PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Mull Arg.) SETELAH PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) INDIGINEOUS DARI HUTAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIOLOGI (HPPB) UNIVERSITAS ANDALAS PADANG (original) (raw)
Related papers
Agroswagati Jurnal Agronomi
Percobaan yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk mikro majemuk Pupuk Mikro terhadap pertumbuhan tanaman karet dipembibitan pada tanah inceptisol Jatinangor telah dilaksanakan di Laboratorium Kultur Terkendali Fakultas Pertanian UNPAD pada bulan Januari sampai bulan September 2019. Pengujian mengunakan rancangan Acak Kelompok dengan 8 perlakuan diulang 4 kali. Perlakuan terdiri dari kontrol (tanpa pemupukan); NPK stndar; NPK+Pupuk Mikro 0,5 g/pohon; NPK+Pupuk Mikro 1,0 g/pohon; NPK+Pupuk Mikro 1,5 g/pohon; NPK+Pupuk Mikro 2,0 g/pohon; NPK+Pupuk Mikro 2,5 g/pohon, NPK+Pupuk Mikro 3,0 g/pohon. Hasil pengujian menunjukan Aplikasi pupuk mikro dengan dosis 1,5 sd 2,5 g/pohon dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, bobot segar dan bobot keing bibit tanaman karet sampai 6 BST. Aplikasi pupuk mikro dengan dosis 2 g/pohon efektif meningkatkan bobot tanaman karet umur 6 BST di pembibitan pada tanah inseptisol asal jatinangor, dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK stand...
MEDIAGRO, 2020
This research aimed to know the differences influence the frequency of watering fermentation liquid waste green tea on early growth of rubber plant seed. This research method using Randomized Complete Block Design (RCBD) non factorial, i.e. the granting of fermentation liquid waste green tea with a dose of 10 ml/poly bag with 3 treatment. As for the extent of the treatments given are control (P0), the frequency of watering every two weeks (P2), the frequency of watering every four weeks (P4). Each treatment was repeated five times so that there are 15 units of the experiment. Each unit is comprised of 1 trial crops so that there is a total of 15 plants. The giving of liquid organic fertilizer from waste liquid fermented green tea can enhance plant growth include rubber, i.e. plant height, number of leaves, green leaves, heavy wet and dry long & root plant rubber. On treatment of P2 (the frequency of watering every two weeks) show the highest results and good than P0 treatment (contr...
Buletin Agrohorti, 2016
Peningkatan produksi dan kualitas tanaman karet harus dilakukan dengan teknik pembibitan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh inokulan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan dosis pupuk P terhadap pertumbuhan bibit stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan mulai bulan Mei sampai Agustus 2014. Rancangan Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan kelompok lengkap teracak yang disusun secara faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis pemberian inokulan cendawan mikoriza arbuskula yaitu tanpa inokulan mikoriza, dosis 10 g per tanaman, dan dosis 20 g per tanaman. Faktor kedua adalah dosis pemberian pupuk fosfor yang terdiri dari empat perlakuan yaitu pemupukan SP-36 (0, 0.5, 1.0, 1.5 kali dosis rekomendasi, yaitu pemberian 3.88 g per tanaman pada bulan ke-1 dan 7.76 g per tanaman pada bulan ke-3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulan...
ANALISIS PEMASARAN KARET (Hevea brasiliensis ) DI DESA PULAU SARAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR
IJAE ( Jurnal Ilmu Ekonomi Pertanian Indonesia ), 2021
then to factory. Marketing channel I obtained total marketing cost Rp1.568 / kg, total marketing margin of Rp1.549 / kg, and marketing profit of Rp791 / kg and farmer share of 83.10 percent. Marketing channel II obtained total marketing cost Rp1,807.45 / kg, total marketing margin of Rp1.585 / kg, and marketing profit of Rp634 per kg and farmer share of 82.71 percent. Marketing channel III obtained total cost Rp1.386 / kg, total marketing margin of Rp600 / kg and marketing profit of Rp150, 25 / kg and farmer share of 93.57 percent. The marketing efficiency of marketing channel I is 17.10 percent, marketing channel II marketing efficiency of 19.71 percent, and marketing channel III marketing efficiency of 14.86 percent.
Jurnal Sylva Scienteae
This study aims to analyze the application of chemical fertilizers (NPK) to the production of rubber latex, to analyze the application of organic fertilizer SUPERNASA to the production of rubber latex and to analyze the comparison of the application of fertilizer SUPERNASA to the production of rubber latex. The application of NPK fertilizer to PB20 rubber resulted in an average total of rubber latex of 31.36 grams while IRR39 rubber produced an average total of rubber latex of 29.98 grams, giving organic supernase fertilizer to PB20 rubber resulted in a total rubber sap of 29.34 grams while the IRR39 rubber produces rubber sap of 28.44 grams. The treatment without fertilizer application on PB20 rubber produced 23.78 grams of rubber latex, while the IRR39 rubber was 21.44 grams. The treatment with the addition of fertilizer resulted in a higher amount of rubber latex, and the PB20 type of rubber produced greater rubber latex than the IRR39 rubber type with or without treatment.Peneli...
