kiki ekarasanti - Academia.edu (original) (raw)

Papers by kiki ekarasanti

Research paper thumbnail of Gangguan Dalam Perkembangan Jiwa Keagamaan KELOMPOK 1120191027 85080 1xjd9ri

Kiki Eka Rasanti, 2019

Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Pada garis bes... more Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Pada garis besar teori mengungkapkan bahwa sumber jiwa keagamaan berasal dari faktor intern dan faktor ekstern manusia. Pendapat pertama menyatakan bahwa manusia adalah homo religius (makhluk beragama), karena manusia sudah memiliki potensi untuk beragama. Potensi tersebut bersumber pada faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan, maupun kehendak, dan sebagainya. Namun pendukung teori ini masih berbeda pendapat mengenai faktor nama yang paling dominan. Pendapat kedua menyatakan bahwa jiwa keagamaan manusia bersumber dari faktor ekstern. Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh faktor luar dirinya, seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah (sense of guilt). Faktor-faktor inilah yang menurut pendukung teori tersebut kemudian mendorong manusia menciptakan sesuatu tata cara pemujaan dan dikenal dengan agama. A. Faktor intern Perkembangan jiwa keagamaan selai ditentukan oleh faktor ekstern juga ditemukan oleh faktor intern seseorang. Secara garis besar faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain: 1. Faktor hereditas Sejak penemuan sifat kebakaan pada tanaman oleh johann Gregor Mendel (1822-1884), telah dilakukan sejumlah kajian terhadap hewan dan manusia. Mereka meneliti tentang pengaruh genetik terhadap perbedaan warna kulit manusia. Kemudian, kajian mengenai genetika pada manusia berlanjut hingga ke unsur gen manusia yang terkecil yaitu deoxyribonnucleit acid (DNA). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa DNA yang terbentuk tangga berpilah itu terdiri atas pembawa sifat yang berisi informasi genetika. Secara garis besarnya pembawa sifat turunan itu terdiri atas genotipe dan fenotipe. Genetipo merupkan keseluruhan faktor bawaan seseorang yang walaupun dapat dipengaruhi lingkungan, namun tidak jaun menyimpang dari sifat dasar yang ada.fenotipe merupakan karakteristik seseorang yang tampak dan dapat diukur seperti warna mata, warn akulit ataupun bentuk fisik.. temuan ini menginformaskan bahwa pada manusia juga terdapat sifat turunan yang baka.

Research paper thumbnail of Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan

Kiki Eka Rasanti, 2019

Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak masa bayi hin... more Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak masa bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Makanya tak mengeherankan jika Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagaian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga (Gilbert Highest, 1961:78). Dua ahli psikologi anak Prancis bernama Itard dan Sanguin pernah meneliti anak-anak asuhan serigala. Mereka menemukan dua orang bayi yang dipelihara oleh sekelompok serigala disebuah gua. Ketika ditemukan, kedua bayi manusia itu sudah berusia kanak-kanak. Namun, kedua bayi tersebut tidak menunjukan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh manusia pada usia kanak-kanak. Tak seorang pun di antara keduanya yang mampu mengucapkan kata-kata, kecuali suara auman layaknya seekor serigala. Keduanya juga berjalan merangkak dengan cara makan menjilat. Dan terlihat pertumbuhan gigi serinya paling pinggir lebih runcing menyerupai taring serigala. Setelah dikemabalikan dilingkungan masyarakat manusia, ternyata kedua anak-anak hasil asuhan serigala tersebut tak dapat menyesuaikan diri, akhirnya mati. Contoh diatas menunjukan bagaimana pengaruh pendidikan, baik dalam bentuk pemeliharaan ataupun pembentukan kebiasaan terhadap masa depan perkembangan seorang anak. Kondisi seperti itu tampaknya menyebabkan manusia memerlukan pemeliharaan, pengawasan, dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar. Manusia memang bukan makhluk instinktif secara utuh, sehingga ia tidak mungkin berkembang dan tumbuh secara instinktif sepenuhnya. Keluarga

Research paper thumbnail of Problem dan Jiwa Keagamaan

Kiki Eka Rasanti, 2019

Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seserang yang mendorong untuk berting... more Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seserang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor eksteren. Dalam kajian psikologi agama beberapa pendapat menyetujui akan adanya potensi beragama pada diri manusia. Manusia adalah homo religius(makluk beragama). Namun potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya. Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan dilakoni. Menurut prof, D.r. mar 'at, telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap yang dapat dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa: 1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan. 2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan ataupun ide. 3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah,sekolah , tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat,teladan atau percakapan. 4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak. 5. Bagian yang domianan dari sikap adalah persaan dan efektif, 6. Sikap memilikik tingkat insentitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau. 7. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu. 8. Sikap dapat bersifat relatif consisten dalam sejarah hidup indvidu. 9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu. 10. Sikap merupakan penilaian terhadap suatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan. 11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tdak memandai. Pskologi agama tampaknya sudah mulai menyadari potensi-potensi dan daya pskis manusia yang berkaitan dengan kehidupan spritual. Kemudian menempatkan potensi dan daya pskis tersebut sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, mulai tumbuh suatu kesadaran baru mengenai hubungan anatra potensi dan daya pskis tersebut dengan sikap dan pola tingkah laku manusia. Secara fitrah memang manusia adalah makhluk yang suci sejak asal kejadiannya manusia membawa potensi beragama yang lurus. Sebagaimana dikemukakan oleh abuk ala al-maududi, bahwa ketundukan manusia yang fitrah kepada sang maha pencipta bersifat total.

