Konstruksi alat ukur karakter nasionalisme (original) (raw)
Related papers
Pengembangan Alat Ukur Sikap Nasionalisme pada Mahasiswa
2021
The globalization era not only gives a change towards individual success but also reduce nationalism attitude. This research aims to develop nationalism attitudes scale. There are seven aspects of nationalism which are constructed in this scale which are tolerance, responsibility, willing to sacrifice, courtesy, caring for others, willing to use domestic products, and loving own culture. There are 100 students of Malikussaleh University, North Aceh involved in the testing of this scale. The results showed that the reliability value was 0.808 and classified high. In other words, this nationalism attitude scale can be trusted. The exploratory analysis was resulted in five components of the nationalism attitude which consist of 38 items.
Konstruksi alat ukur karakter mandiri
Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan, 2019
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat kontruksi skala karakter kemandirian pada siswa SMA sebagai instrumen pengukuran karakter kemandirian dengan melakukan validitas konstruk menggunakan principal component analysis (PCA). Populasi penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 337 responden, dengan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling di setiap wilayah yaitu pada SMA 1 Kabupaten Kerinci, SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Barat, SMA Negeri 5 Kota Kabupaten Tebo dan SMA Negeri 12 Kabupaten Merangin, dan SMA Negeri 1 Kota Jambi dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa validitas konstruk yang menggunakan analisis Principal Component Analysis dengan rotasi orthogonal dan ekstraksi varimaks menghasilkan lima faktor yang berhasil diekstraksi yang berupa komponen ketekunan, kegigihan, dan gemar belajar. Hasil uji reliabilitas konsistensi internal dengan Metode Guttman λ=0.820. Norma alat ukur menggunakan standar deviasi hipotetik baik untuk setiap komponen maupun alat ukur keseluruhan. Alat ukur ini didukung oleh validitas konstruk yang baik serta reliabilitas yang memuaskan.
Konstruksi Alat Ukur Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar
2018
Tujuan penelitian ini adalah melakukan validitas konstrak dengan menggunakan analisis faktor pada alat ukur karakter, khususnya karakter religius. Populasi penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar (SD). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 347 responden, dengan teknik pengambilan secara acak di setiap wilayah yaitu pada SD Negeri 149 Muaro Tebo, SD Negeri 1 Kota Jambi, SD Negeri 4 Kuala Tungkal, SD Negeri 139 Kerinci. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa validitas konstrak yang menggunakan analisis Principal Component Analysis dengan rotasi orthogonal dan ekstraksi varimaks menghasilkan l ima faktor yang berhasil diekstraksi yang berupa toleransi, kepercayaan diri, melindungi , ketulusan dan anti kekerasan. Hasil uji reliabilitas konsistensi internal dengan Metode Guttman λ=0,824. Norma alat ukur menggunakan standar deviasi hipotetik baik untuk setiap komponen maupun alat ukur keseluruhan. Alat ukur ini didukung ole h validitas konstrak yang baik serta reliabilitas yang memuaska...
Membangun Semangat Nasionalisme dengan
Pendahuluan   Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara -dalam bahasa Inggris â€oenation―-dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia (wikipedia, 2008)3. Dalam zaman modern ini, nasionalisme lebih merujuk kepada amalan politik maupun kesatriaan dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan. Secara teori, nasionalisme dapat dilihat sebagai sebagian paham negara atau gerakan yang populer berdasarkan pendapat warga negara, etnis, budaya, keagamaan, dan ideologi dengan terminologinya masing-masing. Pengkategorian tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan beberapa atau semua elemen tersebut.
Konstruksi Makna Nasionalisme Pada Desain Uang Rupiah Kertas
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 2018
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kontroversi pengeluaran uang Rupiah kertas tahun emisi 2016. Dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol yang terdapat dalam uang Rupiah kertas TE 2016, makna yang terkandung di dalam simbol tersebut, dan bagaimana simbol-simbol tersebut dapat mengkonstruksi makna nasionalisme. Hasil penelitian menunjukkan simbol yang hadir dalam uang Rupiah kertas TE 2016 ialah simbol garuda pancasila, simbol teks Negara Kesatuan Republik Indonesia dan gambar peta Indonesia, simbol teks “Bank Indonesia”, simbol teks “Seribu, Dua Ribu...Seratus Ribu Rupiah”, simbol tanda tangan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, simbol teks “Dengan Rahmat Tuhan…”, simbol pahlawan nasional, simbol tarian daerah, simbol tempat wisata alam, simbol bunga, dan simbol motif batik. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat sebelas simbol utama dalam desain uang Rupiah kertas TE 2016. Kesebelas simbol tersebut mem...
