Kitab Suci Research Papers - Academia.edu (original) (raw)

Abram adalah sosok bapa para bangsa Israel, sekaligus sebagai bapa kaum beriman. Ia adalah teladan utama dalam menghayati iman terhadap Allah. Akan tetapi, sebagai manusia biasa, Abram juga pernah melakukan kesalahan. Ia memiliki... more

Abram adalah sosok bapa para bangsa Israel, sekaligus sebagai bapa kaum beriman. Ia adalah teladan utama dalam menghayati iman terhadap Allah. Akan tetapi, sebagai manusia biasa, Abram juga pernah melakukan kesalahan. Ia memiliki keegoisan yang ingin menyelamatkan nyawanya.

Membaca, merenungkan, menggali makna Kitab Suci secara mendalam untuk menemukan SANG JALAN, KBENARAN dan HIDUP....menimba kesejukan AIR ROHANI

Kata bahasa Inggris canyon dipinjam dari bahasa Spanyol cañon, artinya "pipa, cerobong, ngarai." Kata Spanyol ini berasal dari bahasa Latin canna, dan bahasa Yunani awal disebut kanna, artinya "buluh." Kata Yunani kanna berasal dari kata... more

Kata bahasa Inggris canyon dipinjam dari bahasa Spanyol cañon, artinya "pipa, cerobong, ngarai." Kata Spanyol ini berasal dari bahasa Latin canna, dan bahasa Yunani awal disebut kanna, artinya "buluh." Kata Yunani kanna berasal dari kata Semitik (Ibrani - Aramaik) untuk buluh - קנה kaneh. Kata kaneh punya banyak arti: batang, buluh, tongkat, tongkat kayu pengukur, tiang lampu, lengan tiang lampu, buluh panjang, dan dalam bahasa Ibrani kemudian disebut – batang tenggorokan...

Yahudi, Kristen, dan Islam, semuanya mengklaim bahwa Kitab Sucinya merupakan kitab wahyu Ilahi yang berisi firman Tuhan, baik yang dipahami secara harfiah maupun kiasan. Isi kitab-kitab ini tumpang tindih dan beberapa di antaranya... more

Yahudi, Kristen, dan Islam, semuanya mengklaim bahwa Kitab Sucinya merupakan
kitab wahyu Ilahi yang berisi firman Tuhan, baik yang dipahami secara harfiah maupun
kiasan. Isi kitab-kitab ini tumpang tindih dan beberapa di antaranya berkontradiksi satu sama
lainnya sehingga menimbulkan perbedaan yang sangat jelas. Islam mempercayai adanya
wahyu tunggal, yaitu al-Qur’an, yang berbeda dengan konsep kitab suci Yahudi dan Kristen.
Kitab Suci Yahudi terdiri dari 39 kitab (sebagaimana dicatat dalam Alkitab Kristen pada
bagian Perjanjian Lama), sementara Kitab Suci agama Kristen mencakup ke-39 kitab Yahudi
dan 27 kitab tambahan dalam Perjanjian Baru.

Teks dari Kitab Pengkhotbah 3:1-15 merupakan satu kesatuan perikop yang dibuat oleh ahli Kitab Suci. Di dalamnya termuat nasehat atau kebijaksanaan yang intinya mau mengatakan bahwa "segala sesuatu ada waktunya". Teks ini menggambarkan... more

Teks dari Kitab Pengkhotbah 3:1-15 merupakan satu kesatuan perikop yang dibuat oleh ahli Kitab Suci. Di dalamnya termuat nasehat atau kebijaksanaan yang intinya mau mengatakan bahwa "segala sesuatu ada waktunya". Teks ini menggambarkan perkara-perkara yang konkret dan praktis. Di dalamnya mau menekankan bahwa Allah telah mengatur segala sesuatu. Allah menetapkan waktu yang tepat untuk setiap peristiwa. Hal ini mengandaikan manusia mau berserah kepada Allah dan percaya sepenuhnya kepada Allah. Peristiwa yang baik maupun yang buruk merupakan dua hal yang mutlak ada. Hal ini sungguh dimengerti oleh Pengkhotbah. Peristiwa baik dan buruk harus diterima dan dijalani.

