AGAMA ISLAM 1 (original) (raw)
Related papers
Islam merupakan agama yang sangat diridhoi oleh Allah SWT. Para mudjahid membagi Islam ke dalam tiga kerangka pokok yaitu aqidah, Syariah dan akhlak. Semuanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Dalam suatu agama ,konsep ketuhanan sangatlah penting untuk memberikan argumen tentang konsep-konsep ketuhanannya agar dapat memberikan sebuah penjelasan logis dan meyakinkan pemeluk agama tantang kebenaran dan keberadaan tuhan itu sendiri. Alam semesta adalah fana. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia. Membicarakan tentang manusia selalu saja menarik dan tidak pernah ada habisnya. Karena pertanyaan dan keheranan manusia terhadap dirinya sama tuanya dengan sejarah manusia itu sendiri. Manusia merupakan makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, saling melengkapi, sangat terbuka, dan mempunyai potensi yang agung. 1 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan? 1.2.2 Bagaimana konsep ketuhanan menurut islam? 1.2.3 Bagaimana pembuktian adanya tuhan? 1.2.4 Bagaimana konsep alam dalam pandangan islam? 1.2.5 Bagaimana konsep islam tentang manusia? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Mengetahui bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan 1.3.2 Mengetahui bagaimana konsep ketuhanan menurut islam 1.3.3 Mengetahui bagaimana pembuktian adanya tuhan 1.3.4 Mengetahui bagaimana konsep alam dalam pandangan islam 1.3.5 Mengetahui bagaimana konsep islam tentang manusia BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan a. Pemikiran Barat 2 Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah hasil pemikiran tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari penelitian rasional, maupun pengalaman batin. Max Muller berpendapat bahwa konsep pemikiran barat tentang Tuhan mengalami evolusi yang diawali dengan Dinamisme, Animisme, Politeisme, Henoteisme, dan puncak tertingginya monoteisme (Nisbi). a. Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu),dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya. b. Animisme Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu 3 yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh. c. Politeisme Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya. d. Henoteisme Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional). e. Monoteisme 4
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul Pendidikan Agama Islam 1, beserta komponennya dengan harapan kita sebagai umat muslim dan sebagai mahasiswa/(i) Universitas Islam Sultan Agung, dapat menjadi generasi Khaira Ummah sesuain dengan motto Unissula sendiri. Dan juga saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yan telah mendukung dalam pembuatan makalah ini. Penulis sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik maupun saran diharapkan dapat diberikan kepada pembaca untuk lebih menyempurnakan makalah ini semoga ada manfaatnya. Terima kasih. Semarang, 26 Desember 2013 Penulis ( DE NADDYA YAUMIL FS)
Oleh USWATUN HASANAH 2015522050 ISLAM IMAN DAN IHSAN A. HADITS ISLAM IMAN DAN IHSAN Tahukah anda, mengapa sebagai seorang Muslim, kita wajib tunduk kepada Allah SWT ? Jawabannya mudah, ini adalah karena maksud Islam dalam bahasa Arab ialah tunduk kepada Allah SWT. Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang ketiga-ketiga pergertian ini, kita perlu merujuk kepada sumber Islam yang sahih iaitu sebuah hadis yang terkenal yang diriwayatkan oleh Iman Muslim daripada Saidina Umar al-Khattab r.a seperti berikut: Rosulullah SAW Bersabda:
Untuk kelangsungan hidup, makan merupakan kebutuhan biologis setiap insan disamping minum. Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi memperkenankan kepada hamba-Nya untuk menikmati segala rizki yang baik (at-t} ayyibah) dan mengharamkan yang buruk (al-khabi> s} ah), seperti bangkai, darah, babi dan lain-lain. Islam telah mengatur cara untuk memenuhi kebutuhan pangan, dimana ada pangan yang dihalalkan dan ada pula pangan yang diharamkan. Bahan pangan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satunya protein yang bisa diperoleh dari ikan dan daging hewan. Islam mempunyai garis tegas yang menyatakan bahwa diharamkan memakan hewan halal tanpa disembelih secara syara' terlebih dahulu. Dalam Islam, penyembelihan hewan ternak sebelum dikonsumsi merupakan salah satu hal yang sangat penting, karena binatang yang disembelih bukan atas nama Allah SWT menjadi haram hukumnya untuk dimakan. Karena pentingnya makanan dan sembelihan bagi manusia, maka hendaknya kita selalu memberikan perhatian penuh pada makanan dari sumber hewani yang akan kita konsumsi, terutama bagaimana proses penyembelihan dan pengolahannya.