Research paper thumbnail of KEPRIBADIAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Kiki Eka Rasanti, 2019

A.1. Pengertian jiwa Ilmu jiwa dalam bahasa Arab disebut "Ilmu Nafs" dan persoalan nafs ini telah... more A.1. Pengertian jiwa Ilmu jiwa dalam bahasa Arab disebut "Ilmu Nafs" dan persoalan nafs ini telah banyak dibahas dalam kajian filsafat, psikologi dan juga ilmu tasawuf. Dalam filsafat, pengertian jiwa dilklasifikasikan dengan bermacam-macam makna, antara lain: a. Jiwa merupakan substansi yang berjenis khusus, yang dilawankan dengan substansi materi. b. Jiwa merupakan suatu jenis kemampuan. c. Jiwa adalah sebagai jenis proses yang tampak pada organisme-organisme hidup. d. Ada yang menyamakan pengertian jiwa dengan pengertian tingkah laku. Dalam konteks psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku, ilmu Jiwa adalah ilmu tentang tingkah laku. Teori-teori psikologi, baik Psikoanalisa, teori Behaviorisme, maupun teori Humanisme, semua memandang jiwa sebagai sesuatu yang berada di belakang tingkah laku. Dikalangan ahli tasawuf, nafs diartikan sesuatu yang melahirkan sifat tercela. Al-Ghazali misalnya menyebut nafs sebagai pusat potensi marah dan syahwat pada manusia serta sebagai pangkal dari segala sifat tercela. Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nafs (nafsu) juga dipahami sebagai dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik. Dalam al-Quran kata "Jiwa" diwakili dengan kata "Nafs". Meskipun makna "nafs" ini secara umum bisa diartikan sebagai diri. Penggunaan kata nafs Yang berarti jiwa difirmankan Allah dalam al-Quran tidak kurang dari 31 kali, sedangkan kata nafs (anfus) yang bermakna "diri telah difirmankan tidak kurang dari 279 kali dalam al-Quran.

Research paper thumbnail of Resensi psikologi Agama

Kiki Eka Rasanti, 2019

Jumlah Hlm : 458 Hlm Psikologi Agama: memahami perilaku dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip ps... more Jumlah Hlm : 458 Hlm Psikologi Agama: memahami perilaku dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi Oleh : Kiki Eka Rasanti Pada buku psikologi agama karangan Prof. Dr. H. Jalaluddin ini membahas tentang bagaimana psikologi agama sebagai satu ilmu yang baru yang layak untuk dipelajari. Di sini Prof. Dr. H. Jalaluddin menulis dengan sistematika pembahasan sebanyak 14 bab, mulai dari bab pendahuluan, psikologi agama sebagai disiplin ilmu, perkembangan psikologi agama, perkembangan jiwa keagamaan pada anak remaja, hingga pengaruh dalam kehidupan, tingkah laku keagamaan yang menyimpang. Keempat belas bab tersebut dirinci dengan sub bab di dalamnya hingga sangat jelas dan dapat memberi kita wawasan akan psikologi agama. Dalam bab pertama ini yaitu bab pendahuluan penulis menulis tentang bagaimana hubungan antara manusia dengan tuhannya sebagai hal yang adi kodrati sebagai hal yang berkebudayaan dan yang berkeberadaban dan dengan pendekatan ilmu lain yaitu ilmu psikologi,