Percaya kepada semua kitab suci yang diturunkan Allah merupakan salah satu rukun iman dalam Islam. Seseorang tidak dikatakan beriman manakala tidak meyakini kitab-kitab suci. Bagi umat Islam, terdapat empat kitab suci yang harus diimani,... more

Percaya kepada semua kitab suci yang diturunkan Allah merupakan salah satu rukun iman dalam Islam. Seseorang tidak dikatakan beriman manakala tidak meyakini kitab-kitab suci. Bagi umat Islam, terdapat empat kitab suci yang harus diimani, yaitu kitab Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa, kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi Dawud, kitab Injil yang diterima nabi Isa, dan kitab Al-Qur'an yang turun kepada nabi Muhammad. Al-Qur'an sendiri sebagai kita terakhir telah banyak berbicara mengenai kitab-kitab sebelumnya. Secara rinci, tulisan ini akan mencoba menjelaskan relasi Al-Qur'an dengan Taurat (Yahudi) dan Injil (Nasrani) yang kemudian bermuara pada bagaimana pandangan Al-Qur'an tentang umat agama lain.

Pada dasarnya Tuhan Allah menciptakan manusia begitu baik adanya. Hal ini tertulis dalam Kitab Kejadian yang menempatkan manusia sebagai ciptaan Allah yang istimewa serta begitu indah, secitra dengan Allah (imago Dei). Hal ini juga... more

Pada dasarnya Tuhan Allah menciptakan manusia begitu baik adanya. Hal ini tertulis dalam Kitab Kejadian yang menempatkan manusia sebagai ciptaan Allah yang istimewa serta begitu indah, secitra dengan Allah (imago Dei). Hal ini juga mengindikasi bahwa manusia dalam hidupnya begitu mengalami jalan kehidupan yang tentunya baik, karena merasa ada jaminan akan dirinya sebagai ciptaan yang begitu indah dan baik. Keinginan manusia akan harapan dirinya senantiasa baik karena kesadaran akan dirinya sebagai ciptaan yang baik ternyata tidak berjalan dengan semestinya. Pada dasarnya, hidup manusia itu dinamis dan selalu berubah. Secara normal, wajar manusia berpikir bahwa kalau diri berbuat baik dan benar, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Tapi, tak bisa dipungkiri bahwa dalam kenyataan hidupnya, ada berbagai macam situasi sulit , seperti penderitaan terjadi dalam diri manusia. Situasi macam ini membuat banyak orang merasa takut berhadapan dengan situasi hingga bertanya-tanya :"Mengapa ini semua terjadi?". Dan disinilah, manusia mulai mempertanyakan eksistensi diri dan Allah sendiri. Situasi macam ini jelas sangat menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri dan hidup. Penderitaan jelas bukanlah suatu hal yang diinginkan manusia dalam hidupnya. Kisah-kisah perjanjian Lama dalam Kitab Suci memberikan gambaran situasi-situasi manusia yang tidak diinginkan, seperti tulah penyakit, pembuangan Israel ke Mesir, hingga kisah seorang saleh namun ia mengalami penderitaan dalam hidup. Seorang saleh tersebut bernama Ayub. Paper ini akan mencoba melihat situasi penderitaan Ayub dengan melihat juga dari penderitaan yang dialami Kristus.

dalam paper ini penulis menganalisis susunan teks markus 4 dengan berlandaskan metode analisis retorika. perlu dicatat bahwa paper ini merupakan karya yang dibuat guna mememnuhi tuntutan perkuliahan perihal seminar perumpamaan. BAGI... more

dalam paper ini penulis menganalisis susunan teks markus 4 dengan berlandaskan metode analisis retorika. perlu dicatat bahwa paper ini merupakan karya yang dibuat guna mememnuhi tuntutan perkuliahan perihal seminar perumpamaan. BAGI TEMAN-TEMAN YANG HENDAK MENGKOPI ATAU DIJADIKAN REFERENSI BISA MEMINTA FILE YANG ASLI DI SAYA. SOALNYA SETELAH SAYA LIHAT PRIVIEW DALAM PAGE INI BANYAK YANG MENGALAMI PERUBAHAN SUSUNAN BENTUK. INI ALAMAT EMAIL lmudadicky@gmail.com. terima kasih.

