Pengembangan Model Partisipatif Masyarakat Dalam Menciptakan Lingkungan Yang Sehat, Berkualitas Dan Produktif (Semadu) Bagi Masyarakat DI Masa Pandemi COVID-19 DI Desa Sukadamai Cikupa (original) (raw)
Related papers
Jurnal Marine Kreatif
The major problem in fishing production activities faced by fishermen in Wawatu Village is the limited fishing ground area caused by unfriendly-environmentally fishing activities, unorganized spawning and nursery areas so that the availability of fish stocks in their habitats is insufficient for fishermen and traditional fishery businesses. The main focus of this community dedication activity was to further optimize FADs functions as a fishing tool, attracting squid and crabs to gather inside the FADs area. This activity can be one of the solutions to increase fish production during the COVID-19 pandemic in Wawatu Village, North Moramo District, South Konawe Regency. There were two approaches in this activity, namely 1) approach of participatory training to partners, 2) technology applications at the demonstration plot (demplot) location. The result showed that the community was quite enthusiastic in participating in all activities including training and discussion activities as wel...
Pendampingan Komunitas Masyarakat Sukajadi Dalam Mengedukasi Nilai Guna Sampah Menjadi Berkah
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
Education of waste management is needed because there are people do not understand how to manage waste. This problem was raised by the government of Bandung in Kang Pisman program (Reduce Separate Benefit). Ikatan kekeluargaan Perempuan Maranatha (IKPM) and Bank Sampah Bersinar support the program by educating the public in improving the use of waste. The target community is the Sukajadi Community. The number of the participants was 45 people. Participants filled out a questionnaire before and after education, 38 participants completed the questionnaire and 7 participants did not complete the questionnaire. Education consists waste sorting, waste management ad types of waste. This service method uses the Participatory Action Research (PAR) method. Wilcoxon Signed Rank Test shows an increase in knowledge about waste sorting, waste management and types of waste. It is hoped that the community from Sukajadi can manage their waste properly and Kang Pisman program can be successful.Eduka...
Jurnal Pengabdian UNDIKMA, 2022
This community service aims to increase the knowledge of the residents of Kalimas Village about the importance of clean water management as an effort to improve public health in order to achieve the SDGs goals. the service method uses counseling that takes place offline and online to reduce the spread of Covid-19. The results of the service show that the community understands the importance of clean water for health. The construction of reservoirs is proof of the application of infrastructure that supports clean water treatment. The people of Kalimas Village still need material and non-material assistance to increase the SGDs (Sustainable Development Goals) index according to the government's target.
2021
ABSTRAK Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat, hal ini terdapat pada Pilar Pertama Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Dalam penelitian ini masalah yang dikaji adalah Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di pekon Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo, Kabupeten Pringsewu, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di pekon Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Adapun pengumpulan data didapat dari hasil observasi untuk mel...
2021
In the midst of the Covid-19 pandemic, economic improvements must be made by all levels of society so that they can meet their daily needs. One way to improve the community's economy can be done by increasing the UMKM (Micro, Small and Medium Enterprises). UMKM (Micro, Small and Medium Enterprises) actors are slowly starting to experience problems arising from the pandemic such as marketing and capitalization. In accordance with the objective desired by the researcher, namely the formation of community participation in increasing creative and innovative MSMEs in Pikat Village, Dawan District, Klungkung Regency. Having creative and innovative ideas about MSMEs in the midst of a pandemic like this can help people to survive in their current conditions. Currently, MSMEs in Indonesia continue to experience a drastic decline. Not a few MSMEs have to go out of business because of the lack of customers, so this has led to many layoffs (PHK). Therefore, the participation of the communit...
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam Pengolahan Air Bersih di Desa Sukajadi
2021
Keterbatasan pasokan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi kendala utama yang dialami warga di Desa Sukajadi. Dengan keterbatasan pengetahuan, sarana, prasarana dan ekonomi, warga terus menggunakan air yang tidak sehat untuk kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu, masyarakat sangat perlu diberi pengetahuan dan keterampilan pengolahan air bersih. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dalam Pengolahan Air Bersih di Desa Sukajadi bertujuan untuk: 1) meningkatkan pengetahuan tentang air bersih dan budaya hidup bersih, 2) memberikan keterampilan teknologi proses pengolahan air bersih. Tujuan tersebut dicapai dengan kegiatan berupa penyuluhan, pelatihan, dan penerapan teknologi tepat guna untuk mengolah air bersih. Hasil yang dicapai adalah: 1) meningkatnya pengetahuan mitra tentang pentinganya air bersih bagi kesehatan, 2) mitra telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan pengolahan air bersih untuk rumah tangga.