Research paper thumbnail of Agama dan Kesehatan Mental

Research paper thumbnail of Kriteria Orang yang Matang Beragama

Kiki Eka Rasanti, 2019

Manusia mengalami dua macam perkembangan, yaitu perkembangan jasmanai dan perkembangan rohani. Pe... more Manusia mengalami dua macam perkembangan, yaitu perkembangan jasmanai dan perkembangan rohani. Perkembangan jasmani diukur dari umur kronologis. Puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. Sebaliknya, perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan (maturity). Seseorang anak yang normal, dalam usia tujuh tahun (jasmani) umumnya sudah matang untuk sekolah. Diusia itu anak-anak sudah dapat menahan diri untuk mematuhi peraturan dan disiplin sekolah serta sudah memiliki kemampuan untuk dapat mengikuti ajaran yang diberikan kepadanya. Anak-anak yang normal memiliki tingkat perkembangan yang sejajar antara jasmani dan rohaninya. Tetapi dalam kenyataan sehari-hari tak jarang dijumpai ada anak-anak yang memiliki perkembangan jasmani dan rohani yang berbeda. Seperti halnya dalam tingkat perkembangan yang dicapai diusia anak-anak, maka kedewasaan jasmani belum tentu berkembang setara dengan kematangan rohani. Secara normal, memang sorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan akan memiliki kematangan rohani seperti kematangan berfikir, kematangan kepribadian maupun kematangan emosi. Tetapi perimbangan antara kedewasaan jasmani dan kematangan rohani ini ada kalanya tidak berjalan sejajar. Secara fisik (jasmani)seorang mungkin sudah dewasa , tetapi secara rohani ia ternyata belum matang. Keterlambatan pencapaian kematangan rohani ini menurut ahli psikologi pendidikan sebagai keterlambatan dalam perkembangan kepribadian. Faktor-faktor ini menurut Dr. Singgih D. Gunarsa dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 1) faktor yang terdapat pada diri anak; 2)faktor yang berasal dari lingkungan (Singgih D. Gunarsa, 198:187). Adapun faktor intern anak itu yang dapat mempengaruhi pekembangan kepribadian adalah: (1) konsitusi tubuh; (2) struktur dan kedaan fisik; (3) koordinasi motorik; (4)kemampuan mental dan bakat khusus, intelegensi tinggi, hambatan mental,dan bakat khusus; (5) emosionalitasi. Semua faktor intern ini ikut mempengaruhi termlambat tidaknya perkembangan kepribadian seseorang. Selanjutnya, yang termasuk pengaruh faktor lingkungan adalah (1) keluarga;(2) sekolah;(Singgih G. Gunarsa, 198:88-96). Selain itu , ada faktor-faktor lain yang juga 1

Research paper thumbnail of Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Orang Dewasa Dan Usia Lanjut

Kiki Eka Rasanti, 2019

Manusia adalah makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dir... more Manusia adalah makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan. Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memrlukan bantuan dari luar dirinya. Perkembangan yang negatif akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku yang menyimpang. Bentuk tingkah laku menyimpang ini terlihat dalam kaitanya dengan kegagalan manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Para ahli psikologi perkembangan membagi perkembangan manusia berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau periode perkembangan. Secara garis besarnya priode perkembangan ituterbagi menjadi: 1) Masa prenatal; 2) Masa bayi; 3) Masa kanak-kanak; 4) Masa prapubertas; 5) Masa pubertas (remaja); 6) Masa dewasa; 7) Masa usia lanjut. Setiap masa perkembangan neniliki ciri-ciri tersendiri, termasuk perkembangan jiwa keagamaan. A. Macam-macam Kebutuhan Dalam bukunya Pengantar Psikologi Kriminil Drs. Gerson W. Bawengan, S.H mengemukakan pembagian kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh J.P Guilford sebagai berikut: 1. Kebutuhan Individual Terdiri Dari: a. Homeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh dalam proses penyesuain diri dengan lingkungan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan tubuh akan zat, protein, air, garam, mineral, vitamin, oksigen dan lainya. b. Regulasi temperatur adalah penyesuaian tubuh dalam usaha mengatasi kebutuhan akan perubahan terhadap temperatur badan. c. Tidur merupakan kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi agar terhindar dari gejala halusinasi. d. Lapar adalah kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk membangkitkan energi secara organis.

Research paper thumbnail of Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Anak dan Remaja

Kiki Eka Rasanti, 2019

Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan... more Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia bukan hanya sebatas makan, minum, pakaian maupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil riset dan observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa terdapat semacam keninginan dan kebutuhan yang bersfat universal. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mncintai dan dicinta tuhan. Berdasarkan hal diatas, manusia ingin mengabdikan dirinya kepada tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginanan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitif hingga yang paling modern. 1. Teori Monistik (Mono = Satu) Dimana yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal yang dimaksud yang paling dominan sebagai sumber kejiwaan itu, timbul beberapa pendapat yang dikemukakan oleh: a. Thomas Van Aquino, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu ialah berfikir. b. Fredrik Hegel, bahwa agama adalah salah satu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi. c. Frekdrick Schleimacher, bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sence of depend).Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah. d. Rudolf Otto, bahwa sumber kejiwaan adalah rasa kagum yang berada dari the wholly other (yang sama sekali lain). Jika seseorang dipengaruhi rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain di istilahkan R. Otto "Numinous" sebagai sumber yang essesial. e. Sigmund Frend

Research paper thumbnail of PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Kiki Eka Rasanti, 2019

Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Na... more Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama. Perjalanan hidup Sidharta Gautama dari seorang Putra Raja Kapilawastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup untuk menjadi seorang pertapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya nya dalam kaitan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Proses perubahan arah keyakinan agama ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang mempengaruhi diri tokoh agama Budha. Dan proses itu kemudian dalam Psikologi Agama disebut dengan konversi agama. Proses yang hampir serupa dilukiskan pula dalam Alquran tentang cara Ibrahim as. memimpin umatnya untuk bertauhid kepada Allah Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang lalu berkata: "Inilah Tuhanku" tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian, tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam ia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat." Kemudian, tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku. ini yang lebih besar" maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata "Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas ciri dari apa yang kamu persekutukan. (Q.S 6:76-78). Perumpamaan ini melukiskan bagaimana proses konversi terjadi, walaupun dalam informasi kitab suci tersebut dikiaskan kepada Ibrahim as. yang berusaha meyakinkan pengikutnya tentang kekeliruan mereka menyembah benda-benda alam yang hakekatnya hanyalah sebagai ciptaan dan tak layak disembah. Berdasarkan sumber barat para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai populer di sekitar akhir abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat

Research paper thumbnail of PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Na... more Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.

