SPEKTROFOTOMETRI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER (FTIR (original) (raw)
Related papers
2018
Abstrak Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang dapat mengalami mutasi akibat radiasi sinar ultraviolet. Identifikasi untuk membedakan bakteri yang mengalami mutasi masih cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Spektrofotometri FT-IR dapat digunakan untuk identifikasi bakteri secara cepat dan mudah. Penelitian ini dilakukan untuk membedakan bakteri E. coli galur murni dan E. coli galur mutan (akibat radiasi ultravilet) berdasarkan pola spektrum utama dan spektrum derivatif kedua FT-IR. Hasil penelitian menunjukkan pada spektrum utama E. coli galur mutan selalu muncul serapan pada bilangan gelombang 1154 – 1157 cm-1 yang tidak ditemukan pada spektrum E. coli galur murni yang diduga sebagai regang amida II protein. Spektrum derivatif kedua menunjukkan serapan pada bilangan gelombang 2964 –2967 cm-1 yang hanya ditemukan pada spektrum E. coli galur murni, di mana serapan tersebut diduga sebagai regang C-H alifatik. Kata kunci : Escherichia coli, E. coli galur mutan, radiasi...
ANALISIS KEMOMETRIKA SPEKTRUM Fourier transformed infrared (FTIR) DARI MINYAK NABATI
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia
Minyak nabati adalah minyak yang di ekstraksi dari berbagai tumbuhan. Ada banyak jenis minyak nabati diantaranya minyak kacang, bunga matahari, jagung, kedelai, wijen, kelapa, zaitun dan lain sebagainya. Banyak industri makanan yang menggunakan minyak nabati sebagai bahan baku olahannya seperti margarin, mentega, dan produk lainnya, menyebabkan banyaknya minyak nabati yang beredar dipasaran sehingga memerlukan metode analisis yang tepat untuk mengetahui kualitas dari berbagai jenis minyak nabati tersebut. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan metode analisis minyak nabati menggunakan kemometrika spektrum FTIR dari minyak nabati. Kemometrika merupakan salah satu teknik pengukuran yang berhubungan dengan pengukuran data multivariat yaitu data yang dihasilkan dari pengukuran banyak variabel pada satu sampel yang sejenis. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap 20 jenis sampel minyak nabati menggunakan Fourier transformed infrared- Attenuated Total Reflectance ...
SPEKTROFOTOMETER DAN PIGMEN PADA TANAMAN
Bahan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang kehidupan manusia. Sumber bahan pangan banyak berasal dari tanaman berupa sayuran, buah, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Dalam setiap jenis tanaman memiliki kandungan gizi serta manfaat yang berbeda. Secara organoleptik tanaman pangan bukan hanya dilihat dari segi fisik dan cita rasanya tetapi dapat juga dilihat dari berbagai macam warna berbeda yang dimiliki oleh tanaman tersebut. Warna dalam bahan pangan atau tanaman dipengaruhi oleh molekul pigmen yang terkandung di dalam tanaman tersebut. Pigmen dalam bahan pangan memiliki banyak jenis dan fungsi yang berbeda-beda dalam memberikan warna. Beberapa pigmen yang penting tergolong dalam kelompok klorofil, karotenoid dan antosianin. Bahan pangan yang mengandung pigmen karoten sangat baik dilihat dari segi kebutuhan gizi manusia karena sebagian karotenoid dapat diubah menjadi vitamin A. Dimana pigmen-pigmen ini banyak ditemukan di dalam tanaman bersama-sama dengan klorofil. Selain memiliki perbedaan warna pigmen satu dan lainnya, pigmen juga memilik panjang gelombang yang berbeda-beda sehingga diperlukan alat spektrofotometer yang dapat membaca nilai absorbansi dan panjang gelombang suatu sampel melalui cahaya yang diteruskan dan diserap. Berdasarkan uraian di atas praktikum ini dilakukan untuk mengetahui jenis pigmen yang terdapat dalam bahan pangan serta panjang gelombang dari masing-masing pigmen.
