Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (original) (raw)
Related papers
Literatur Review Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
2021
Asphyxia neonatorum is a condition in which the baby cannot breathe spontaneously and regularly after birth. This is caused by fetal hypoxia in utero, and results in high rates of morbidity and mortality in newborns. According to the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017, the infant mortality rate fell 31 percent from 35 deaths per 1,000 live births to 24 deaths per 1,000 live births (IDHS, 2017). Data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2012 stated that the biggest cause of newborn death was asphyxia, which was 37%, followed by prematurity at 34% and sepsis at 12%. In Indonesia, asphyxia is one of the causes of the high infant mortality rate (IMR). Every year approximately 3% (3.6 million) of the 120 million newborns experience asphyxia, almost 1 million of these babies die. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of asphyxia in newborns. The research method used in this study is a literature rev...
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE, 2018
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi lahir premature 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan asfiksia dan trauma, asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan (WHO, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penelitian dapat menyimpulkan hasil dari penelitian sebagai berikut Ada pengaruh yang singnifikan antara berat badan lahir rendah (BBLR) dengan terjadinya asfiksia pada bayi baru la...
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asfiksia Neonatorum: Suatu Kajian Literatur
Jurnal Sains dan Kesehatan, 2021
Asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai kegagalan memulai dan mempertahankan pernafasan pada neonatus. Penyebab kematian neonatus terbanyak kedua di Indonesia adalah asfiksia neonatorum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian asfiksia neonatorum dan pembagiannya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kepustakaan atau kajian literatur. Pencarian literatur telah dilakukan pada minggu kedua dan ketiga bulan Desember tahun 2020. Literatur yang digunakan adalah jurnal dan buku sebanyak minimal 15 judul yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi asfiksia dapat dibagi menjadi faktor resiko antepartum dan faktor resiko intrapartum. Faktor resiko antepartum antara lain preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat, dan perdarahan. Faktor resiko intrapartum antara lain prematuritas, sindrom aspirasi mekonium, dan presentasi bokong.
Hubungan Kehamilan Serotinus Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012) Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013). Pe-nyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, aborsi 5%, dan lain-lain 27%, yang di dalamnya terdapat juga penyulit pada masa kehamilan dan penyulit pada masa persalinan (Kemenkes RI, 2010). Penyebab kematian bayi baru lahir salah satunya disebabkan oleh asfiksia (27%) yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir setelah BBLR (Kemenkes RI, 2008). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kehamilan serotinus dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan berupa deskriptif korelatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 205 persalinan. Teknik sampling menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 13...
Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Bayi Asfiksi
2017
Latar Belakang : Lebih dari 3 juta bayi meninggal setiap tahun. Sebagian besar penyebab kematian bayi adalah masalah pada asfiksia neonatorum. Penelitian ini bertujuan meneliti faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kematian bayi asfiksia di RSUD Tugurejo Semarang.Metode : Jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data berdasarkan data rekam medis pasien asfiksia neontarum dari 1 Januari 2012 31 Desember 2012 di RSUD Tugurejo dengan pengambilan sampel secara simple random sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sample 141. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square dan uji Fishers Exact kemudian variabel yang memenuhi syarat dilanjutkan ke dalam uji regresi logistik.Hasil : Faktor yang berhubungan dengan terjadinya kematian pada asfiksia neonatorum antara lain riwayat kematian neonatus sebelumnya (p=0,008), sosial ekonomi ibu (p=0,008), rujukan (p=0,000), usia kelahiran (p=0,001), berat bayi lahir (p-value=0,000), derajat asf...
Daftar Isi Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
ABSTRAK Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator derajat kesehatan. AKI di Indonesia masih tinggi disebabkan oleh banyak hal, salah satunya akibat infeksi maternal yang disebabkan ketuban pecah dini (KPD). Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian analitik melalui pendekatan cross sectional dengan metode simple random sampling.Data keterjadian asfiksia dianalisis dengan menggunakan uji x² (Chi-Square) dengan α = 5%. Dari hasil x² hitung adalah 23,68 yaitu lebih besar dari x² table (5,991). Ini berarti ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di Ruang Ponek Bapelkes RSD Jombang. ABSTRACT The development objective is to increase awareness of helath, willingness and ability of healthy life to realize optimal health status. Maternal mortality rate (M...