Research paper thumbnail of PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Na... more Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.

Research paper thumbnail of RESUME PSIKOLOGI AGAMA SEBAGAI DISIPLIN ILMU

Kiki Eka Rasanti, 2019

Psikologi termasuk ilmu cabang dari filsafat. Jika psikologi dinilai sebagai disiplin ilmu yang o... more Psikologi termasuk ilmu cabang dari filsafat. Jika psikologi dinilai sebagai disiplin ilmu yang otonom yang kemudian darinya berkembang berbagai disiplin ilmu cabangnya, maka psikologi agama dapat disebut sebagai cabang psikologi. Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab. Namun aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya hingga menjadi empat gejala jiwa utama yang dipelajari psikologi, yaitu pikiran, perasaan, kehendak dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelelahan maupun gengsi. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya mulai terungkap bahwa gejala-gejala jiwa tersebut tidak sama pada manusia yang berbeda usia. Sikap dan tingkah laku anak-anak berbeda dengan anak remaja, serta juga terdapat perbedaan antara remaja dengan orang dewasa maupun orang yang sudah lanjut usia. Kenyataan ini mendorong para ahli psikologi untuk mengembangkan cabang-cabang psikologi yang dapat digunakan untuk mempelajari gejala-gejala jiwa manusia pada tingkat usia tertentu. Dari sini timbullah ilmu-ilmu cabang psikologi seperti psikologi anak, psikologi remaja, psikologi orangtua. Psikologi anak secara umum mempelajari perkembangan kejiwaan pada usia kanak-kanak. Sedangkan setelah anak menginjak usia pubertas hingga menjelang usia dewasa dibahas oleh cabang psikologi yang lain, yaitu psikologi remaja. Demikian pula untuk mempelajari tentang gejala jiwa manusia usia lanjut (manula) dikembangkan pula psikologi khusus sebagai cabang dari psikologi umum. Selanjutnya dalam kajian-kajian psikologi juga dijumpai berbagai perbedaan antara manusia yang sudah berbudaya tinggi (berperadaban) dengan manusia yang masih hidup secara sederhana (primitive), maka muncul pula psikologi primitive sebagai cabang berikutnya. Kemudian dalam kaitannya dengan kondisi mental ternyata manusia juga berbeda, sehingga untuk mempelajarinya diperlukan adanya psikologi khusus. Maka muncullah psikologi abnormal dan para psikologi.

Research paper thumbnail of Resensi psikologi

Psikologi Agama" adalah buku karya Prof. Dr. H. Ramayulis yang keempat dari 13 karya buku yang te... more Psikologi Agama" adalah buku karya Prof. Dr. H. Ramayulis yang keempat dari 13 karya buku yang telah diterbitkan. Dalam buku ini Ramayulis menuliskan tentang pengertian dan sejarah perkembangan psikologi agama, metode penelitian psikologi agama dan sumber kejiwaagamaan hingga fungsi agama dalam kehidupan. Dalam buku ini ada sebelas pembahasan tentang psikologi agama, dimana setiap babnya memiliki pembahasan yang berbeda dan saling berkaitan.

Research paper thumbnail of Tafsir surat luqman

Sebagai Muslim kita diminta untuk menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup kita. Terdapat pula b... more Sebagai Muslim kita diminta untuk menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup kita. Terdapat pula banyak kisah, pelajaran dan hikmah dalam setiap surat dan ayatnya. Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah dalam hal ini mencakup aqidah dan ibadah. Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dalam hal ini mencakup makanan, pakaian dan akhlaq. Selain itu Islam juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia yang dalam hal ini mencakup sistem pemerintahan, sistem sanksi, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem pergaulan dan politik luar negeri. Semua hal tersebut diikuti oleh kaum muslimin sebagai manifestasi ketundukan kepada Nya, sebuah bukti dari lurusnya tauhid dalam diri kaum muslimin. Dalam Al-Qur'an surat luqman ayat 12-19 Allah menerangkan betapa seorang hamba-Nya yang ia karunia "hikmah" yaitu luqman begitu bijaksana dalam mengajari putranya (dalam al-Qur'an) tentang ajaran mendasar pendidikan yang sampai sekarang masih sesuai, dan sering dijadikan landasan pendidikan yang bercorak Islami, dimulai dari ayat 12-19 surat Luqman Allah begitu menekankan aspek pedagogik berupa seruan Aqidah seperti dilarang menyekutukan Allah, mendirikan sholat dan Akhlaq berupa bersikap santun kepada kedua orangtua, jangan menyakitinya dang seterusnya. Muamalah seperti berbuat baik (amal ma'ruf) dan mencegah perbuatan keji dan mungkar (nahyi mungkar).

