Los testigos de Jehová en Quintana Roo 2010 (original) (raw)
Related papers
1994
The story of the evolution of a sacred image in the New World. It starts with the first westbound boat from Spain in the fifteenth century and takes the reader through the interwoven migrations of people and ideas, into the world of modern-day Santería in the United States.
Salvadoreñas divinas en Ciudad Juárez
Chihuahua Hoy, 2021
Se presenta la historia de vida de una mujer trans migrante centroamericana que, junto con otras, busca llegar a Estados Unidos, pero debió establecerse temporalmente en Juárez por la pandemia. Para el análisis se plantea tanto un modelo de exclusiones titulado Orden de Vitruvio, que implica la operación múltiple e interseccional de distintos criterios que derivan en formas de exclusión agudas, así como una propuesta de análisis localizado, con la historia reciente de El Salvador. Finalmente, el texto concluye que es la colectividad una apuesta política y estratégica de resistencia frente a la operación del orden de Vitruvio.
Universum (Talca), 2021
The Bogani Nani Wartabone National Park (BNWNP) is included in the Wallacea Region which as a transitional zone between Oriental and Australian zoogeography which is estimated to have many unique and endemic flora and fauna species, including fish species that have not been fully disclosed. This study aims to inventory the diversity of ichthyofauna that live in the fresh waters of the BNWNP area and its surroundings. Sampling was carried out at 11 research stations distributed from the waters that flow from the Matabulawa peak to the Bone River. Samples were collected by electrofishing, identified and preserved using formalin solution. The species of fish obtained were analyzed on the index of diversity, evenness, and species richness. Tabulation of data on fish species in the BNWNP area from previous studies as well as specimens that already have catalog numbers deposited in Musuem Zoologicum Bogoriense (MZB) was carried out. This study found 13 species of fish consisting of 6 families and 10 genera. The total ichthyofauna in the BNWNP area and its surroundings was 32 species consisting of 15 families. Stiphodon sp. was the species that has the highest relative abundance (48.80), followed by Poecilia reticulata (11.00). The species with the highest local distribution was Belobranchus belobranchs (90.91%). The rivers that have the highest index of species diversity, evenness, and species richness are Pilolode River, Pilohampaa River, and Loji River, respectively. Two species are classified as introduced fish, namely Poecilia reticulata and Oreochromis niloticus. Several species of fish have potential as ornamental fish as well as consumption fish..
Accesos a Dios desde la experiencia del mundo
2015
This study aims to analyze attitudes on the campaign of 100% love Indonesia, ethnosentrime level of consumers and willingness to buy local products Indonesia. Furthermore, we want to examine the influence of attitude on 100% of Indonesia love campaign and consumer ethnocentrism on willingness to buy local product of Indonesia. Smpel in this research is 100 people, taken by purposive sampling method and then analyzed to data obtained by using quantitative analysis. Quantitative analysis includes: test of validity and reliability, test of classical assumption, multiple regression analysis, hypothesis test through t test, and coefficient of determination analysis (R2). Qualitative analysis is the interpretation of the data obtained in the research and the results of data processing that has been implemented by giving explanations and explanations. The result of the research found that partially consumer ethnocentrism only had positive effect on willingness to buy local product, while together, consumer attitude and consumer ethnocentrism have positive and significant effect to the willingness to buy Indonesian local product.
TUGAS JURNAL H071221034 KARINA MINERVA ROMEDA
, 2019), hingga tahun 1998 produksi ikan di Indonesia 95% berasal dari masyarakat dengan cara penangkapan ikan yang masih tradisional. Masuknya pemikiran Revolusi Biru sekitar tahun 1950-an di kalangan komunitas nelayan, dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Pemerintah melalui ilmuwan dan perencana pembangunan, telah mendorong kegiatan pembangunan perikanan dengan memperkenalkan teknologi perikanan berupa perahu motor tempel dan peralatan penangkapan ikan yang lebih canggih dan modern (Ansar Arifin, 2019). Direktur Jenderal Perikanan (Naping 1991), melalui hasil sosial ekonomi survei perikanan laut, menyatakan bahwa mereka telah melakukan pengembangan pada aspek perikanan laut melalui pengenalan perahu motor tempel dari tahun 1955 hingga 1980-an. Namun, dalam meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan di pesisir desa se-Indonesia, hasilnya belum signifikan Dalam perkembangannya, nelayan yang menggunakan teknologi modern dapat meningkatkan perekonomiannya dibandingkan dengan nelayan yang tidak menggunakan teknologi modern tersebut. Dampak yang muncul adalah perolehan daerah tangkapan air yang lebih luas ke laut lepas bagi nelayan modern sementara nelayan tradisional berada dalam situasi yang berlawanan. Penjelasan di atas diperkuat dengan temuan Anriani (2018), bahwa perolehan daerah tangkapan yang lebih luas oleh nelayan modern juga mendapat legitimasi dari pengusaha yang didukung oleh birokrasi pemerintah melalui pembentukan Perda. Menentang ini sama dengan melawan pemerintah yang berarti berurusan dengan hukum dan polisi. Selama penguasaan wilayah penangkapan, nelayan laut, nelayan pesisir atau nelayan tradisional terus berjuang untuk mendapatkan keadilan akses wilayah penangkapan ikan melalui berbagai upaya. Diantaranya demonstrasi ke DPRD Kota Palu, pembakaran perahu dan bagang tancap (Ansar Arifin, 2019). Mereka melakukan ini karena akses mereka ke wilayah pesisir yang merupakan wilayah mereka berada dalam kendali nelayan modern dalam bentuk batu loncatan. Untuk mengamankan kawasan tersebut, Pemkot Palu mengerahkan polisi setempat untuk mengawal munculnya kekerasan. Dalam konteks ini, keadilan yang diinginkan oleh nelayan tradisional setempat adalah pemanfaatan daerah penangkapan ikan yang sesuai dengan alat tangkap mereka sehingga peluang memperoleh hasil tangkapan juga lebih besar. Hal ini tentunya terkait dengan peluang hidup yang lebih besar dalam menjalankannya karena akses yang harusnya mereka dapatkan dari dulu mereka bisa dapatkan kembali.
