Agama 1 (original) (raw)
Related papers
sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan cara menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikirdzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma'ruf nahi munkar dan sebagainya.
1. PENGERTIAN ILMU TAUHID, NAMA-NAMANYA YANG LAIN, MANFAAT, TUJUAN DAN SUMBERNYA A. Pengertian Ilmu Tauhid Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab yaitu wahhada, yuwahhidu. Secara etimologis tauhid berarti keesaan. Maksudnya yaitu atikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, Satu. B. Nama-nama Ilmu Tauhid 1) Ilmu tauhid, karena pokok bahasanya dititikberatkan kepada keesaan Allah SWT. 2) Ilmu kalam, karena pembahasannya mengenai eksistensi Tuhan dan halhal yang berhubungan dengan-Nya digunakan argumentasi-argumentasi filosofis dengan menggunakan logika atau mantik. 3) Ilmu ushuluddin, karena obyek bahasan utamanya adalah dasar-dasar agama yang merupakan masalah esensial dalam ajaran Islam. C. Manfaat, Tujuan dan Sumber Ilmu Tauhid Tauhid sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, yaitu bukan hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Tauhid tidak hanya berfungsi sebagai akidah, akan tetapi berfungsi pula sebagai falsafah hidup. Kehadiran tauhid sebagai ilmu merupakan hasil pengkajian para ulama terhadap apa yang tersurat dan tersirat di dalam al-Qur'an dan hadis. Ayat-ayat al-Qur'an dan hadis-hadis itu mereka teliti secara intensif sehingga mereka berhasil merumuskannya menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri. Tokoh yang dianggap pemula dalam penyusunan ilmu ini adalah Abu al-Hasan Ali al-Asy'ari (260-324 H/873-935 M ). 2. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU TAUHID A. Lahirnya Ilmu Tauhid Munculnya ilmu tauhid disebabkan oleh 2 faktor yaitu, 1 1) Faktor intern a. Al-Qur'an, disamping berisi masalah ketauhidan, kenabian, dan lainlain, berisi pula semacam apologi dan polemik, terutama terhadap agama-agama yang ada pada waktu itu. b. Pada periode pertama, masalah keimanan tidak dipersoalkan secara mendalam. c. Masalah politik, terutama yang berkenaan dengan khalifah. 2) Faktor ekstern a. Pola pikir ajaran agama lain yang dibawa oleh orang-orang tertentu. b. Sebagian umat islam ada yang mempelajari filsafat Yunani dan ilmu pengetahuan lainnya untuk kepentingan dakwah. 3. TAUHID DALAM AL-QUR'AN DAN AL-HADIS Pada dasarnya inti pokok ajaran al-Qur'an adalah tauhid. Nabi Muhammad SAW diutus Allah kepada umat manusia adalah juga untuk mengajarkan ketauhidan tersebut. Karena itu, ajaran tauhid yang terdapat di dalam al-Qur'an dipertegas dan diperjelas oleh Rasulullah SAW sebagaimana tercermin dalam hadis-hadisnya. Sebagaimana dikatakan terdahulu, inti dari tauhid adalah keyakinan bahwa Allah SWT Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Penegasan Allah SWT dalam al-Qur'an yang menyatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa antara lain: a. Surat al-Ikhlas ayat 1-4 b. Surat al-Zumar ayat 4 c. Surat al-Baqarah ayat 163 d. Surat an-Nisa ayat 171 e. Surat al-Maidah ayat 73 f. Surat al-Anbiya ayat 22 4. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ILMU TAUHID Aspek pokok dalam ilmu tauhid adalah keyakinan akan eksistensi Allah Yang Maha sempurna, Maha kuasa, dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan lainnya. Keyakinan ini akan membawa seseorang kepada kepercayaan akan adanya malaikat, kitab-kitab Allah, rasul, takdir, kehidupan sesudah mati dan
Kata Islam itu berasal dari bahasa Arab al-islam ( ). Islam (Arab: al-islām, الم س :اإل "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: هللا , Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.Kata al-islam ini ada di dalam Al-Qur"an dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya dalam surat Ali Imron (3) ayat 19 dan surat Al-Maidah (5) ayat 3. Apa yang dapat kita pahami dari kedua ayat ini? Berikut ini penjelasannya.