Research paper thumbnail of Gangguan Dalam Perkembangan Jiwa Keagamaan KELOMPOK 1120191027 85080 1xjd9ri

Kiki Eka Rasanti, 2019

Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Pada garis bes... more Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Pada garis besar teori mengungkapkan bahwa sumber jiwa keagamaan berasal dari faktor intern dan faktor ekstern manusia. Pendapat pertama menyatakan bahwa manusia adalah homo religius (makhluk beragama), karena manusia sudah memiliki potensi untuk beragama. Potensi tersebut bersumber pada faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan, maupun kehendak, dan sebagainya. Namun pendukung teori ini masih berbeda pendapat mengenai faktor nama yang paling dominan. Pendapat kedua menyatakan bahwa jiwa keagamaan manusia bersumber dari faktor ekstern. Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh faktor luar dirinya, seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah (sense of guilt). Faktor-faktor inilah yang menurut pendukung teori tersebut kemudian mendorong manusia menciptakan sesuatu tata cara pemujaan dan dikenal dengan agama. A. Faktor intern Perkembangan jiwa keagamaan selai ditentukan oleh faktor ekstern juga ditemukan oleh faktor intern seseorang. Secara garis besar faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain: 1. Faktor hereditas Sejak penemuan sifat kebakaan pada tanaman oleh johann Gregor Mendel (1822-1884), telah dilakukan sejumlah kajian terhadap hewan dan manusia. Mereka meneliti tentang pengaruh genetik terhadap perbedaan warna kulit manusia. Kemudian, kajian mengenai genetika pada manusia berlanjut hingga ke unsur gen manusia yang terkecil yaitu deoxyribonnucleit acid (DNA). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa DNA yang terbentuk tangga berpilah itu terdiri atas pembawa sifat yang berisi informasi genetika. Secara garis besarnya pembawa sifat turunan itu terdiri atas genotipe dan fenotipe. Genetipo merupkan keseluruhan faktor bawaan seseorang yang walaupun dapat dipengaruhi lingkungan, namun tidak jaun menyimpang dari sifat dasar yang ada.fenotipe merupakan karakteristik seseorang yang tampak dan dapat diukur seperti warna mata, warn akulit ataupun bentuk fisik.. temuan ini menginformaskan bahwa pada manusia juga terdapat sifat turunan yang baka.

Research paper thumbnail of Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan

Kiki Eka Rasanti, 2019

Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak masa bayi hin... more Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak masa bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Makanya tak mengeherankan jika Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagaian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga (Gilbert Highest, 1961:78). Dua ahli psikologi anak Prancis bernama Itard dan Sanguin pernah meneliti anak-anak asuhan serigala. Mereka menemukan dua orang bayi yang dipelihara oleh sekelompok serigala disebuah gua. Ketika ditemukan, kedua bayi manusia itu sudah berusia kanak-kanak. Namun, kedua bayi tersebut tidak menunjukan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh manusia pada usia kanak-kanak. Tak seorang pun di antara keduanya yang mampu mengucapkan kata-kata, kecuali suara auman layaknya seekor serigala. Keduanya juga berjalan merangkak dengan cara makan menjilat. Dan terlihat pertumbuhan gigi serinya paling pinggir lebih runcing menyerupai taring serigala. Setelah dikemabalikan dilingkungan masyarakat manusia, ternyata kedua anak-anak hasil asuhan serigala tersebut tak dapat menyesuaikan diri, akhirnya mati. Contoh diatas menunjukan bagaimana pengaruh pendidikan, baik dalam bentuk pemeliharaan ataupun pembentukan kebiasaan terhadap masa depan perkembangan seorang anak. Kondisi seperti itu tampaknya menyebabkan manusia memerlukan pemeliharaan, pengawasan, dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar. Manusia memang bukan makhluk instinktif secara utuh, sehingga ia tidak mungkin berkembang dan tumbuh secara instinktif sepenuhnya. Keluarga

Research paper thumbnail of Problem dan Jiwa Keagamaan

Kiki Eka Rasanti, 2019

Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seserang yang mendorong untuk berting... more Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seserang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor eksteren. Dalam kajian psikologi agama beberapa pendapat menyetujui akan adanya potensi beragama pada diri manusia. Manusia adalah homo religius(makluk beragama). Namun potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya. Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan dilakoni. Menurut prof, D.r. mar 'at, telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap yang dapat dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa: 1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan. 2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan ataupun ide. 3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah,sekolah , tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat,teladan atau percakapan. 4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak. 5. Bagian yang domianan dari sikap adalah persaan dan efektif, 6. Sikap memilikik tingkat insentitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau. 7. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu. 8. Sikap dapat bersifat relatif consisten dalam sejarah hidup indvidu. 9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu. 10. Sikap merupakan penilaian terhadap suatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan. 11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tdak memandai. Pskologi agama tampaknya sudah mulai menyadari potensi-potensi dan daya pskis manusia yang berkaitan dengan kehidupan spritual. Kemudian menempatkan potensi dan daya pskis tersebut sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, mulai tumbuh suatu kesadaran baru mengenai hubungan anatra potensi dan daya pskis tersebut dengan sikap dan pola tingkah laku manusia. Secara fitrah memang manusia adalah makhluk yang suci sejak asal kejadiannya manusia membawa potensi beragama yang lurus. Sebagaimana dikemukakan oleh abuk ala al-maududi, bahwa ketundukan manusia yang fitrah kepada sang maha pencipta bersifat total.