Kajian Nilai Pendidikan Karakter Tokoh Kumbakarna Dalam Meningkatkan Mutu Nasionalisme
Jurnal Penjaminan Mutu, 2020
The spirit of nationalism should appear in every citizen, including the Alengka Kumbakarna in defense of his country. But, the figure Kumbakarna often neglected for example real in trade off his country. It is forgotten because Kumbakarna giant is to be measured by its evil and do not care. Research that of the value of a character nationalism Kumbakarna and implementation of nationalism in the life of globalization. Methods used in this research was qualitative dekriptif a literature study. Research findings this is the character education kumbarna figure there are seven character is in kumbakarna honest figures, hard work, are, responsibility, social care, love of water, and nationalism. The implementation in the life of , that Kumbakarna have provided it is like giant, but the works that are done that is really have adopted in defense of his country. The real conducted in such a way that all citizens have to have spirit and without forgetting in building his country in a the same...
Pembangunan karakter bangsa merupakan gagasan besar yang sejak awal telah dicetuskan para pendiri bangsa ini. Hal tersebut didasari atas fakta bahwa sebagai bangsa, Indonesia terdiri atas beragam suku, ras, bahasa, agama, kepercayaan, dan budaya yang beragam. Keberagaman ini membutuhkan kesamaan pandangan tentang budaya dan karakter yang holistik sebagai bangsa. Hal ini penting karena keragaman bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi dapat menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat jika dikelola dengan baik. Di sisi lain juga berpotensi menjadi pemicu terjadinya konflik, bahkan perang dan pembunuhan jika keragaman yang ada tidak dikelola dengan baik. Saya kerap menganalogikan keragaman (kebhinekaan) di antara kita laksana sebuah bangunan, rumah atau gedung. Ia dapat berdiri kokoh justru karena dibangun dari beragam unsur yang berbeda. Coba kita cermati gedung yang kita tinggali saat ini. Ia dapat berdiri kokoh justru karena dibangun dari rupa-rupa bahan bangunan. Ada besi, pasir, kayu, semen, dan sebagainya. Apa yang bisa kita bayangkan jika gedung ini hanya dibangun dari satu unsur saja misalnya. Maka ia tak akan pernah bisa berdiri kokoh. Ia akan mudah goyah dihempas oleh hembusan angin yang bertiup, bahkan tumbang jika diterpa badai topan. Keragaman juga merupakan anugerah terindah yang dikaruniakan Tuhan kepada kita untuk kita syukuri, kita apresiasi, dan kita nikmati. Mengapa demikian? Sebab keragaman itulah yang membuat dunia jauh lebih nampak indah. Analoginya sederhana: sebuah taman jauh lebih indah jika ada banyak ragam tanaman hias di dalamnya. Ada mawar, melati, bougenvile, dan sebagainya. Ia jauh lebih indah dan menyenangkan dibanding dengan sebuah taman yang hanya dihuni oleh satu jenis tanaman saja. Oleh karena itu kebhinekaan yang kita miliki sejak Tanah Air kita ini belum merdeka harus kita syukuri, kita jaga, kita rawat dan kita ruwat agar tetap mendatangkan sebuah kekuatan yang maha dahsyat untuk mewujudkan sebuang bangsa yang berkarakter: bangsa yang memiliki kepribadian kuat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan filosofi dalam berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, pembangunan karakter bangsa harus melibatkan seluruh elemen bangsa, baik dari unsur etnisitas, ras, suku, budaya, dan juga agama atau kepercayaan. Ini merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin kita hindarkan. Dan ini pula yang telah disadari oleh para founding fathers dan mothersbangsa kita sejak awal kita merdeka, bahkan jauh hari sebelumnya. Karena itu, keterlibatan berbagai unsur tersebut merupakan limpahan kekuatan untuk membangun karakter bangsa, dan bukan sebaliknya.
Lunturnya Semangat Nasionalisme
Dalam pidato yang disampaikan pada Peringatan Hari Kemerdekaan ke-67 Republik Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa dalam 100 tahun kedua setelah kebangkitan nasional, Indonesia dapat tampil menjadi negara maju.
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang harus menjiwai semua bidang pembangunan. Salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah pembangunan karakter bangsa. Ada beberapa alasan mendasar yang melatari pentingnya pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis, ideologis, normatif, historis maupun sosiokultural.
Konstruksi Alat Ukur Konservatisme Islam di Indonesia
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 2021
Islamic conservatism has been said to inspire the rise of intolerance between religions in Indonesia and the growth of radical ideologies which threatens government stability. To understand the rise of Islamic conservatism, two studies were conducted to construct a valid and reliable psychological measurement which is able to measure the level of Islamic conservatism among Indonesian people. This Islamic conservatism scale consists of 5 dimensions with 2-3 indicators for each dimension. The validity testing was conducted using Confirmatory Factor Analysis, while the reliability testing of the instrument was conducted using Cronbach Alpha as internal consistency technique. The testings were conducted twice, in which the first one showed that 5 dimensions-scale is unfit, although reliable. When 2 dimensions with high social desirable items were excluded, the scale with 3 dimensions show a good fit, therefore the scale is valid and also reliable. Second study was conducted to measure c...