Sekilas Tentang Kitab Ayub Dalam pendekatan studi Kitab Suci, Kitab Ayub termasuk dalam kelompok kitab Kebijaksanaan. Diperkirakan kitab ini ditulis dalam rentang abad V hingga abad II SM. Dalam kurun waktu tersebut, tampak bahwa penulis... more

Sekilas Tentang Kitab Ayub Dalam pendekatan studi Kitab Suci, Kitab Ayub termasuk dalam kelompok kitab Kebijaksanaan. Diperkirakan kitab ini ditulis dalam rentang abad V hingga abad II SM. Dalam kurun waktu tersebut, tampak bahwa penulis sering melakukan revisi. Adapun konteks masa penulisan kitab tersebut adalah ketika bangsa Israel akhirnya diperbolehkan oleh Raja Koresh dari Persia untuk kembali ke tanah Kanaan. Kala itu, bangsa Israel mengalami perbudakan di Babilonia dalam waktu yang cukup lama. Hal ini membuat kepulangan mereka dipenuhi dengan kecemasan, ketakutan, dan ketidakpastian. Sekalipun banyak yang merayakannya dengan kegembiaraan, namun tak sedikit pula yang menyambut pembebasan Israel dengan pesimistis. Hal ini menjadi wajar bila melihat sejarah hidup bangsa Israel yang dipenuhi oleh penindasan dari bangsa lain.1 Berkaitan dengan proses pembacaan, tidak dipungkiri bila tampak kejanggalan dalam bentuk lahiriah kitab ini. Misalnya, awal dan akhir buku dalam bahasa prosa, seluruh bagian tengan dalam bentuk puisi serta deretan pidato dalam Bab 32-37 yang dikemukakan oleh tokoh yang "tiba-tiba" muncul, yakni Elihu.2 Sementara itu, buku ini menyuguhkan kisah Allah yang berkompromi dengan setan dalam mencelakai Ayub. Allah digambarkan seakan-akan tidak peduli terhadap doa Ayub. Tentu, penggambaran ini berbeda dengan gambaran Allah yang disampaikan oleh Yesus sendiri.3 Dalam pemahaman lebih lanjut, agaknya kita perlu menyadari bahwa buku ini untuk menjawab persoalan penderitaan manusia. Ayub yang digambarkan sebagai seorang yang saleh, nyatanya mengalami penderitaan yang cukup hebat. Tidak hanya itu, ia mengalami pelbagai tuduhan yang tidak mengenakkan dari ketiga sahabatnya; Elifas, Bildad, Zofar (Ayb 2:13). Ia didakwa sebagai pendosa berat akibat penderitaannya tersebut. Hingga akhirnya, pada titik tertentu ia memahami kemahakuasaan Allah seraya memohon ampunan dari-Nya. Secara garis besar, kisah Ayub terbagi menjadi tiga pemababakan. Awal kisah (Ayb 1:1-2:13) dimulai dengan proses Allah mencobai Ayub. Kemudian, kisah disusul dengan dinamika batin Ayub yang menantang Allah karena penderitaannya (Ayb 2:11-31:40). Hingga pada bagian penutup, kitab ini menceritakan Allah yang menantang balik Ayub (Ayb 32:1-42:17).4 Berkenaan makalah ini, penulis akan memberi penekanan pada tahapan kedua dan ketiga saja. Agaknya langkah ini dilakukan agar pembaca mampu menemukan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang diturunkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. yang dibacanya merupakan ibadah. Di dalamnya berisikan sebagian dari kalam Allah yang apabila seluruh pepohonan dijadikan penanya dan lautan sebagai tintanya,... more

Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang diturunkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. yang dibacanya merupakan ibadah. Di dalamnya berisikan sebagian dari kalam Allah yang apabila seluruh pepohonan dijadikan penanya dan lautan sebagai tintanya, maka kalam Allah tersebut tidak akan habis walaupun ditambahkan lagi tujuh lautan sesudahnya.
Al-Qur’an ini merupakan bukti kebesaran dan kecintaan Allah kepada makhluk-Nya, maka wajar jika dikatakan bahwa al-Qur’an menjadi jalan dan penuntun manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Segala peraturan kehidupann manusia tertuang sepenuhnya dalam al-quran. Begitu juga ayat-ayat tentang tugas dan kewajiban manusia sebagai permberi informasi kepada manusia yang lain.
Dalam surat an-nahl ayat 25 yang berbunyi “(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.” Ayat tersebut menjelaskan tentang tanggung jawab seorang dai yang memberi informasi kepada khlayak ramai, bahwa jika informasi yang mereka sampaikan salah, maka mereka akan berdosa dan menanggung dosa orang-orang yang telah disesatkan
Begitu juga dalam surat Yasin ayat 12, yang memiliki arti “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” Sama seperti ayat sebelumnya, ayat ini juga menjelaskan mengenai tanggung jawab manusia sebagai pemberi informasi.