Research paper thumbnail of KEPRIBADIAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Kiki Eka Rasanti, 2019

A.1. Pengertian jiwa Ilmu jiwa dalam bahasa Arab disebut "Ilmu Nafs" dan persoalan nafs ini telah... more A.1. Pengertian jiwa Ilmu jiwa dalam bahasa Arab disebut "Ilmu Nafs" dan persoalan nafs ini telah banyak dibahas dalam kajian filsafat, psikologi dan juga ilmu tasawuf. Dalam filsafat, pengertian jiwa dilklasifikasikan dengan bermacam-macam makna, antara lain: a. Jiwa merupakan substansi yang berjenis khusus, yang dilawankan dengan substansi materi. b. Jiwa merupakan suatu jenis kemampuan. c. Jiwa adalah sebagai jenis proses yang tampak pada organisme-organisme hidup. d. Ada yang menyamakan pengertian jiwa dengan pengertian tingkah laku. Dalam konteks psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku, ilmu Jiwa adalah ilmu tentang tingkah laku. Teori-teori psikologi, baik Psikoanalisa, teori Behaviorisme, maupun teori Humanisme, semua memandang jiwa sebagai sesuatu yang berada di belakang tingkah laku. Dikalangan ahli tasawuf, nafs diartikan sesuatu yang melahirkan sifat tercela. Al-Ghazali misalnya menyebut nafs sebagai pusat potensi marah dan syahwat pada manusia serta sebagai pangkal dari segala sifat tercela. Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nafs (nafsu) juga dipahami sebagai dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik. Dalam al-Quran kata "Jiwa" diwakili dengan kata "Nafs". Meskipun makna "nafs" ini secara umum bisa diartikan sebagai diri. Penggunaan kata nafs Yang berarti jiwa difirmankan Allah dalam al-Quran tidak kurang dari 31 kali, sedangkan kata nafs (anfus) yang bermakna "diri telah difirmankan tidak kurang dari 279 kali dalam al-Quran.

Research paper thumbnail of Resensi psikologi Agama

Kiki Eka Rasanti, 2019

Jumlah Hlm : 458 Hlm Psikologi Agama: memahami perilaku dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip ps... more Jumlah Hlm : 458 Hlm Psikologi Agama: memahami perilaku dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi Oleh : Kiki Eka Rasanti Pada buku psikologi agama karangan Prof. Dr. H. Jalaluddin ini membahas tentang bagaimana psikologi agama sebagai satu ilmu yang baru yang layak untuk dipelajari. Di sini Prof. Dr. H. Jalaluddin menulis dengan sistematika pembahasan sebanyak 14 bab, mulai dari bab pendahuluan, psikologi agama sebagai disiplin ilmu, perkembangan psikologi agama, perkembangan jiwa keagamaan pada anak remaja, hingga pengaruh dalam kehidupan, tingkah laku keagamaan yang menyimpang. Keempat belas bab tersebut dirinci dengan sub bab di dalamnya hingga sangat jelas dan dapat memberi kita wawasan akan psikologi agama. Dalam bab pertama ini yaitu bab pendahuluan penulis menulis tentang bagaimana hubungan antara manusia dengan tuhannya sebagai hal yang adi kodrati sebagai hal yang berkebudayaan dan yang berkeberadaban dan dengan pendekatan ilmu lain yaitu ilmu psikologi,

