GEUNAP ACEH (original) (raw)

DINAMIKA KEILMUAN ACEH

Sufyan Ilyas, 2015

Aceh merupakan wilayah yang menarik perhatian masyarakat di Indonesia maupun di dunia Internasional pada masa yang lalu, saat ini, atau mungkin masa yang akan datang. Perkembangan sejarah dan peradaban suku bangsa Aceh pun menjadi perhatian para ahli sejarah, karena suku Aceh memiliki keunikan tersendiri, terutama banyaknya integrasi etnik atau campuran etnik yang akhirnya terjadilah suatu etnik Aceh. Aceh dalam sejarahnya yang panjang juga memiliki dinamika, pasang surut dan dikagumi oleh kawan dan lawan. Negeri yang berada di ujung pulau Sumatera, menurut komentar-komentar pengkaji memiliki masyarakat yang unik, misalnya disebutkan berani, ulet, tanpa mengenal menyerah dan sebagainya. Namun dalam sisi lain, masyarakat atau orang Aceh cenderung familier, mudah dalam bergaul dengan siapa saja. Kalau pada era kesultanan Aceh begitu terkenal pada bangsa-bangsa di timur dan Barat, hal itu tidak terlepas sifatnya yang ramah dan amat menghormati tamu. Kalaulah sekarang ini setiap Negara lebih tergiur dengan investor asing, demikian juga yang terjadi pada zaman kesultanan. Hanya saja dalam istilah yang berbeda, yaitu dalam kerjasama perdagangan. Dalam hal ini Aceh begitu dikenal di dunia Internasional. Dengan memiliki sifat ramah dalam menerima tamu dan ditambah sumber daya alam yang melimpah hingga sekarang ini, Aceh dikenal secara mendunia. Ditambah lagi prahara kehidupan masyarakat Aceh akibat konflik berkepanjangan serta gempa dan tsunami yang melanda bumi Aceh.

PEUTRON ANEUK dalam BUDAYA ACEH

2018

Peutron Aneuk adalah membawa bayi turun ke tanah dengan suatu upacara atau ritual yang dilakukan oleh masyarakat Aceh dengan praktek yang berbeda-beda. Arti dari istilah peutron aneuk ialah menurunkan bayi dari rumah ke tanah, karena pada umumnya rumah masyarakat Aceh tempo dulu merupakan rumah panggung atau yang sering disebut sekarang sebagai rumah Aceh. Adat peutron aneuk disebut juga dengan peugidong tanoh yang merupakan kebiasaan masyarakat Gampong Tokoh membawa anak turun ke tanah. Ada juga sebagian bayi dibawa ke Mesjid, kemudian dimandikan oleh salah satu orang tua Gampong yang paham agama atau alim. Berbagai macam tempat mandi dikunjungi untuk dimandikan bayi sesuai dengan tujuan yang memiliki hajatan peutroen aneuk apakah di Mesjid, sungai, ataukah tempat lain yang dinazarkan khusus. Setelah upacara pemandian bayi selesai, maka dilanjutkan dengan acara baerzanji, yaitu mengumandangkan lagu-lagu atau shalawat yang bernuansa Islam. Setelah serangkaian acara selesai barulah bayi dibawa turun ke tanah. Adapun persiapan yang dilakukan masyarakat Gampong sebelum upacara peutron aneuk adalah sebagai berikut: 1) Rapat keluarga yang punya hajatan peutron aneuk (penentuan hari kenduri peutron aneuk). 2) Mengundang kerabat terdekat, tokoh adat dan agama serta masyarakat lainnya untuk datang pada hari dan tanggal yang sudah ditetapkan pada ritual peutron aneuk. 3) Mempersiapkan bahan-bahan kenduri sesuai dengan kemampuan yang punya hajatan peutron aneuk. 4) Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan pada saat peutron aneuk. Secara keseluruhan tradisi peutron aneuk di masyarakat disesuaikan dengan syariat Islam. Oleh karenaya peutron aneuk itu sendiri dilakukan dengan sunnah Rasul yaitu aqiqah dan pemberian nama, yang dilakukan pada hari ketujuh.

ADAT – ISTIADAT PERNIKAHAN DI ACEH

Salam semua sahabat semua nya, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya ini. Berhubung sekarang lagi musim Nikah di aceh maka sangat cocok untuk membahas sedikit tentang pernikahan di aceh. Terdapat dua jenis pernikahan dalam masyarakat Aceh, yaitu: 1. Nikah Langsung merupakan yang dilakukan seperti halnya pernikahan pada umumnya dengan melalu berbagai macam prosesi adat. 2. Nikah Gantung merupakan menikahkan seorang gadis Aceh yang masih berusia belia atau masih sedang sekolah, namun baru beberapa tahun kemudian diresmikan. Ada beberapa tahapan untuk melakukan prosesi pernikahan di Aceh, Tahapan I: Melamar (Ba Ranub) Tahap pertama yang dilakukan apabila seorang laki ingin menikahi seorang wanita adalah mengutus seoran pria dewasa yang bijak dalam berbicara yang dalam bahasa aceh dinamakan Seulangke. Seulangke ini akan melakukan investigasi tentang status si gadis, apabila si wanita belum ada yang punya maka dia akan menyampaikan maksud lamaran kepada orang tua si wanita. Seulangke juga akan membuat jadwal pertemuan kapan pihak yang dituankan dari pria untuk bertamu atau melamar ke rumah orangtua si gadis. Tahapan II: Pertunangan (Jakba Tanda) Hasil diterima atau tidaknya lamaran, akan disampaikan oleh pihak wanita kepada pihak pria. Apabila diterima makan pihak pria akan datang kembali untuk memperkuat niatnya (peukeong haba). Pada waktu peukeong haba ini, pihak pria akan membicarakan berapa besar mahar (jeulamee) dan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan. Dalam acara ini biasanya