Saksi Testimonium de Auditu dalam Sidang Perceraian
El-USRAH: Jurnal Hukum Keluarga, 2020
Saksi yang dihadirkan dalam persidangan seharusnya saksi yang betul-betul mengetahui langsung perkara yang disidangkan, bukan saksi yang mengetahui perkara dari cerita orang lain atau saksi yang mengambil kesimpulan sendiri terhadap kesaksiannya dan kemudian memberikan sebuah kesaksian di persidangan. Namun pada praktiknya, sering kali saksi yang dihadirkan dalam sebuah persidangan adalah saksi yang tidak mengalami sendiri, melihat atau mendengar sendiri perkara yang disengketakan, namun ia dipanggil sebagai seorang yang akan memberi kesaksian. Kesaksian seorang saksi yang demikian disebut dengan saksi Testimonium de Auditu. Dalam hal ini, ada pengadilan yang memakai saksi tersebut sebagai alat bukti, ada juga yang sama sekali tidak memakai kesaksian yang demikian sebagai pertimbangan untuk membuat sebuah putusan. Salah satu putusan yang menolak sebuah kesaksian Testimonium de Auditu adalah putusan Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh, dengan nomor putusan No 133/Pdt.G/2019/MS-Bna, sedangkan putusan yang menerima saksi Testimonium de Auditu sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan sebuah perkara salah satunya yaitu putusan No. 113/Pdt.G/2019/MS-Aceh. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelittian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library research), dan penelitian lapangan (field research). Hasil dari penelitian ini adalah Pertimbangan hakim dalam putusan tinggat pertama yaitu keterangan saksi telah sesuai dengan Pasal 308 dan Pasal 309 RBg. Oleh karena itu kesaksian yang dihadirkan menurut pendapat hakim telah memenuhi syarat formil dan materil sebagai saksi. Atas pertimbangan tersebut maka gugatan yang diajukan oleh penggugat diterima oleh majelis hakim tingkat pertama. Kekuatan saksi testimonium de auditu dalam perkara perceraian tidak dapat dijadikan alat bukti utama dalam mengambil keputusan karena tidak memenuhi syarat sebagai saksi, namun saksi testimonium de auditu ini dapat dipakai dalam hal apabila saksi langsung sudah tidak ada, namun saksi testimonium de auditu tersebut tetap harus mengetahui perkara tersebut dari saksi langsung, bukan dari orang lain. Ditinjau dari hukum Islam, saksi testimonium de auditu dikenal dengan istilah saksi istifadhah. Kesaksian yang seperti ini dalam islam hanya dibolehkan dalam beberapa perkara yaitu perkara nasab, kematian, perwakafan, pernikahan, serta kepemilikan atas suatu barang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan perkara cerai gugat. Pada putusan tingkat banding, tentang alat bukti saksi ini kembali dianalisa satu persatu, salah satunya yaitu alat bukti saksi dan ditemukan bahwa saksi pertama merupakan saksi testimonium de auditu sehingga pengadilan tingkat banding membatalkan putusan tingkat pertama.
Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; b. bahwa untuk melestarikan cagar budaya, Negara bertanggung jawab dalam pengaturan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya; c. bahwa cagar budaya berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya; d. bahwa dengan adanya perubahan paradigm pelestarian cagar budaya, diperlukan keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis guna meningkatkan kesejahteraan rakyat; e. bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hokum dalam masyarakat sehingga perlu diganti; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Cagar Budaya;
El mundo que “descubrieron” los conquistadores en el Istmo de Panamá
Revista Loteria, 2013
Multimedia services is needed nowadays by many people, TELKOM as one of telecommunication services and networks providers considering try to fulfiil customer's need about multimedia services. This research is about choosing the access network of telecommunication that can deliver multimedia services in a good way at PT Sinar Galaxy Surabaya Residence. The architechture of access networks that consider to build are HFC (Hybrid Fiber Coaxial), ADSL (Asyymetric Digital Subsrciber Line) and FTTH (Fiber To The Home). The method that will be used to analyse this is MCDM (Multi Criterias Decision Making) with AHP and TOPSIS as tools for analyse the data.