Jurnal Kelitbangan Bappeda Pringsewu, 2017
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi stroke pada penduduk usia >15 tahun di Indonesia sebesar 7 permil dan mengalami kenaikan dari tahun 2007 yang sebesar 6 permil. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi kedua di Indonesia dan prevalensinya melebihi angka nasional yakni sebesar 10,3 permil pada tahun 2013. Tujuan studi ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke pada penduduk usia >15 tahun di Provinsi DIY. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Riskesdas 2018 Provinsi DIY sebanyak 6695 responden. Chi square dan regresi logistik ganda digunakan sebagai uji statistik pada penelitian ini. Hasil penelitian menyatakan prevalensi stroke pada penduduk usia >15 tahun di Provinsi DIY tahun 2018 sebesar 1,7%. Faktor yang memiliki hubungan statistik signifikan dengan kejadian stroke antara lain usia (POR=3,23; 95% CI=2,03-5,13), aktivitas fisik (POR=2,86; 95% CI=1,90-4,31), hipertensi (POR=5,69; 95% CI=3,68-8,79), penyakit jantung (POR=2,57; 95% CI=1,47-4,48), dan diabetes melitus (POR=2,44; 95% CI=1,49-3,40). Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia, aktivitas fisik, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes melitus dengan kejadian stroke pada penduduk usia >15 tahun di Provinsi DIY. According to the 2013 Indonesia Basic Health Research (Riskesdas), the prevalence of stroke among population aged >15 years in Indonesia was 7 per mil and increased from 2007 which was 6 per mil. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Province is the province with the second highest prevalence of stroke in Indonesia and the prevalence exceeds the national figure of 10.3 per mil in 2013. This research aimed to determine the factors associated with stroke in the population aged >15 years in DIY Province. This study applied cross-sectional design and analyzed Riskesdas 2018 data from DIY Province with 6695 respondents. Chi-square statistical test and multiple logistic regression used in this study. The results showed that the prevalence of stroke in the population aged >15 years in DIY Province in 2018 was 1.7%. Factors that show statistically significant association with the incidence of stroke included age (POR=3.23; 95% CI=2.03-5.13), physical activity (POR=2.86; 95% CI=1.90-4.31), hypertension (POR=5.69; 95% CI=3.68-8.79), heart disease (POR=2.57; 95% CI=1.47-4.48), and diabetes mellitus (POR=2.44; 95% CI=1.49-3.40). Findings from this study concludes that there is association between age, physical activity, hypertension, heart disease, and diabetes mellitus with the incidence of stroke in the population aged >15 years in DIY Province.
Jurnal Kebidanan : Jurnal Medical Science Ilmu Kesehatan Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang, 2019
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian bayi baru lahir yang terbanyak yaitu asfiksia. penyebab terjadinya asfiksia ada 3 yaitu, faktor ibu (preeklamsi dan eklamsia, perdarahan abnormal yang disebabkan karena plasenta previa atau solusio plasenta, partus lama, demam selama persalinan, infeksi berat, kehamilan post matur, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun), faktor bayi (bayi prematur, persalinan sulit, kelainan konginetal, air ketuban bercampur mekonium), faktor tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan prolapsus tali pusat) Metode penelitian : Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dengan pendekatan retrospektif. Hasil Penelitian : Faktor penyebab kejadian asfiksia pada bayi baru lahir berdasarkan faktor ibu yaitu mayoritas terjadi pada usia ibu 20-35 tahun sebanyak 16 (51,6%), , paritas10 (32,3%), umur kehamilan 18 (58,1%) dan berdasarkan faktor dari bayi yaitu mayoritas terjadi pada berat lahir bayi >...
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asfiksia Pada Gemelli
Media Medika Muda, 2013
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum NURUL SAFITRI G2A 009 176 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ABSTRAK Latar Belakang: Gemelli adalah salah satu faktor risiko asfiksia. Asfiksia memerlukan intervensi dan resusitasi segera karena dapat menimbulkan berbagai mortalitas dan morbiditas. Diagnosis dan deteksi dini faktor yang berpengaruh penting untuk mencegah terjadinya asfiksia pada gemelli. Tujuan: Membuktikan ketuban pecah dini, perdarahan antepartum, preeklamsia, prematur, BBLR, plasenta monokorionik, interval antar kelahiran memanjang >30 menit dan cara persalinan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia pada gemelli. Metode: Dilakukan studi observasional analitik menggunakan pendekatan kasus kontrol dari rekam medis gemelli yang lahir di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari 2008-April 2013. Sebagai kelompok kasus adalah 25 gemelli yang didiagnosis asfiksia dan 33 gemelli yang tidak didiagnosis asfiksia sebagai kelompok kontrol. Subyek dipilih secara purposive sampling. Diagnosis asfiksia berdasarkan skor APGAR <7 pada menit pertama dan kelima. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square, Fisher Exact, Mann-Whitney, Kolmogorov-Smirnov dan t-tidak berpasangan. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Hasil: Dari analisis bivariat 58 subyek penelitian, didapatkan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia pada gemelli adalah preeklamsia (p=0,015; OR=4,15; 95% CI=1,27 s/d 13,55), prematur (p=0,001; OR=6,6; 95% CI=2,0 s/d 21,2), BBLR (p=0,004; OR=5,43; 95% CI=1,6 s/d 18), interval antar kelahiran memanjang >30 menit (p=0,004; OR=15,06; 95% CI=1,7 s/d 130,6), dan cara persalinan (p=0,029; OR=3,38; 95% CI=1,1 s/d 10,3). Setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan 2 faktor yang berpengaruh yaitu prematur (p=0,024; OR=1,73; 95% CI=1,38 s/d 7,92), dan interval antar kelahiran memanjang >30 menit (p=0,024; OR=4,7; 95% CI=3,003 s/d 6,68). Sementara faktor ketuban pecah dini, perdarahan antepartum, preeklamsia, BBLR, plasenta monokorionik dan cara persalinan tidak berpengaruh.