Bekerja sebagai petani sesungguhnya merupakan jati diri bangsa Indonesia, sejak berabad-abad silam. Bahkan, dalam perspektif global, petani merupakan representasi dominan kebudayaan universal manusia di muka bumi, nyaris tidak ada sejengkal tanahpun yang terlewat disentuh tangan-tangan petani. Seyogyanya, petani mendapatkan tempat yang terhormat dalam sejarah dunia, tetapi menurut catatan Shanin (dalam Outhwaite, 2008:609) dunia praindustri bersikap memusuhi dan tidak perduli dengan petani; bahkan Eropa di abad petengahan, mendefinisikan enam tasrif kata petani sebagai " jahat, kasar, pengemis, perampok, rompak, dan penjarah ". Semua ini berubah dramatis setelah dekolonialisasi pada sekitaran tahun 1950/1960-an dan lahirnya kesadaran akan " masyarakat/negara berkembang " atau dipermanis dengan istilah model pembangunan dengan menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi (economy growth) di mana masyarakat petani memainkan peranan penting, hal ini sebagai langkah ikut-ikutan sembari melihat perkembangan industri di negara-negara barat, sehingga munculah suatu paradigma bagi " masyarakat berkembang " ini, kalau mau maju dibidang ekonomi dan sosial maka harus melakukan juga apa yang dilakukan oleh negara-negara barat. Namun apa yang sebenarnya terjadi di negara kita tidak lebih dari menempatkan petani sebagi penggembira atau penonton dari pelaksanaan model pembangunan yang ditelan mentah-mentah dari negara-negara barat, yang menikmati atau sebagai penikmat dari model pembangunan yang menitik beratkan pada pembangunan industri dengan modal yang tidak sedikit ini hanyalah segelintir orang saja mereka adalah para konglomerat dan kroni-kroninya, sementara itu masyarakat petani hanya mendapatkan " percikan halus " saja dari akibat panjangnya birokrasi dan terjadinya kebocoran-kebocoran dalam perjalananya, kalau diingat-ingat ada istilah (kalau bisa diperlambat kenapa harus dipercepat) sebuah istilah yang sampai sekarang masih saja melegenda meskipun makna dan objeknya terkadang berbeda namun substansinya tetap mencerminkan ada yang tidak beres dengan sistem pembangunan yang terjadi di republik " Indonesia Raya " tercinta ini.
2013
Ada dua persoalan yang diteliti dalam skripsi ini adalah : Bagaimanakah proses pengorganisasian yang dilakukan komunitas CIKUNG dalam pemberdayaan lingkungan di Desa Segorotambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan peneliti terlibat langsung. Sedangkan tahap-tahap penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap pra-lapangan, tahap lapangan, dan tahap analisa data. Hasil Penemuan/jawaban dari pertanyaan di atas pemberdayaan yang ada di Desa Segorotambak ini, yaitu atas inisiatif dari masyarakat yakni kaum pemuda desa dengan bantuan beberapa perangkat desa masyarakat untuk mendirikan sebuah komunitas Pecinta Lingkungan (CIKUNG) dalam hal ini membuat program Bank Sampah. Yaitu melalui pemberdayaan pendampingan secara langsung dengan memberikan wawasan tentang pengetahuan-pengetahuan mengenai manafat lingkungan bersih dan mengenalkan dampak dari lin...
Jurnal Teknik ITS
Kotalama merupakan salah satu kelurahan yang ditetapkan menjadi kawasan prioritas kumuh oleh pemerintah Kota Malang. Salah satu permasalahan pada kelurahan Kotalama adalah masyarakatnya yang kurang bisa menerima proram-program yang telah dibuat pemerintah untuk meningkatkan kualitas permukiman kumuh. Untuk itu diperlukan identifikasi partisipasi masyarakat yang sesuai dengan kondisi eksisting masyarakat. Sasaran Pertama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Kotalama yang menggunakan teknik analisa skoring dan overlay. Sasaran kedua adalah menentukan tingkat partisipasi masyarakat dengan menggunakan teknik analisis skoring. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh berdasarkan tingkat kekumuhan. Tingkat partisipasi dan tingkat kekumuhan yang dihasilkan yaitu kumuh sedang dengan tingkat partisipasi therapy, kumuh sedang dengan tingkat partisipasi pemberian informasi, kumuh sedang dengan tingkat partisipasi konsultasi, dan kumuh berat dengan tingkat partisipasi pemberian informasi.