inilah yang mempengaruhi pertumbuhan rohani jemaat dewasa muda. Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu metode pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik penulisan penelitian yang digunakan yaitu studi pustaka. Teknik ini digunakan karena penelitian ini merupakan sebuah kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah yang berhubungan dengan peran konseling terhadap pertumbuhan rohani jemaat dewasa muda. Peran pastoral konseling terhadap pertumbuhan rohani jemaat dewasa muda sangat penting dan berharga bagi fase perkembangan seseorang, oleh sebab itu setiap ind...

Jemaat Lanjut Usia yang Berbahagia: Pelayanan, Pembinaan, dan Pendewasaan Iman

Coram Mundo: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen

Older people tend to stay at home, a condition that poses new problems for older people. They are alienated from their environment and forgotten by people, resulting in rejection and loss of self-esteem. Therefore, church ministry to the elderly must be viewed as a specific ministry and taken seriously by special workers and servants of God who truly understand the problems of the elderly. These categorical services morally oblige the church to treat its congregation members, the elderly, seriously and responsibly. Ultimately it means striking a balance between being careful and acting responsibly. A church is an institution with an organization. But more than that, the church is a community of believers. According to God's command in Matthew 28: 18-20, After becoming a disciple of Christ and being baptized, a disciple of Christ must be taught the doctrine of the Christian faith, how to live the Christian life.

Peran Pemuridan bagi Kebangkitan Pemimpin Rohani Baru dalam Gereja Masa Kini

THEOLOGIA INSANI (Jurnal Theologia, Pendidikan, dan Misiologia Integratif)

Kepemimpinan merupakan kunci sebuah kegerakan. Kepemimpinan yang maksimal akan membuat kegerakan yang luar biasa. Khususnya dalam kepemimpinan gereja. Gereja menjadi tempat yang paling esensi untuk setiap orang percaya bertumbuh dewasa rohani dan maksimal dalam karunia-karunia rohani. Itu sebabnya pemimpin-pemimpin dalam gereja harus pemimpin-pemimpin yang memahami sebuah kegerakan gereja Tuhan. Gembala sidang menjadi sentral kepemimpinan yang akan memunculkan pemimpin-pemimpin baru dalam sebuah gereja. Munculnya pemimpin-pemimpin baru akan mempercepat kegerakan gereja lokal dan membawa dampak yang besar bagi gereja. Namun tidak bisa dipungkiri ada beberapa masalah yang terjadi dalam kepemimpinan gereja, yaitu terlambatnya sebuah regenerasi kepemimpinan, kebesaran hati pemimpin gereja untuk mendelegasikan kepemimpinan, dan strategi pemuridan yang tidak terlaksana dengan baik. Untuk mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, dalam penelitian ini penulis menggu...

Sensus Fidei Umat Katolik di Keuskupan Agung Jakarta terhadap Isu Homoseksualitas pada Tahun 2022

DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA

Homosexuality is not easily accepted in the Catholic Church. There are at least three major schools concerning the attitude towards homosexuality based on their respective theological methodologies (scientia fidei). The first school is encapsulated in the Letter to the Bishops of the Catholic Church on the Pastoral Care of Homosexual Persons (1986), which rejects homosexual persons and same-sex sexual relationships. The second school is put forward by John J. McNeill (1993), a moralist who embraces homosexual persons and same-sex sexual relationships. The last one is represented by the document of Amoris Laetitia (2016), which accepts homosexual persons but disapproves of same-sex sexual relationships. These three major schools refer to the interpretation of the document Persona Humana article 8 (1975). A survey of 566 respondents was conducted from the 8th to the 15th of November in 2022. The results show that 74.2% of respondents have a form of acceptance in accordance with Amoris...

Peran Ayah Millenial Dalam Membentuk Mental Spiritual Anak DI Paud Inklusi Kasya Kota Banda Aceh

Journal of Education Science, 2020

Abstrak Peran ayah tradisional Aceh, masih mendominasi pada aspek pemenuhan finansial anak semata. Namun pergeseran budaya di era modern ini, juga menuntut para ibu berkarir/bekerja di luar rumah, tentu berdampak signifikan terhadap peran para ayah dalam mendidik mental spiritual anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: pemahaman dan peran ayah dalam mendidik mental spiritual anak, serta upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas perannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan tiga teknik pengumpulan data, yaitu: telaah dokumentasi, observasi langsung, dan wawancara mendalam yang dilakukan terhadap ayah millenial dan ibu. Analisis data melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil kajian menunjukkan bahwa:(1) para ayah memahami dengan baik bahwa tanggungjawab mendidik anak tidak hanya tanggung jawab seorang ibu; bahkan mendidik anak, tidak hanya untuk hal-hal yang bersifat ...