Research paper thumbnail of Agama dan Kesehatan Mental

Research paper thumbnail of Kriteria Orang yang Matang Beragama

Kiki Eka Rasanti, 2019

Manusia mengalami dua macam perkembangan, yaitu perkembangan jasmanai dan perkembangan rohani. Pe... more Manusia mengalami dua macam perkembangan, yaitu perkembangan jasmanai dan perkembangan rohani. Perkembangan jasmani diukur dari umur kronologis. Puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. Sebaliknya, perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan (maturity). Seseorang anak yang normal, dalam usia tujuh tahun (jasmani) umumnya sudah matang untuk sekolah. Diusia itu anak-anak sudah dapat menahan diri untuk mematuhi peraturan dan disiplin sekolah serta sudah memiliki kemampuan untuk dapat mengikuti ajaran yang diberikan kepadanya. Anak-anak yang normal memiliki tingkat perkembangan yang sejajar antara jasmani dan rohaninya. Tetapi dalam kenyataan sehari-hari tak jarang dijumpai ada anak-anak yang memiliki perkembangan jasmani dan rohani yang berbeda. Seperti halnya dalam tingkat perkembangan yang dicapai diusia anak-anak, maka kedewasaan jasmani belum tentu berkembang setara dengan kematangan rohani. Secara normal, memang sorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan akan memiliki kematangan rohani seperti kematangan berfikir, kematangan kepribadian maupun kematangan emosi. Tetapi perimbangan antara kedewasaan jasmani dan kematangan rohani ini ada kalanya tidak berjalan sejajar. Secara fisik (jasmani)seorang mungkin sudah dewasa , tetapi secara rohani ia ternyata belum matang. Keterlambatan pencapaian kematangan rohani ini menurut ahli psikologi pendidikan sebagai keterlambatan dalam perkembangan kepribadian. Faktor-faktor ini menurut Dr. Singgih D. Gunarsa dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 1) faktor yang terdapat pada diri anak; 2)faktor yang berasal dari lingkungan (Singgih D. Gunarsa, 198:187). Adapun faktor intern anak itu yang dapat mempengaruhi pekembangan kepribadian adalah: (1) konsitusi tubuh; (2) struktur dan kedaan fisik; (3) koordinasi motorik; (4)kemampuan mental dan bakat khusus, intelegensi tinggi, hambatan mental,dan bakat khusus; (5) emosionalitasi. Semua faktor intern ini ikut mempengaruhi termlambat tidaknya perkembangan kepribadian seseorang. Selanjutnya, yang termasuk pengaruh faktor lingkungan adalah (1) keluarga;(2) sekolah;(Singgih G. Gunarsa, 198:88-96). Selain itu , ada faktor-faktor lain yang juga 1

Research paper thumbnail of Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Orang Dewasa Dan Usia Lanjut

Kiki Eka Rasanti, 2019

Manusia adalah makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dir... more Manusia adalah makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan. Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memrlukan bantuan dari luar dirinya. Perkembangan yang negatif akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku yang menyimpang. Bentuk tingkah laku menyimpang ini terlihat dalam kaitanya dengan kegagalan manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Para ahli psikologi perkembangan membagi perkembangan manusia berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau periode perkembangan. Secara garis besarnya priode perkembangan ituterbagi menjadi: 1) Masa prenatal; 2) Masa bayi; 3) Masa kanak-kanak; 4) Masa prapubertas; 5) Masa pubertas (remaja); 6) Masa dewasa; 7) Masa usia lanjut. Setiap masa perkembangan neniliki ciri-ciri tersendiri, termasuk perkembangan jiwa keagamaan. A. Macam-macam Kebutuhan Dalam bukunya Pengantar Psikologi Kriminil Drs. Gerson W. Bawengan, S.H mengemukakan pembagian kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh J.P Guilford sebagai berikut: 1. Kebutuhan Individual Terdiri Dari: a. Homeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh dalam proses penyesuain diri dengan lingkungan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan tubuh akan zat, protein, air, garam, mineral, vitamin, oksigen dan lainya. b. Regulasi temperatur adalah penyesuaian tubuh dalam usaha mengatasi kebutuhan akan perubahan terhadap temperatur badan. c. Tidur merupakan kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi agar terhindar dari gejala halusinasi. d. Lapar adalah kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk membangkitkan energi secara organis.

Research paper thumbnail of Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Anak dan Remaja

Kiki Eka Rasanti, 2019

Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan... more Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia bukan hanya sebatas makan, minum, pakaian maupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil riset dan observasi, mereka mengambil kesimpulan bahwa terdapat semacam keninginan dan kebutuhan yang bersfat universal. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mncintai dan dicinta tuhan. Berdasarkan hal diatas, manusia ingin mengabdikan dirinya kepada tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginanan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitif hingga yang paling modern. 1. Teori Monistik (Mono = Satu) Dimana yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal yang dimaksud yang paling dominan sebagai sumber kejiwaan itu, timbul beberapa pendapat yang dikemukakan oleh: a. Thomas Van Aquino, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu ialah berfikir. b. Fredrik Hegel, bahwa agama adalah salah satu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi. c. Frekdrick Schleimacher, bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sence of depend).Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah. d. Rudolf Otto, bahwa sumber kejiwaan adalah rasa kagum yang berada dari the wholly other (yang sama sekali lain). Jika seseorang dipengaruhi rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain di istilahkan R. Otto "Numinous" sebagai sumber yang essesial. e. Sigmund Frend

Research paper thumbnail of PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Kiki Eka Rasanti, 2019

Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Na... more Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama. Perjalanan hidup Sidharta Gautama dari seorang Putra Raja Kapilawastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup untuk menjadi seorang pertapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya nya dalam kaitan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Proses perubahan arah keyakinan agama ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang mempengaruhi diri tokoh agama Budha. Dan proses itu kemudian dalam Psikologi Agama disebut dengan konversi agama. Proses yang hampir serupa dilukiskan pula dalam Alquran tentang cara Ibrahim as. memimpin umatnya untuk bertauhid kepada Allah Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang lalu berkata: "Inilah Tuhanku" tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian, tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam ia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat." Kemudian, tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku. ini yang lebih besar" maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata "Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas ciri dari apa yang kamu persekutukan. (Q.S 6:76-78). Perumpamaan ini melukiskan bagaimana proses konversi terjadi, walaupun dalam informasi kitab suci tersebut dikiaskan kepada Ibrahim as. yang berusaha meyakinkan pengikutnya tentang kekeliruan mereka menyembah benda-benda alam yang hakekatnya hanyalah sebagai ciptaan dan tak layak disembah. Berdasarkan sumber barat para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai populer di sekitar akhir abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat

Research paper thumbnail of PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Na... more Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.

