KONTROVERSI PENAFSIRAN TENTANG PENCIPTAAN PEREMPUAN DALAM AL-QUR`AN: Analisis terhadap Penafsiran M. Quraish Shihab (original) (raw)

KONTROVERSI PENAFSIRAN TENTANG PEREMPUAN PEREMPUAN DALAM AL-QUR`AN: ANALISIS TERHADAP PENAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISHBAH

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penafsiran M. Quraish Shihab terhadap kontroversi yang berkembang di kalangan ulama klasik dan kontemporer tentang isu sensitif dalam diskursus feminisme, yaitu proses kejadian perempuan. Di kalangan ulama klasik, telah terbentuk mainstream penafsiran bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, suatu penafsiran literal dan menekankan proses kejadian fisik yang kemudian berimplikasi posisi subordinat mereka dibandingkan pria. Sedangkan di kalangan ulama kontemporer, penafsiran bersifat metafor dan menekankan psikologi perempuan ketimbang kejadian fisik sesungguhnya. Telaah ini di samping menjelaskan argumen-argumen penafsiran, juga bertujuan memposisikan penafsirannya dalam perdebatan penafsiran klasik dan kontemporer tersebut. Kata kunci: penafsiran, tafsir klasik, tafsir kontemporer, nafs wahidah

WAWASAN AL-QUR'AN TENTANG AWAL PENCIPTAAN PEREMPUAN

Penelitian ini mengkaji pandangan Al-Quran mengenai asal mula penciptaan perempuan. Berdasarkan ayat-ayat dalam kitab suci ini, dijelaskan bagaimana penciptaan perempuan memiliki peran penting dalam narasi penciptaan manusia secara keseluruhan. Studi ini berfokus pada analisis ayat-ayat yang relevan untuk mengungkap perspektif teologis dan filosofis Islam tentang asal usul perempuan, serta signifikansi penciptaan tersebut dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini juga membahas interpretasi klasik dan kontemporer dari para ulama dan cendekiawan Islam untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai isu ini. Temuan menunjukkan bahwa Al-Quran menempatkan perempuan sebagai bagian integral dari penciptaan manusia, menekankan kesetaraan, dan peran penting mereka dalam masyarakat.

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN

Speaking of leadership, particularly concerning Islamic leadership is an issue that is very interesting to study. Because from a good leadership system, there will be a good order of society as well. In Indonesia the majority of the population is Muslim, but admitted or not, from the beginning until now the implementation of democracy that is also part of the teachings of Islam, has still been quite alarming. This can be seen from the inequality of the social position of women. Since 14 centuries ago, the Qur'an has abolished a wide range of discrimination between men and women, the Qur'an gives rights to women as well as the rights granted to men. In this case is the issue of Islamic leadership in which Islam has given rights to women as that given to men. In addition, Islam has also impose obligations to women as that imposed to men, except the rights or obligations devoted by Islam to men. Keywords: Women leadership, perspective of the Qur'an. Pendahuluan Dalam panggung sejarah, pembicaraan terhadap wacana gender, feminisme dan kesetaraan laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari emansipasi, demokratisasi dan humanisasi kebudayaan. Dari waktu ke waktu, gugatan dan pembongkaran terhadap struktur ketidakadilan, diskriminasi, penindasan dan kekerasan terhadap perempuan nampaknya semakin meluas dan menggugat. Berbicara tentang kepemimpinan perempuan sampai saat ini dikalangan masyarakat masih menimbulkan perbedaan pendapat. Hal ini dimungkinkan karena latar belakang budaya, kedangkalan agama, peradaban dan kondisi sosial kehidupan manusia sehingga menyebabkan terjadinya benturan dan perbedaan persepsi dikalangan masyarakat. Sebagai agama yang ajarannya sempurna, Islam mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang setara baik sebagai hamba (` Abid) maupun posisinya sebagai penguasa bumi (kholifatullah fil ardh). Kepemimpinan perempuan menurut Islam diperbolehkan selama kepemimpinan itu baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Namun Islam memberikan batasan terhadap perempuan disebabkan karena beberapa kendala kodrati yang dimilikinya seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Dimana hal itu menyebabkan kondisi perempuan saat itu lemah, sementara seorang pemimpin membutuhkan kekuatan fisik maupun akal. Artinya: dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat

PEREMPUAN DAN KEKERASAN: Memposisikan Konsep Kekerasan Perspektif al-Qur’an

El-HARAKAH (TERAKREDITASI), 2008

Feminist discourse is always actual, inexhaustible and not tired of being discussed. When we are saturated with the problem of emancipation, then we speak feminism and gender equality, even now being warmly discussed the issue of violence against women. This paper discusses the truth of the Qur'anic concept of the potential of female violence supported by various social facts. Nowadays women's violence is much faster than men do. The crime of women is not only murder, robbery, mistreatment, demolition and theft, mugging, pickling and burning of houses, but also rape with violence. Therefore, it is necessary to reconstruct the concept of women's empowerment that can eliminate, or at least minimize the possibility of polarization of women violence. This is because clearly in Indonesia the phenomenon of women's violence, both in the family and the public, the more transparent. In the view of the Qur'an, violence to anyone, any gender, and to any group, is not justif...