Mesin eutanasia yang digunakan untuk menyuntikkan obat-obatan mematikan dalam dosis tinggi. Layar komputer jinjing memandu pengguna melalui beberapa tahapan dan pertanyaan guna memastikan bahwa si pengguna telah benar-benar siap untuk dalam keputusannya tersebut. Suntikan terakhir kemudian dilakukan dengan bantuan mesin yang diatur dari komputer. [1] Asal-usul kata eutanasia[sunting | sunting sumber] Kata eutanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu "eu" (= baik) and "thanatos" (maut, kematian) yang apabila digabungkan berarti "kematian yang baik". Hippokrates pertama kali menggunakan istilah "eutanasia" ini pada "sumpah Hippokrates" yang ditulis pada masa 400-300 SM.
1. HAM menurut ajaran Islam seharusnya berdasarkan pada Al-Qur'an dan Al-Hadist, sesuai dengan ketentuan Allah SWT karena apapun yang Allah tentukan itu baik untuk hamba-hambaNya. Aturan-aturan mengenai Hak Asasi Manusia sudah sejak lama dibuat oleh Rasulullah SAW pada tahun 622 M yang dikenal dengan nama piagam Madinah, dimana dalam pasal-pasal tersebut melarang secara tegas tindak diskriminasi dan penindasan, juga memberikan kebebasan menganut agama yang diyakini. HAM menurut islam berprinsip menjunjung tinggi martabat manusia. Di samping itu HAM menurut islam juga menghendaki adanya persamaan, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan beragam, dan jaminan sosial. Prinsip hak atas jaminan sosial dalam prinsip ini ditegaskan bahwa pada harta orang kaya terdapat hak fakir miskin. Oleh karena itu, orang islam diharuskan membayar zakat. Oleh karena itu, hak asasi manusia dalam islam tidak semata-mata menekankan pada hak asasi manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi kepada Allah sebagai penciptanya. Namun, fenomena yang terjadi sekarang pada umumnya pasal-pasal HAM yang digunakan berdasarkan pada invidualisme-liberalisme dimana manusialah menjadi tolak ukur kebenaran dan keadilan dalam bertindak. Sehingga bila terjadi ketidakadilan akan sangat sulit menyelesaikannya karena dasar hukumnya ditentukan oleh manusia, padahal manusia punya kepentingan sendiri, pola pikir yang berbeda, cara hidup dan cara pandang yang beda. Sehingga apabila pihak yang satu sudah merasa adil, belum tentu pihak yang lain merasa adil juga. Allah itu satu-satunya Yang Maha Adil maka aAlangkah baiknya jika pasal-pasal HAM berdasarkan pada ketentuan Allah SWT semata, sehingga tidak ada yang merasa tidak adil. 2. Demokrasi menurut ajaran Islam adalah meyakini bahwa kedaulatan Allah menjadi inti dari demokrasi. Dimana Allah memberikan kerangka kerja pemilihan seorang khalifah. Demokrasi islam dianggap sebagai system yang mengkukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura'), persetujuan (ijma'), dan penilaian interpretatif yang mandiri (ijtihat). Nilai-nilai demokrasi yang bisa digali dari sumber islam yang konpantibel dengan nilai-nilai demokrasi seperti dikemukakan oleh Huwaydi dan Muhammad Dhiya al-din Rais adalah; 1. Keadilan dan musyawarah
Kebersihan dan kesucian adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan dan dalam melaksanakan ibadah antara hubungan manusia dengan Allah. Kebersihan dan kesucian menjadi syarat sahnya sebagian ibadah seperti sholat dan ibadah-ibadah lainnya.
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Islam adalah agama yang rahmatan lil'alamin. Islam merupakan agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia tanpa satupun yang terlewatkan. Cakupan Islam mulai dari ibadah, muamalah, kebudayaan, ilmu pendidikan, ekonomi, hingga sistem politik. Sistem politik dalam agama Islam, khususnya dalam ilmu fiqih disebut dengan fiqih siyasah atau ilmu peerintahan atau ilmu tata Negara. Hal ini menunjukkan bahwa, Islam dengan khususnya membahas dan mengkaji sistem politik atau pemerintahan. Definisi konsep politik atau siyasah secara umum berbeda dengan definisinya dalam Islam. Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu politicos yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga Negara. Politik didefinisikan sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara. Adapun sistem politik dalam Islam diartikan sebagai kegiatan ummat kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan.