Alus Enduk dalam Sistem Tutur Masyarakat Sasak (original) (raw)

Pergeseran Pemakaian Tingkat Tutur (Basa Alus) Bahasa Sasak DI Lombok

Linguistik Indonesia

This study is aimed at finding out the factors influencing the decreasing use of Base Sasak Alus (honorific Sasak language) among the youths in Sasak, Lombok. Based on the quantitative and qualitative data gained through survey, interview and participant observation over several villages near and out of the three regency-city cetnters of Lombok, it was found out that the average youth mastery of the Sasak honorific vocabularies is far from adequate, and for the other their competence in using and constructing Sasak speech level is also ‘poor’, their score being respectively 56,58 and 51,55. There are some factors that are addressed to have triggered the decreasing use of the high language variety. First and for most important, the inadequate transfer of Base Alus from parents and elder family members to children in the home domain causes the lack of exposure of the high language variety and lead to the minimum opportunity for teenagers to listen and practice the honorific vocabula...

Bahasa Sasak Halus Dan Prilaku Sosial Masyarakat Dan Penuturannya

2013

ABSTRAK Konflik-konflik horizontal yang sering terjadi antarmasyarakat Sasak dewasa ini terbukti tidak dapat diselesaikan secara permanen melalui pendekatan-pendekatan konvensional. Fenomena ini menjadi indikasi bahwa prinsip-prinsip kerukunan yang tercermin dalam penghargaan, penghormatan, dan prasangka baik tidak tersentuh dengan pendekatan- pendekatan konvensional tersebut, sehingga konflik-konflik tersebut terus berulang, tanpa henti. Prinsip-prinsip kerukunan di atas ternyata sepenuhnya ada pada prinsip-prinsip yang dianut dalam bahasa halus, tidak terkecuali bahasa Sasak Halus. Dengan demikian, mengabaikan penggunaan bahasa halus baik antaranggota keluarga maupun antaranggota masyarakat merupakan salah satu cara meninggalkan prinsip-prinsip kerukunan tersebut. Akibatnya hubungan sosial antaranggota keluarga atau masyarakat menjadi mudah retak dan hancur, sehingga konflik-konflik antarmereka menjadi mudah tersulut. Revitalisasi penggunaan bahasa Sasak Halus yang saat ini mulai ...

PERKAWINAN ADAT MERARIQ DAN TRADISI SELABAR DI MASYARAKAT SUKU SASAK

Merariq is a customary law of marriage in Sasak society, this Merariq turned out to potentially create conflict that is commonly ended up with a dispute. The reason is because it begins with the events of rob (steal) on the consent of the girl approval from the power of her parents. The rob (steal) be done as a form of chivalry of the man’s seriousness marrying the girl. But amid that weakness, Merariq has provided an alternative dispute settlement by the process of negotiation between the representatives of the prospective groom to the bride family, which are termed selabar to agree on payment ajikrame and pisuke towards peaceful relationship between the parties.

Tingkat Tutur dalam Bahasa Sasak dan Bahasa Jawa

Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, 2006

This paper discusses about speech levels in Sasak, the language of the indigenious people of the island of Lombok, examining the style, meaning and some historical background of the speech levels. Based on the data, it shows that Sasak, like Javanese and Balinese, also contains low, mid, high and few honorific vocabularies which are assumed to have been borrowed from Javanese (Steven, 1975; Nothofer, 1975). However, the use of the high and honorific variations are scarecly heard in the everyday common Sasaks conversation. In most occurrences, the high speech level is pronounced only among the so called menak Sasaks and its surrounding. Therefore, it rejects the idea that Sasak speech levels is as elaborate and complex as Javanese due to the fact that Sasak has only a few high and honorific vocabularies known by the Sasak aristocracy.

Sistem Kepercayaan Suku Sasak

Sistem Kepercayaan Suku Sasak, 2020

ABSTRAK Di pulau Lombok terdapat dua varian Islam yang dipisahkan secara diametral, yakni antara Islam Wetu Telu dan Islam Wetu Lima. Islam Wetu Telu dapat dikategorikan sebagai agama tradisional, sementra Islam Waktu Lima dikategorikan sebagai agama Samawi. Bagi komunitas Wetu Telu di Bayan, yang merupakan salah satu daerah penganut Wetu Telu menyatakan sebuah pandangan bahwa paling tidak ada empat konsepsi mengenai Wetu Telu, yaitu yang pertama menyatakan sebuah pandangan bahwa Wetu Telu berarti tiga sistem reproduksi dengan asumsi kata Wetu berasal dari kata Metu yang berarti muncul atau datang dari, sedangkan Telu berarti tiga. Secara simbolis hal ini mengungkapkan bahwa makhluk hidup muncul melalui tiga macam reproduksi yaitu melahirkan, bertelur dan berkembang biak melalui buah atau benih. Pandangan yang kedua menyatakan bahwa Wetu Telu melambangkan ketergantungan makhluk hidup satu sama lain. Menurut pandangan ini, wilayah kosmologis terbagi menjadi jagad besar atau alam semesta dan jagad kecil atau makhluk yang hidup didalamnya. Pandangan ketiga menyatakan bahwa Wetu Telu sebagai sebuah sistem agama termanifetasi dalam kperayaan bahwa semua makhluk melewati tiga tahap rangkaian siklus, yaitu dilahirkan, hidup dan mati. Panangan keempat menyatakan bahwa pusat kepercayaan Wetu Telu yang tertinggi adalah iman kepada Allah, Adam dan Hawa.

