Tradisi Togak Tonggol di Langgam, Pelalawan (original) (raw)
Related papers
Tradisi Munggah Molo DI Pekalongan
Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan, 2017
Munggah molo has become a tradition fulled by symbols and meanings. This anthropology-linguistics research reveals the symbols and meanings that have been grown in Pekalongan. The symbols in munggah molo tradition have an importan social function, particularly in composing social harmony of Pekalonganese. This harmony is not only valid for Javanese community of Pekalongan, but also for other communities like Chinese and Arabic ethnic. That is why it is very interesting Kata Kunci: Munggah Molo, simbol, makna dan harmonsasi sosial PENDAHULUAN Bagi masyarakat Jawa pada umumnya, simbolisasi atau perlambang dalam sistem tata kehidupan manusia seperti sudah menjadi bagian tak terpisahkan. Ia sudah menjadi kebudayaan dan sistem nilai dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan yang menurut Ruth Benedict bermakna pola-pola pemikiran serta tindakan tertentu yang terungkap dalam aktifitas, sehingga pada hakekatnya kebudayaan itu adalah way of life, cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula pada suatu bangsa. Sedangkan menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1986: 180) Salah satu wujud peninggalan kebudayaan adalah upacara tradisional, di masyarakat manapun termasuk jawa selalu terdapat upacara-upacara adat atau tradisi tertentu yang dilakukan. Upacara yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk memperingati suatu peristiwa atau momen tertentu. Dan di dalam upacara tersebut selalu terlihat penggunaan simbol-simbol untuk mengungkapkan rasa budayanya. Simbol memiliki peranan yang penting dalam sebuah upacara, ia bisa berfungsi sebagai alat penghubung antar sesama manusia juga bisa befungsi sebagai penghubung antar manusia dengan benda dan antar dunia nyata dengan dunia gaib (Purwadi, 2005: 126). Karena itu simbol-simbol sebagai perlengkapan upacara, yang diwujudkan dalam bentuk sesaji merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah tradisi upacara. Karena itu kesalahan atau kekurangan perlengkapan ini akan mengakibatkan kurang sahnya atau kurang afdlalnya upacara, karena akan mengakibatkankan maksud dan tujuan penyelenggaraan upacara tidak tercapai. Sebagai makhluk spiritual, manusia selalu berusaha mencari jalan untuk berhubungan dengan alam "yang lain". Karenanya sesaji yang diberikan itu adalah media yang mengandung arti bahwa manusia sebenarnya ingin berkomunikasi dengan Tuhan, Dewa atau makhluk halus penghuni alam gaib lainnya (Purwadi, 2005: 103). Hampir seluruh aktifitas masyarakat jawa, dipenuhi dengan tradisi-tradisi simbolik yang sarat dengan makna kearifan lokal (local wisdom). Dari awal kehidupan seorang
Etnografi Komunikasi Tradisi Bakar Tongkang (Go Ge Cap Lak) di Kabupaten Rokan Hilir
Jurnal ASPIKOM, 2018
to generation from Chinese custom. It is a form of gratitude to Kie Ong Ya (God of the sea) by burning a barge (tongkang) after praying. This research uses ethnography of communication by collecting descriptive data on how social meanings are used and communication behavior has been done by the society of Bagansiapi-api in Bakar Tongkang tradition. This research discusses communicative situation, events and communicative acts related to Bakar Tongkang ritual. Informants are ethnic Chinese community leaders in Bagansiapi-api and chief of Tourism Department of Rolan Hilir Regency. Data are collected through interviews and observation. The result shows the communicative situation of Bakar Tongkang tradition consists of the location of the implementation of this tradition, tongkang (barge) and participants who carry out the tradition. This tradition is held in the Yin Hock King Temple. Communicative events of Bakar Tongkang tradition include value, message and purpose of holding the tradition. The value of this tradition is cultural value although it relates to Konghucu ritual. The message of this tradition is the expression of gratitude and remembrance of the service of Ki Ong Ya who has saved their ancestors in 1825 and as a part of celebrating the birthday of the God.
