dbo:abstract |
Sri Jayatirtha (Śrī Jaya-tīrtha), also known as Teekacharya (Ṭīkācārya) (c.1345 - c.1388), was a Hindu philosopher, dialectician, polemicist and the sixth pontiff of Madhvacharya Peetha from (1365 – 1388). He is considered to be one of the most important seers in the history of Dvaita school of thought on account of his sound elucidations of the works of Madhvacharya. He is credited with structuring the philosophical aspects of Dvaita and through his polemical works, elevating it to an equal footing with the contemporary schools of thought. Along with Madhva and Vyasatirtha, he is venerated as one of the three great spiritual sages, or munitraya of Dvaita. Jayatirtha is an incarnation of Indra (lord of gods) with amsha of Adi Sesha. Born into an aristocratic Deshastha Brahmin family, he later adopted the cause of Dvaita after an encounter with the Madhva saint, Akshobhya Tirtha (d. 1365 ). He composed 22 works, consisting of commentaries on the works of Madhva and several independent treatises criticizing the tenets of contemporary schools, especially Advaita, while simultaneously elaborating upon the Dvaita thought. His dialectical skill and logical acumen earned him the distinction of Ṭīkacārya or commentator par excellence. (en) Jayatirtha adalah orang suci dalam agama Hindu yang memberikan komentar terhadap . Oleh karena itu ia membuat banyak tulisan tentang . Jayatirtha lahir pada tahun 1365 dan meninggal pada tahun 1388. Ia lahir dalam keluarga Hindu brahman yang hidup sejahtera. Bagi Jayatirtha, sebagaimana pengikut , mengatakan bahwa di dalam realitas terdapat lima tahapanfundamental yang berbeda, antara lain: antara Dewa dengan dunia materi, antara Dewa dengan jiwa-jiwa yang sadar, antara dunia materi dan jiwa-jiwa yang sadar, antara jiwa dengan jiwa, antara sesuatu yang bersifat materi dengan yang lain. Menurut Jayatirtha, meskipun dunia materi dan jiwa bergantung pada Dewa namun pada dirinya mereka adalah abadi. Baik dunia materi maupun jiwa secara esensial berbeda dengan hakikat Allah. Ini sangat bertentangan dengan pandangan Advaita yaitu melihat segala sesuatu yang ada bukan sebagai hakikat yang berbeda di dalam satu materi. Bagi Jayatirtha, satu-satunya jalan untuk lepas dari batasan dan kebodohan adalah . Devosi berhubungan erat dengan pengetahuan. (in) |
rdfs:comment |
Sri Jayatirtha (Śrī Jaya-tīrtha), also known as Teekacharya (Ṭīkācārya) (c.1345 - c.1388), was a Hindu philosopher, dialectician, polemicist and the sixth pontiff of Madhvacharya Peetha from (1365 – 1388). He is considered to be one of the most important seers in the history of Dvaita school of thought on account of his sound elucidations of the works of Madhvacharya. He is credited with structuring the philosophical aspects of Dvaita and through his polemical works, elevating it to an equal footing with the contemporary schools of thought. Along with Madhva and Vyasatirtha, he is venerated as one of the three great spiritual sages, or munitraya of Dvaita. Jayatirtha is an incarnation of Indra (lord of gods) with amsha of Adi Sesha. (en) Jayatirtha adalah orang suci dalam agama Hindu yang memberikan komentar terhadap . Oleh karena itu ia membuat banyak tulisan tentang . Jayatirtha lahir pada tahun 1365 dan meninggal pada tahun 1388. Ia lahir dalam keluarga Hindu brahman yang hidup sejahtera. Bagi Jayatirtha, sebagaimana pengikut , mengatakan bahwa di dalam realitas terdapat lima tahapanfundamental yang berbeda, antara lain: antara Dewa dengan dunia materi, antara Dewa dengan jiwa-jiwa yang sadar, antara dunia materi dan jiwa-jiwa yang sadar, antara jiwa dengan jiwa, antara sesuatu yang bersifat materi dengan yang lain. (in) |