Fourier Transform Infrared Specroscopy atau yang dikenal dengan FT-IR merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa komposisi kimia dari senyawa-senyawa organic, polimer, pelapisan, material semi konduktor, sampel biologis, senyawa-senyawa anorganik, dan mineral. FTIR mampu menganalisis suatu material baik secara keseluruhan, lapisan tipis, cairan, padatan, pasta, serbuk, serat, dan bentuk lainnya. FTIR tidak hanya mempunyai kemampuan untuk analisa kulitatif, namun untuk analisa kuantitatif. Percobaan ini menggunkan FTIR untuk analisis secara kuantitatif penentuan kadar kafein dalam teh menggunakan larutan standar kafein 300 ppm, 500 ppm, 5000 ppm, dan 10000 ppm. Dengan menghasilkan kurva standar didapatkan persamaan garis yang hubungannya antara absorban terhadap konsentrasi kafein. Bilangan gelombang khas untuk kafein, yaitu sebesar 1658 cm -1 dan kadar kafein dalam teh didapatkan sebesar 2.85 %. Kata kunci :FTIR, kafein, spektrum IR, signal dan derau (S/N) 1 NIM: G44110043
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Parrot fish (Scarus sp) is a commodity which commonly consumed in North Sulawesi. High consumption of this fish has caused the high amount of fish scales as wastes. As parrot fish scales contain protein that could be transformed into commercial products such as collagen. Collagen could be applied in the industrial fields including cosmetics and pharmaceutics. The purpose of this study was to determine molecular structure of collagen derived from the wet and dry parrot fish (Scarus sp) scales, based on molecular absorption of electromagnetic in the infrared region of the fourier transform infrared spectroscopy.Preparation of collagen of fish scales both in wet and dry forms, was initially performed with pre-treatment of raw materials by maceration in sodium hydroxide (NaOH) solution for 48 hours. Then hydrolysis process was conducted in hydrochloric acid (HCl) solution again for 48 hours to remove mineral contents of the scales. Collagen yield of fish scales in wet and dry forms w...
BIOSTRATIGRAFI BERDASARKAN FOSIL MIKRO FORAMINIFERA
Penyusunan biostratigrafi berdasarkan fosil mikro, mengandalkan pada ketelitian pengamatan di lapangan. Contoh batuan yang diambil harus masih insitu, kedudukan stratigrafi dan lokasi contoh batuan diketahui dengan pasti dan diplot pada peta eksplorasi. Kedudukan atronomis (garis Lintang dan garis Bujur), serta ketinggian lokasi dapat ditentukan dengan bantuan alat GPS. Bila karena sesuatu hal (misalnya nomor sample terlepas dari kantong contoh, catatan yang berkaitan dengan fosil tersebut hilang) contoh batuan tidak diketahui posisinya, fosil tersebut akan kehilangan nilai ilmiahnya. Anda hanya akan berhadapan dengan sisa kehidupan dan " tidak dapat berbicara apa-apa. MACAM CONTOH BATUAN Penyusunan biostratigrafi dengan fosil mikro (baik untuk jenis Foraminifera atau fosil mikro jenis lainnya, misal Ostracoda, Radiolaria, Diatomea), contoh batuan yang diproses untuk mendapatkan data diperoleh dengan cara: (1). Mengambil contoh batuan di lapangan dari singkapan batuan terpilih. Yakinkan bahwa anda berhadapan dengan batuan sedimen yang potensial mengandung fosil. Untuk itu anda diminta cermat betul dalam membaca singkapan batuan. Pada saat mengambil contoh batuan sebagai bahan untuk menyusun biostratigrafi, jangan sampai ada ikutan kontaminasi/guguran lapisan yang ada " diatasnya ". Jalur pengambilan contoh batuan seperti pada saat anda melakukan stratigrafi terukur di lapangan. Jarak antara sampel yang satu dengan sampel yang lain, disarankan paling jauh 10 feet. Namun demikian, ketentuan ini tidak " mati " , artinya boleh kurang atau lebih, dengan mempertimbangkan jenis lithologi yang mungkin ada fosilnya. Sebagai contoh, pada jarak 10 feet, ternyata didapatkan batupasir kasar, sedang pada 9 feet ditemukan batulempung, maka batulempung yang dipilih meskipun jarak dengan sampel sebelumnya kurang dari 10 feet. o Bagaimana, apabila tiap perlapisan diambil satu contoh ?, sedang batuan sedimen tersebut mempunyai tebal lapisan 20 meter ?. o Bagaimana pula bila tiap perlapisan, sedang ketebalan masing-masing perlapisan hanya 10 cm. Tampaknya, jarak 10 feet ini yang masuk akal, karena panjang batang bor yang paling pendek adalah 10 feet. o Bagaimana pula bila tiap perlapisan, sedang ketebalan masing-masing perlapisan mencapai 50 meter ? o Mungkinkah pada batuan beku akan didapatkan fosil ?. o Mungkinkah pada batuan metamorf, anda akan mendapatkan fosil ?. o Mungkinkah pada batuan jenis breksi, konglomerate, batupasir berbutir kasar akan didapatkan fosil ?