Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita 24-60 Bulan DI Wilayah Kerja Puskesmas Lakudo Kabupaten Buton Tengah (original) (raw)

Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Balita Usia 24 – 59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Penyandingan Kabupaten OKU Tahun 2021

Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA

Stunting is still a problem in terms of nutrition and child development in Indonesia. Stunting in the province of South Sumatra in 20 18 amounted to 31.7 %. The prevalence of stunting in OKU Regency is 33.2%. The highest contributor to the stunting rate was the Pairing Health Center with 56 children under five. The purpose general of the research it is factor factors related to the incidence of stunting . This study is a correlation with case control design using secondary data from the MCH book and primary data through interviews. Variables examined included height toddler , the type of sex, the provision of breastfeeding , maternal education level, breastfeeding Eksklusif and birth weight. The number of samples in this study were 1 1 2 samples which included 56 case groups and 56 control groups. The sampling technique for the case group used a saturated sample and the probability sampling technique was used for the control group . The results showed that the variables related to ...

Faktor Resiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-60 Bulan di Kecamatan Koto Balingka Pasaman Barat Tahun 2019

Scientific Journal

Latar belakang: Stunting adalah kondisi dimana balita gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis sehingga balita lebih pendek untuk usianya. Menurut Kemenkes tahun 2018 stunting adalah balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD / standar deviasi (stunted) dan kurang dari –3SD (severely stunted), banyak faktor yang menyebabkan kejadian stunting, yaitu karakteristik anak berupa jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, infeksi TB, asupan energi rendah, pola pengasuhan tidak ASI ekslusif, pelayanan kesehatan imunisasi yang tidak lengkap, dan karakteristik keluarga berupa pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, status ekonomi keluarga dan sanitasi yang buruk, jika faktor-faktor tersebut tidak di perhatikan maka angka kejadian stunting akan terus meningkat. Tujuan: Untuk mengetahui faktor resiko kejadian stunting pada balita di kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat tahun 2019. Metode: Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-Januari di wilayah Kecamatan Koto...

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 24-60 Bulan DI Wilayah Puskesmas Ollot Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2019

Jurnal Sains dan Kesehatan

Gizi buruk menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak. Salah satu masalah pertumbuhan pada balita adalah terhambatnya pertumbuhan tinggi badan anak sehingga anak tumbuh tinggi tidak sesuai dengan umurnya yang disebut dengan balita pendek atau stunting. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran dan factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita umur 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ollot tahun 2019. Desain pada penelitian ini menggunakan cross sectional dengan penelitian survey analitik. Sampel yang sebanyak 91 responden. Analisis yang digunakan chi-square untuk melihat hubungan antar variabel. Hasil penelitian ini sebanyak 13% balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Ollot yang berat lahirnya <2500gram BBLR, 75% berstatus infeksi penyakit (diare dan ISPA), 65% tidak mendapatkan ASI Eksklusif, dan 91% balita memiliki status imunisasi dasar lengkap. Dililihat dari hasil analisis terdapat hubungan beramakna antara faktor pemberian ASI Eksklusif den...

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan DI Wilayah Kerja Puskesmas Marobo Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2022

Jurnal Gizi dan Kesehatan Indonesia, 2023

Anak yang kekurangan gizi, sering terinfeksi, dan tidak diberikan stimulus psikologis yang cukup akan mengalami stunting (suatu masalah tumbuh kembang). Stunting adalah kekurangan gizi jangka panjang, biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhan gizi. Infeksi, diet tambahan/pendamping yang buruk, keperawatan, dan variabel keluarga dan rumah tangga. Pada tahun 2022, Puskesmas Marobo akan melakukan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor risiko stunting pada bayi usia 6 hingga 24 bulan. Analisis terukur adalah apa jenis penyelidikan ini adalah studi analitik. Analitik observasional yaitu penelitian dengan desain cross sectional study dengan menggunakan uji univariat dan uji bivariat. Semua bayi di wilayah operasi Pusat Kesehatan Marobo antara usia 6 dan 24 bulan menjadi demografi penelitian, dan 78 tanggapan menjadi sampel. strategi non-probability sampling dikombinasikan dengan teknik accidental sampling. Uji statistik Chi-Square menunjukkan adanya hubungan antara frekuensi stunting pada bayi usia 6 sampai 24 bulan dengan prevalensi penyakit virus atau infeksi (p=0,004), MP-ASI (p=0,002), dan pendapatan atau kekayaan keluarga (p=0,009). Sebanyak 78 partisipan disurvei prevalensi stunting pada anak usia 6-24 bulan di wilayah pelayanan Puskesmas Marobo Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2022. Berdasarkan temuan tersebut, saya menyimpulkan bahwa penyakit menular, pola pemberian MP-ASI, dan pendapatan keluarga semuanya berperan dalam prevalensi stunting pada kelompok usia ini.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulandi Wilayah Kerja Puskesmaswonosari I

