PENGARUH BUDAYA JAWA DALAM KEKUASAAN POLITIK SOEHARTO (original) (raw)

PENGARUH BUDAYA JAWA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEKTOR PUBLIK

The journal was designed to reveal wheather there is effect of value in Javanese culture on decision making done by governments. Javanese culture has principle values which transmitted and thought to Javanese people since their childhood. Therefore, these values are reflected on their organization and society at large which demand to keep life in harmony without conflict Abstraksi Jurnal ini mencoba untuk mengetahui apakah nilai dalam budaya jawa mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pemerintah. Dalam budaya jawa terdapat nilai dasar dalam interaksi masyarakat untuk menjaga kehidupan yang harmonis tanpa perselisihan Pendahuluan Budaya adalah seperangkat nilai dan asumsi dasar yang dipakai oleh suatu kelompok untuk memecahkan masalah pokok yang mereka hadapi, untuk menjaga kelangsungan hidup sosialnya dalam lingkungan internal dan eksternal. Budaya jawa perlu diketahui sebab dapat dikatakan bahwa budaya jawa telah mendominasi pemerintahan di Indonesia dibanding nilai-nilai budaya lain di Indonesia. Kuatnya pengaruh budaya pada suatu masyarakat disebabkan nilai-nilai

BUDAYA JAWA DAN EKSISTENSINYA

Jawa adalah bagian dari kepulauan NKRI yang paling padat penduduknya. Pulau Jawa itu sendiri terbagi menjadi provinsi Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain padat penduduknya, Jawa juga kaya akan khasanah budaya, karena dari masing-masing provinsi tersebut memiliki budaya, tradisi, dan latar belakang yang berbeda-beda.

BUDAYA JAWA DALAM BINGKAI PEMILU

dalam kegiatan pemilu, khususnya di Indonesia sering kita temui fenomena "golput". demi menekan angka golput dalam kegiatan PEMILU, maka kita dapat memasukkan unsur tradisi dan budaya JAWA dalam kegiatan PEMILU. Contohnya, penggunaan baju tradisional JAWA oleh panitia PEMILU di TPU (Tempat Pemilihan Umum). ini diharapkan bisa membuat masyarakat tertarik untuk datang ke TPU

PENGARUH KEKUASAAN KERAJAAN GALUH TERHADAP SEJARAH DAN BUDAYA DI JAWA BARAT

2024

This research examines the influence of the Kingdom of Galuh on the history and culture of West Java. The Kingdom of Galuh was a significant kingdom that had a profound impact on the political, economic, and cultural development of the region. The study highlights the role of the Kingdom of Galuh in shaping the political configuration and power hierarchy in West Java, including political alliances and diplomatic relations with other kingdoms. Additionally, the research explores the cultural heritage of the Kingdom of Galuh, such as art, literature, and architecture, which were influenced by Hindu-Buddhist and Islamic traditions. The study also analyzes the economic and trade impact of Galuh, including natural resource management and an extensive trade network. The long-term impact of the Kingdom of Galuh's rule is evident in the formation of local cultural identity and archaeological heritage in West Java. The research sheds light on the successes and failures of Galuh's governance policies, as well as internal and external conflicts that affected the kingdom's political stability. The implications of the research findings include appreciation for cultural heritage, understanding of religious and cultural diversity, and contributions to education and cultural tourism.

FENOMENA BUDAYA SUNGKEM MASYARAKAT JAWA DALAM

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SESEORANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ciri khas tertentu yang membedakan dari negara lain. Keanekaragaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Mulyana D. &., 2006). Fong berpendapat bahwa identitas budaya merupakan konstruksi sosial yang diidentitaskan komunikasi dari sistem perilaku simbolik verbal dan non verbal yang memiliki arti dan yang dibandingkan antara anggota kelompok yang memiliki rasa saling memiliki dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa dan norma-norma yang sama (Wafda, 2014). Wafda (2014) juga menambahkan, orang Jawa selalu bergaul ditengah masyarakat dengan menerapkan etika (sopan-santun atau tata krama). Penerapan etika ini dapat disaksikan melalui tradisi ujung pada saat hari lebaran, dimana orang-orang muda datang kepada para sesepuh untuk melakukan sungkeman. Selain itu, orang Jawa selalu mengucapkan kata permisi saat melewati orang-orang yang tengah duduk berkumpul atau makan bertamu pada seseorang. Etika dalam kehidupan orang Jawa pula ditunjukkan melalui tutur kata atau sikapnya yang terkesan halus dan merendah. Dari banyaknya kebudayaan Jawa, salah satu budaya Jawa yang hingga saat ini masih teraplikasikan adalah fenomena sungkeman, Dikutip dari Ellissa R. Sinaga (2011), sungkeman memiliki pengertian sebuah sikap hormat dalam posisi berjongkok atau menundukkan kepala dan menghaturkan sembah, maaf, doa, maupun restu kepada orangtua atau orang yang dituakan. (Sinaga, 2011). Sungkeman sebagai bentuk rasa hormat kepada orangtua, menurut Dyah N. Khafifah (2013) juga memiliki manfaat memberikan ketenangan kepada pelaku dan keterkaitan batin dengan orangtua nya. Seorang doktor psikologi dari Harvard, GW Allport juga mendefinisikan kepribadian sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum. (Marlinah, 2011). Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih

AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA

ABSTRAK Kemunculan dan perkembangan Islam di Dunia Indo-Melayu (termasuk di dalamnya adalah Jawa) menimbulkan transformasi kebudayaan-peradaban lokal. Transformasi suatu kebudayaan-peradaban melalui pergantian agama dimungkinkan, karena Islam bukan hanya menekankan keimanan yang benar, tetapi juga tingkah yang baik, yang pada giliranya harus diejawantahkan setiap Muslim dalam berbagai aspek kehidupan, dan tentu saja termasuk aspek budaya di dalamnya. Masuknya Islam ke Jawa, dalam konteks kebudayaan membawa dampak pada akulturasi Islam dan budaya Jawa, yaitu budaya yang telah hidup dan berkembang selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu Jawa. Akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat pada batu nisan, arsitektur (seni bangunan), seni sastra, seni ukir, dan berbagai tradisi perayaan hari-hari besar Islam. akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat dalam setiap era kesultanan (kerajaan Islam) yang ada di Jawa, baik era Demak, era Pajang, maupun era Mataram Islam. Pada era Demak, akulturasi antara Islam dan budaya Jawa terjadi dalam banyak hal, misalnya, arsitektur, seni ukir,