HADIS-HADIS “DISKRIMINASI PEREMPUAN” DALAM KITAB SHAHỈH BUKHẢRI (Studi Terhadap Kualitas Sanad dan Fiqh al-Hadis)

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman , 2010

Tulisan ini membahas mengenai hadis-hadis ’diskriminasi perempuan’ dalam kitab Shahih Bukhari yang menurut sebahagian kalangan dianggap membeci dan memberikan ketidakadilan terhadap perempuan, serta bertentangan dengan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam al Qur’an. Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa ternyata hadis tersebut tidak bertentangan dengan nash al Qur’an bahkan menjadi bayan terhadap al Qur’an. Pemahaman terhadap hadis-hadis tersebut tidak akan diskriminatif bila dipahami secara utuh dan komperhensif

TAFSIR SOSIO-TEMATIK; WAWASAN AL-QUR'AN TENTANG EMANSIPASI WANITA

Wanita merupakan bagian terbesar dari masyarakat secara umum, sehingga secara umum juga menentukan keadaan suatu masyarakat. Akan tetapi, walau wanita merupakan bagian terbesar dari masyarakat secara umum, terdapat suatu kecenderungan terhadap perbedaan gender, yaitu menganggap suatu pekerjaan hanya baik jika dikerjakan laki-laki. Perbedaan kondisi fisik antara laki-laki dan wanita ini sering membuat wanita terpandang sebagai makhluk lemah yang tidak dapat berbuat sesuatu. Kecenderungan masyarakat akan mengutamakan kaum lakilaki inilah yang mendorong timbulnya emansipasi wanita. Sehingga wanita sering mendapatkan diskriminasi oleh masyarakat.

KONTRIBUSI AL-QURAN DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MUSLIM

Women often experience discrimination and marginalization in society. Among Muslim communities, the role and contribution of the Qur'an in women's empowerment is an interesting and relevant topic to discuss. The Qur'an as the holy book of Muslims contains teachings and principles that can be interpreted as the basis for increasing the role of women in various aspects of life. This research aims to explore and understand the contribution of the Qur'an in empowering Muslim women through text analysis and relevant literature. This research uses a descriptive qualitative method with a library research approach. This method was chosen to identify, analyze, and describe the interpretation and implementation of Qur'anic verses related to women's empowerment. The results show that the Qur'an emphasizes the equality of men and women before Allah SWT. The Qur'an recognizes women's rights in the economic, educational, and socio-political fields. The concept of women in the Qur'an reflects balance, dignity, and an important role in Islamic society. Although there are differences in roles and responsibilities, the principles of equality, protection and justice are recognized as an integral part of Islamic teachings. However, in practice there is still a gap between the ideals of Islamic teachings and the social reality in society. Cultural factors, traditions and misinterpretations often become obstacles in achieving true gender equality.

EKSISTENSI DAN FIGURITAS PEREMPUAN Metode Penafsiran Muḥyiddīn Aḥmad Musṭafā Darwīsy pada Surah Ali Imrān/3: 195 dan Surah al-Aḥzāb/33: 35

Suhuf: Jurnal Pengkajian Al-Qur'an dan Budaya, 2021

Tulisan ini mengkaji metode penafsiran Muḥyiddīn Aḥmad Musṭafā Darwīsy (1908-1982) mengenai ayat eksistensi dan figuritas perempuan dalam Al-Qur'an pada Surah Ali 'Imrān/3: 195 dan al-Aḥzāb/33: 35. Kajian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan penelitian kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan analisis isi teks. Hasil penelitian menemukan bahwa penafsiran Darwīsy mencakup tiga hal, yaitu sumber penafsiran, metode penafsiran, dan corak penafsiran. Darwīsy menggunakan aspek rasionalitas sebagai sumber penafsiran, metode penafsirannya ijmāly, dan penafsirannya bercorak bahasa. Analisis tersebut juga menemukan peran Darwīsy dalam kesetaraan hak beragama dan pendidikan bagi perempuan dengan menggunakan pendekatan bahasa dan sastra. Hak beragama yang diungkap Darwīsy mencakup hidayah dan ganjaran pahala.