2017

Latar Belakang: Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki dampak bukan hanya gangguan pertumbuhan fisik anak, tetapi mempengaruhi pula pertumbuhan otak balita. Prevalensi stunting di Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 30,1 % dan tertinggi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan : Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada balita usia 24-59 bulan diWilayah Kerja Puskesmas Wonosari I tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Sampel sebanyak 95 dengan teknik purposive sampling. Metode analisa yang digunakan adalah chi-square dan regresi logistik. Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa status ekonomi nilai p (0,002<0,05), tinggi badan ibu nilai (p<0,05), dan BBLR nilai p (0,045<0,05). Hasil analisis multivariat status ekonomi (OR:4,8), tinggi badan ibu (OR:10,1...

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu Batu Kabupaten Enrekang

2019

Pendahuluan: Stunting atau di sebut dengan “pendek” merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Pada tahun 2014 prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37% (terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2% pendek) yang berarti terjadi peningkatan tahun 2010 (35.6%) dan tahun 2007 (36,8%) prevalensi balita Pendek (Stunting). Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional. Lokasi penelitian di wilayah kerja puskesmas buntu batu kabupaten enrekang dengan populasi yaitu balita umur 21-24 bulan sebanyak 506 dan 101sampel menggunakan uji statisik chi-square dilanjutkan dengan uji fisher exact Hasil: Hasil analisis bivariat yaitu Asi eksklusif dengan kejadian stunting nilai p-value 0,060 (p g 0,05), berat badan lahir r...

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Baa Kabupaten Rote Ndao

Media Kesehatan Masyarakat, 2021

Stunting describes the unfulfilled intake of nutrients needed by toddlers that has been going on for a long time since the fetus is in the womb until the child is born and the first 2 years of the child's life. The aim of this study was to analyze the factors associated with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months. This research is an analytic survey research based on a cross sectional study. The sample in this study amounted to 103 toddlers who were selected by simple random sampling technique. This research was conducted from September to October 2020. Data were collected by conducting interviews, observations, filling out questionnaires and also documentation. In the bivariate analysis the chi-square test was used and the multivariate analysis used the multiple logistic regression test. The results of multivariate analysis showed a significant relationship between exclusive breastfeeding (p-value = 0.003), feeding patterns (p-value = 0.010), maternal education...

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Anakbalitadi Puskesmas Plajupalembang

2020

Stunting merupakan keadaan indeks tinggi badan menurut umur di bawah minus dua standar deviasi berdasarkan standar WHO. Stunting merupakan manifestasi jangka panjang faktor konsumsi diet berkualitas rendah, penyakit infeksi berulang, dan lingkungan. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Banyak faktor yang dapat memicu seorang balita dapat menjadi stunting yaitu BBLR, riwayat ASI Eksklusif, riwayat penyakit infeksi, riwayat imunisasi, pendidikan orang tua, dan pola pemberian makan, lingkungan, genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko faktor BBLR, riwayat ASI Eksklusif, riwayat penyakit infeksi, riwayat imunisasi, pendidikan orang tua, dan pola pemberian makan, dengan kejadian stunting pada anak balita di Puskesmas Plaju Palembang. Jenis Penelitian ini merupakan studi penelitian analitik dengan desain kasus kontrol (case control design), sebanyak 60 sampel, 30 kas...

Faktor Ibu Dan Anak Pada Kejadian Stunting Di Puskesmas Batakte

Jurnal Kesehatan

Balita stunting memiliki risiko penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan penyakit degeneratif di masa mendatang. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan proporsi balita gizi pendek dan sangat pendek tertinggi, yaitu 42,4%. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko stunting pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Batakte Kabupaten Kupang. Rancangan penelitian ini adalah studi kasus kontrol. Subjek penelitian adalah balita usia (0-59 bulan) dengan kelompok kasus balita stunting sedangkan sampel kontrol adalah balita normal dengan perbandingan 1:1 sebanyak 48 balita dan ibu balita sebagai responden. Pemilihan sampel menggunakan simple random sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square dan perhitungan OR untuk menilai faktor risiko. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Batakte pada bulan Agustus sampai Oktober 2021. Variabel penelitian adalah riwayat penyakit menular, berat badan lahir ...