Bayangkan kita berada di tengah kerumunan hadirin sebuah Musabaqah Tilawatil Qur'an. Di atas podium para qori dan qoriah secara bergilir melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an di hadapan dewan penilai yang mendengarkan lantunan mereka dengan cermat untuk kemudian menentukan qori dan qoriah terbaik. Sementara para qori dan qoriah tampil, tampak juru foto membidikkan kamera pada mereka dan memantulkan kilatan cahaya. Namun demikian, tak seperti lomba pada umumya, para penonton tidak memberi apresiasi pada peserta lomba dengan tepuktangan, sebaliknya mereka juga tidak merespon peserta lomba dengan seruan cemooh. Bagaimana kita akan mencerna peristiwa semacam itu? Pada saat menyusun tulisan ini, terdengar jelas adzan dari masjid. Suaranya lantang, dilantunkan seorang pria dewasa dalam nada medium (menengah), dengan lafal yang jelas, frasa kalimat panjang dilafalkan dalam satu tarikan nafas, menciptakan suasana syahdu. Berbeda dari pelantun adzan lain yang pernah terdengar di waktu lalu. Pelantun di waktu lalu itu membawakan adzan secara cepat, dengan nada tinggi, frasa dibawakan pendek-pendek, dan [kebetulan] nadanya sumbang pula. Alih-alih kesyahduan, saat itu saya peroleh kesan terburu-buru dan sembrono. Barangkali kesan yang saya peroleh itu berbeda dari kesan warga Muslim yang mendengar dua contoh adzan tersebut. Namun mungkin pula warga Muslim pun memiliki kesan serupa dengan yang muncul dalam diri saya. Sebagai seorang non-Muslim, tanggapan saya terhadap adzan yang terdengar terutama berada pada lingkup citarasa (estetika) musikal. Bagi saya, kesan syahdu atau sembrono tadi muncul sebatas evaluasi citarasa, tidak muncul emosi keagamaan ketika mendengar suara adzan. Ini tidak berarti bahwa saya mendengar adzan melulu dengan telinga, tanpa mengikut sertakan hati. Syahdu atau sembrono tadi juga merupakan hasil evaluasi rasa. Meskipun demikian, rasa yang muncul dalam diri saya adalah citarasa musikal, bukannya rasa (emosi) keagamaan. Saya bayangkan, adzan yang dilantunkan cepat-cepat dan sumbang tadi barangkali bagi warga Muslim menimbulkan kesan yang setara dengan kesan yang muncul apabila saya mendengar koor di gereja Katolik menyanyikan doa Bapa Kami dengan sumbang. Bila mendengar lagu Bapa Kami dibawakan dengan sumbang, dalam diri saya tidak hanya muncul kegusaran karena terganggunya citarasa musikal; melainkan juga karena emosi keagamaan saya terusik.
memahami bagaimanamenempatkan posisi Agama dan posisi Budaya pada suatu kehidupan. Penulis masih seringmenyaksikan adanya segelintir masyarakat yang mencampur adukkan nilai-nilai Agamadengan nilai-nilai Budaya yang padahal kedua hal tersebut tentu saja tidak dapat seratus persendisamakan, bahkan mungkin berlawanan. Demi terjaganya esistensi dan kesucian nilai-nilai agama sekaligus memberi pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agamadan Apa itu Budaya, yang tersusun berbentuk makalah dengan judul "Agama dan Budaya".Penulis berharap apa yang diulas, nanti dapat menjadi paduan pembaca dalam mengaplikasikanserta dapat membandingkan antara Agama dan Budaya.