Research paper thumbnail of PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Na... more Untuk menetapkan secara pasti kapan Psikologi Agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian Psikologi Agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.

Research paper thumbnail of RESUME PSIKOLOGI AGAMA SEBAGAI DISIPLIN ILMU

Kiki Eka Rasanti, 2019

Psikologi termasuk ilmu cabang dari filsafat. Jika psikologi dinilai sebagai disiplin ilmu yang o... more Psikologi termasuk ilmu cabang dari filsafat. Jika psikologi dinilai sebagai disiplin ilmu yang otonom yang kemudian darinya berkembang berbagai disiplin ilmu cabangnya, maka psikologi agama dapat disebut sebagai cabang psikologi. Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab. Namun aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya hingga menjadi empat gejala jiwa utama yang dipelajari psikologi, yaitu pikiran, perasaan, kehendak dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelelahan maupun gengsi. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya mulai terungkap bahwa gejala-gejala jiwa tersebut tidak sama pada manusia yang berbeda usia. Sikap dan tingkah laku anak-anak berbeda dengan anak remaja, serta juga terdapat perbedaan antara remaja dengan orang dewasa maupun orang yang sudah lanjut usia. Kenyataan ini mendorong para ahli psikologi untuk mengembangkan cabang-cabang psikologi yang dapat digunakan untuk mempelajari gejala-gejala jiwa manusia pada tingkat usia tertentu. Dari sini timbullah ilmu-ilmu cabang psikologi seperti psikologi anak, psikologi remaja, psikologi orangtua. Psikologi anak secara umum mempelajari perkembangan kejiwaan pada usia kanak-kanak. Sedangkan setelah anak menginjak usia pubertas hingga menjelang usia dewasa dibahas oleh cabang psikologi yang lain, yaitu psikologi remaja. Demikian pula untuk mempelajari tentang gejala jiwa manusia usia lanjut (manula) dikembangkan pula psikologi khusus sebagai cabang dari psikologi umum. Selanjutnya dalam kajian-kajian psikologi juga dijumpai berbagai perbedaan antara manusia yang sudah berbudaya tinggi (berperadaban) dengan manusia yang masih hidup secara sederhana (primitive), maka muncul pula psikologi primitive sebagai cabang berikutnya. Kemudian dalam kaitannya dengan kondisi mental ternyata manusia juga berbeda, sehingga untuk mempelajarinya diperlukan adanya psikologi khusus. Maka muncullah psikologi abnormal dan para psikologi.

Research paper thumbnail of Resensi psikologi

Psikologi Agama" adalah buku karya Prof. Dr. H. Ramayulis yang keempat dari 13 karya buku yang te... more Psikologi Agama" adalah buku karya Prof. Dr. H. Ramayulis yang keempat dari 13 karya buku yang telah diterbitkan. Dalam buku ini Ramayulis menuliskan tentang pengertian dan sejarah perkembangan psikologi agama, metode penelitian psikologi agama dan sumber kejiwaagamaan hingga fungsi agama dalam kehidupan. Dalam buku ini ada sebelas pembahasan tentang psikologi agama, dimana setiap babnya memiliki pembahasan yang berbeda dan saling berkaitan.

Research paper thumbnail of Tafsir surat luqman

Sebagai Muslim kita diminta untuk menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup kita. Terdapat pula b... more Sebagai Muslim kita diminta untuk menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup kita. Terdapat pula banyak kisah, pelajaran dan hikmah dalam setiap surat dan ayatnya. Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah dalam hal ini mencakup aqidah dan ibadah. Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dalam hal ini mencakup makanan, pakaian dan akhlaq. Selain itu Islam juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia yang dalam hal ini mencakup sistem pemerintahan, sistem sanksi, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem pergaulan dan politik luar negeri. Semua hal tersebut diikuti oleh kaum muslimin sebagai manifestasi ketundukan kepada Nya, sebuah bukti dari lurusnya tauhid dalam diri kaum muslimin. Dalam Al-Qur'an surat luqman ayat 12-19 Allah menerangkan betapa seorang hamba-Nya yang ia karunia "hikmah" yaitu luqman begitu bijaksana dalam mengajari putranya (dalam al-Qur'an) tentang ajaran mendasar pendidikan yang sampai sekarang masih sesuai, dan sering dijadikan landasan pendidikan yang bercorak Islami, dimulai dari ayat 12-19 surat Luqman Allah begitu menekankan aspek pedagogik berupa seruan Aqidah seperti dilarang menyekutukan Allah, mendirikan sholat dan Akhlaq berupa bersikap santun kepada kedua orangtua, jangan menyakitinya dang seterusnya. Muamalah seperti berbuat baik (amal ma'ruf) dan mencegah perbuatan keji dan mungkar (nahyi mungkar).