2014
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jamur mikoriza arbuskular (JMA), jenis pupuk fosfat, dan takaran kompos yang tepat terhadap pertumbuhan bibit tebu ( Saccharum officinarum L.) pada media pasir pantai. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Banguntapan milik Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta mulai bulan November 2012 sampai Maret 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) tiga faktor dengan 3 blok. Faktor pertama adalah perlakuan JMA yang terdiri dari 2 aras, yaitu kontrol tanpa pemberian JMA (M0) dan dengan pemberian JMA (M1). Faktor kedua adalah takaran kompos yang terdiri dari 2 aras, yaitu 10 ton/ha kompos (K1) dan 20 ton/ha kompos (K2). Faktor ketiga adalah jenis pupuk fosfat yang terdiri dari 2 aras, yaitu pupuk SP-36 300 kg/ha (P1) dan batuan fosfat yang setara dengan 300 kg/ha SP-36 (P2). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian dengan α = 5 %. Apabila perlakuan me...
KAJIAN BIJI KARET (Hevea brasiliensis) SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKU PAKAN IKAN
Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan, 2014
A study on rubber seed (Hevea brasiliensis) as a candidat of local fish feed ingredient in term of its abundance and nutrient value was conducted. Potency of rubber seed in Indonesia was analized using desk study. Sample of rubber seed was collected from husbandary belonging farmers and company in Batanghari District of Jambi Province. Rubber seed was meal and a part of the meal was processed to reduce its HCN content. Parameters tested were potency of rubber seed, proximate/amino acid composition and HCN concentration. The results showed that potency of rubber seed in Indonesia in 2013 was 5,67 million tons. Rubber seed contained 22,9% crude protein, 48,04% crude fat, 4,42 % crude fibre and 3,14 % ash, respectively. If fat content reduced to be 5,46 %, its protein increased up to 50,74%. Rubber seed had completely essential amino acids, but lack of lysin (0,39%) and methionin (0,01%). Toxic material of HCN in rubber seed could be reduced from 0,06% to 0,003% through chemical proces...
Bioetanol merupakan alkohol yang di produksi dari bahan baku tanaman yang mengandung gula, pati, dan serat. Bahan baku tanaman yang mengandung gula (misalnya nira tebu, aren, kelapa), bahan berpati (misalnya sagu, kentang, ubi kayu, ubi ungu, ubi talas, kentang, jagung, dll), bahan berselulosa (misalnya bagase, TKKS) dan bahan berligninselulosa (misalnya rumput gajah, jerami). Etanol atau ethyl alkohol berupa cairan bening tidak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yang besar apabila terurai bebas di lingkungan. Etanol diperoleh dari hasil fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses distilasi. Proses distilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang biasa disebut fuel grade ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol, (Musanif, Jamil). Ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung. Ubi kayu segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air sekitar 60%, pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak 0,5%, dan kadar abu 1%, karenanya merupakan sumber karbohidarat dan serat makanan, namun sedikit kandungan zat gizi seperti protein. Ubi kayu segar mengandung senyawa glokosida sianogenik dan apabila terjadi proses oksidasi oleh enzim linamarase maka akan dihasilkan glukosa dan asam sianida (HCN) yang ditandai
Lahan marjinal khususnya di Indonesia, terus meningkat setiap tahunnya. Sementara itu usaha untuk mereklamasi lahan-lahan marjinal tersebut masih terbatas dan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut perlu diusahakan suatu teknologi alternatif yang dapat dilakukan diantaranya pemanfatan mikroorganisme yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman kedelai dan aplikasi pemberian bahan organik. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan, sehingga perlu dilakukan penelitian secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan macam pupuk kandang (sapi, kambing, puyuh) dan mikoriza terhadap biodiversitas mikroba tanah, serta pengaruhnya terhadap hasil kedelai di lahan marjinal. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) teridiri atas dua faktor perlakuan yaitu perlakuan mikoriza dengan dua taraf dan perlakuan jenis pupuk kandang dengan lima taraf, sehingga didapatkan 10 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata namun ada perbedaan yang cukup signifikan antara perlakuan tanpa mikoriza dengan yang diberi mikoriza. Populasi dan biodiversitas mikroba lebih tinggi pada perlakuan dengan mikoriza dibandingkan tanpa mikoriza. Jumlah bakteri pada semua sampel ada 22 jenis, sedangkan jamur yang teridentifikasi berasal dari 4 genus yaitu Aspergillus sp, Penicillium sp, Rhizopus sp, dan Mucor sp. Perlakuan yang diberikan belum mampu menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil panen kedelai, namun pada perlakuan mikoriza memberikan hasil panen yang lebih tinggi daripada tanpa mikoriza.