Pelatihan Sambung Pucuk Tanaman Manggis di Kecamatan Langgam
Carmin: Journal of Community Service
Mangosteen is a tropical fruit that grows in Langgam District, Pelalawan District, Riau Province. However, mangosteen is still difficult to consume because it is slow to bear fruit. One of the steps to speed up fruiting mangosteen plants is propagation by grafting. This community service activity aims to train the community in developing new ways to make mangosteen plants bear fruit quickly. The method used in this community service activity includes the provision of material/theory, demonstrations and direct practice for grafting mangosteen plants. The training participants in the community service program activities exceeded the target with the planned number of 10 participants being attended by 15 participants and 5 students. The participants stated that this activity was very useful and a new experience. This community service activity went well and was even specifically asked to provide training to farmer groups in the Segati area for further service
TRADISI PEREMPUAN MEMINANG LAKI-LAKI DI LAMONGAN
Lazimnya, meminang dilakukan oleh pihak laki-laki yang ditujukan kepada pihak perempuan yang akan dinikahi. Akan tetapi, kelaziman tersebut tidak berlaku di sebelas kecamatan di daerah Lamongan—JawaTimur,yaitu: Kecamatan Mantup, Karanggeneng, Sambeng, Kembangbahu, Bluluk, Sukorame, Modo, Ngimbang, Sugio, Tikung, dan sebagian kecamatan kota. Masyarakat di sebelas kecamatan tersebut, mempunyai tradisi perempuan meminang laki-laki. Sebagai masyarakat dengan latarbelakang islam/muslim, tentu harus berpedoman pada firman-firman Alloh, yaitu Al-Quran. Al-Quran dipercaya umat muslim sebagai pedoman hidup sepanjang masa. Menanggapi tradisi yang kurang lazim tersebut, dianggap perlu untuk mengetahui sudut pandang dari Al-Quran.Berdasar hal tersebut diambil rumusan masalah bagaimana asal usul tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan, Jawa Timur; bagaimana nilai sosial masyarakat di daerah Lamongan, Jawa Timur dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki; bagaimana pandangan Al-Quran dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan asal usul tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan, Jawa Timur; mendeskripsikan nilai sosial masyarakat di daerah Lamongan, Jawa Timur dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki; mendeskripsikan pandangan Al-Quran dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa artikel, jurnal, buku pedoman penelitian, buku teori, dan arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa tuturan kalimat dari cerita tentang tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan yang berasal dari informan. Data sekunder dalam penelitian ini berupa teks dan wacana dalam artikel, jurnal, buku pedoman penelitian, buku teori, dan arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi, rambu-rambu wawancara, dan alat rekam/ camera digital. Teknik penganalisisan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah transkripsi data, klasifikasi, interpretasi, sintesis, dan simpulan. Keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Hasil dari penelitian ini adalah asal usul tradisi perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan, Jawa Timur berasal dari cerita putri Andansari dan Andanwangi putri dari Adipati Wirasaba yang ingin meminang putra dari Raden Panji Puspa Kusuma yaitu Panji Laras dan Panji Liris; nilai sosial masyarakat di daerah Lamongan, Jawa Timur dalam Menanggapi Tradisi Perempuan Meminang Laki-Laki terletak pada pengakuan/legitimasi masyarakat terhadap tradisi perempuan meminang laki-laki. Tradisi unik ini pun, diakui dan dijunjung tinggi oleh masyarakat sekitar. Legitimasi ini diperkuat dengan realisasi sebuah kebiasaan perempuan meminang laki-laki di daerah Lamongan Jawa Timur; pandangan al-quran dalam menanggapi tradisi perempuan meminang laki-laki hukum perempuan meminang laki-laki diperbolehkan dalam islam selama tidak melanggar syariat islam. Meminang hendaknya dilakukan dengan cara yang baik. Meskipun begitu, mahar tetap diberikan oleh pihak laki-laki dan laki-laki tetap sebagai pemimpin rumah tangga. Perempuan sebagai istri wajib patuh kepada perintah laki-laki sebagai suami.
Tradisi Joget Jengger Jolok DI Desa Bunsur Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau
2015
ABSTRACK The research problem is how Performances Traditional Joget Jengger Jolok Village Bunsur Sungai Apit Siak Riau Province, collection and data that do bardasarkan description method of analysis based on qualitative data, Tradition Joget Jengger Jolok this is a dance tradition practiced by the villagers Bunsur as means to provide entertainment and arouse the spirit of the local community. Performances Traditional Joget Jegger Jolok contain elements or elements of dance, namely: movement, music, floor design, dynamics, themes, costumes and makeup, lighting (lights), Total dancer in the tradition Joget Jengger Jolok numbering 4 people 1 singer. The music used in the show tradition Joget Jegger Jolok is gong, drum and violin bebano. In appearance Joget Jengger Jolok Tradition does not use the property. Design floor through which the dancers in the show tradition Joget Jegger lntai Jolok just one pattern that is a straight line like a horizontal line. The costumes used are costumes...
Pergeseran pola sosial terhadap Tradisi Dandangan, serta makna dan esensinya