KEARIFAN LOKAL SISTEM SASI LAUT PADA MASYARAKAT MALUKU

Dandri Tarigan, 2023

Sistem sasi laut adalah suatu bentuk tradisi pengelolaan sumber daya laut yang digunakan oleh masyarakat di Maluku. Sistem hukum tradisional ini berkonsentrasi pada upaya menjaga ekosistem laut dan lingkungan serta mengatur pengelolaan sumber daya alam yang terdapat di laut. Sistem ini membantu masyarakat untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem laut dan memastikan adanya sumber daya laut yang terus tersedia bagi generasi berikutnya. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan masyarakat dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem sasi laut di Maluku memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya laut. Namun, adanya pengaruh globalisasi dan pembangunan yang tidak berkeadilan membawa dampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem laut. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk memperkuat sistem hukum tradisional ini agar tetap diterapkan dan dapat membantu melindungi lingkungan dan ekosistem laut.

Bentuk Interaksi Sosial Masyarakat Pendatang Bugis dengan Masyarakat Sasak

Kaganga, 2023

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk interaksi sosial antara masyarakat suku Bugis dengan masyarakat suku Sasak, bentuk adaptasi masyarakat pendatang suku Bugis dengan budaya dan kebiasaan masyarakat suku Sasak di Pulau Maringkik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dengan melakukan reduksi data, penyajian data dalam bentuk teks naratif, dan penarikan simpulan. Hasil dari penelitian ini adalah; Interaksi sosial antara masyarakat suku Bugis dengan suku Sasak di Pulau Maringkik terlihat harmonis dan saling mendukung melalui adaptasi, kerjasama ekonomi, interaksi budaya, pernikahan antaretnik, dan saling pengertian dalam berkomunikasi. Adaptasi masyarakat pendatang suku Bugis dengan budaya dan kebiasaan masyarakat suku Sasak terlihat dalam interaksi sehari-hari. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa bentuk interaksi sosial antara masyarakat suku Bugis dengan masyarakat suku Sasak di Pulau Maringkik, terlihat harmonis, saling mendukung, saling beadaptasi dan saling pengertian dalam berkomunikasi.

Sistem Birokrasi Dan Kekuasaan Masyarakat Suku Sasak

IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, 2017

Penelitian ini membahas sistem birokasi dan kekuasaan suku sasak, di mana tuan guru hingga saat ini mempunyai peran penting dalam perubahan birokrasi dalam masyarakat sasak. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa birokrasi dan kekuasaan masyarakat Sasak mengalami perkembangan. Semula birokrasi dan kekuasaan masyarakat sasak patrimornial terpengaruh terpangaruh oleh kekuasaan kerajaan Majapahit, di mana kaum bangsawan (raja) sebagai penguasa penuh. Berkuasanya kerajaan Karang Asem Bali merubah pola kekuasaan dan birokrasi berdasarkan kasta. Hingga kemudian datang kesultanan Makasar dan para mubaligh dari jawa timur yang kemudian membebaskan dari kekuasaan dan birokrasi yang berdasarkan kasta. Di sinilah kemudian hingga kini kekuasaan mubaligh yang kemudian disebut tuan guru mempunyai peran penting dalam merubah sistem birokarsi dan kekuasaan suku sasak dari tradisional menjadi rasional. Kata Kunci: Birokrasi dan Kekuasaan, Suku Sasak A. Pendahuluan Fenomena perpolitikan tokoh agama di Indonesia saat ini terlebih tokoh Islam (Kiai, Tuan Guru, Ustadz) memang tidak lepas dari perjuangan para Founding Fathers dalam mendirikan Republik ini. 1 Mereka berperang "Fi Sabilillah" memperjuangkan kemerdekaan serta mengkonsolidasikan setelah kemerdekaan. Atas dasar itu, maka wajar timbul organisasi-organisasi masyarakat (ormas) maupun politik (parpol) yang berbasis Islam untuk mengakomodir umat/masyarakat. NU dan 1 Terlihat dari perang-perang yang dilakoni tokoh-tokoh Islam seperti perang Padri

Kesepadanan antara Penggunaan Bahasa Sasak Halus dan Perilaku Sosial Masyarakat Penuturnya

MABASAN

Pulau Lombok sebagai lumbungnya orang Sasak terkenal sebagai salah satu wilayah yang rawan konflik horizontal. Tingkat dan kualitas konflik yang terjadi pada masyarakat Sasak, khususnya pada tiga daerah pengamatan dalam penelitian ini ditentukan oleh tingkat pemasyarakatan bahasa Sasak Halus. Lingkungan Kr. Genteng dan Dusun Tanak Song sebagai dua daerah yang sering berkonflik dan tiap konflik melibatkan banyak orang serta mengatasnamakan dusun terbukti tidak banyak mengenal, bahkan tidak memasyarakat bahasa Sasak Halus. Adapun Kediri sebagai sampel daerah yang tidak pernah berkonflik membuktikan bahwa pada daerah ini penggunaan dan pemasyarakatan bahasa Sasak halus masih tinggi.