Khotbah Mengenai Perkumpulan Rangkap Empat. Catuṣpariṣat Sūtra adalah sebuah teks kanonik mengenai pembentukan Perkumpulan Buddhis. Teks asli dalam bahasa sansekerta dan tibet, dibandingkan dengan teks pali dan terjemahan padanan chinese... more

Khotbah Mengenai Perkumpulan Rangkap Empat. Catuṣpariṣat Sūtra adalah sebuah teks kanonik mengenai pembentukan Perkumpulan Buddhis. Teks asli dalam bahasa sansekerta dan tibet, dibandingkan dengan teks pali dan terjemahan padanan chinese di dalam vinaya Mūlasarvāstivādin.
Teks ini menceritakan kisah yang sudah lama dikenal dalam legenda buddhis mengenai pencerahan Sang Buddha dan pembentukan Sangha. Kisah serupa dalam versi lain yang mirip dan bahkan hampir identik di beberapa bagian dapat ditemukan dalam Theravada Vinaya Khandaka Mahavagga, Lalitavistara Sutra, Mahavastu, Jataka- Nidanakatha, Ariyapariyesana Sutta, dan banyak lagi
Terjemahan dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Prajnadeva, dengan sesekali membandingkan dengan teks sansekerta.

Ini adalah kisah mengenai perjalanan kitab suci perjanjian lama yaitu septuaginta

Sekilas Tentang Kitab Ayub Dalam pendekatan studi Kitab Suci, Kitab Ayub termasuk dalam kelompok kitab Kebijaksanaan. Diperkirakan kitab ini ditulis dalam rentang abad V hingga abad II SM. Dalam kurun waktu tersebut, tampak bahwa penulis... more

Sekilas Tentang Kitab Ayub Dalam pendekatan studi Kitab Suci, Kitab Ayub termasuk dalam kelompok kitab Kebijaksanaan. Diperkirakan kitab ini ditulis dalam rentang abad V hingga abad II SM. Dalam kurun waktu tersebut, tampak bahwa penulis sering melakukan revisi. Adapun konteks masa penulisan kitab tersebut adalah ketika bangsa Israel akhirnya diperbolehkan oleh Raja Koresh dari Persia untuk kembali ke tanah Kanaan. Kala itu, bangsa Israel mengalami perbudakan di Babilonia dalam waktu yang cukup lama. Hal ini membuat kepulangan mereka dipenuhi dengan kecemasan, ketakutan, dan ketidakpastian. Sekalipun banyak yang merayakannya dengan kegembiaraan, namun tak sedikit pula yang menyambut pembebasan Israel dengan pesimistis. Hal ini menjadi wajar bila melihat sejarah hidup bangsa Israel yang dipenuhi oleh penindasan dari bangsa lain.1 Berkaitan dengan proses pembacaan, tidak dipungkiri bila tampak kejanggalan dalam bentuk lahiriah kitab ini. Misalnya, awal dan akhir buku dalam bahasa prosa, seluruh bagian tengan dalam bentuk puisi serta deretan pidato dalam Bab 32-37 yang dikemukakan oleh tokoh yang "tiba-tiba" muncul, yakni Elihu.2 Sementara itu, buku ini menyuguhkan kisah Allah yang berkompromi dengan setan dalam mencelakai Ayub. Allah digambarkan seakan-akan tidak peduli terhadap doa Ayub. Tentu, penggambaran ini berbeda dengan gambaran Allah yang disampaikan oleh Yesus sendiri.3 Dalam pemahaman lebih lanjut, agaknya kita perlu menyadari bahwa buku ini untuk menjawab persoalan penderitaan manusia. Ayub yang digambarkan sebagai seorang yang saleh, nyatanya mengalami penderitaan yang cukup hebat. Tidak hanya itu, ia mengalami pelbagai tuduhan yang tidak mengenakkan dari ketiga sahabatnya; Elifas, Bildad, Zofar (Ayb 2:13). Ia didakwa sebagai pendosa berat akibat penderitaannya tersebut. Hingga akhirnya, pada titik tertentu ia memahami kemahakuasaan Allah seraya memohon ampunan dari-Nya. Secara garis besar, kisah Ayub terbagi menjadi tiga pemababakan. Awal kisah (Ayb 1:1-2:13) dimulai dengan proses Allah mencobai Ayub. Kemudian, kisah disusul dengan dinamika batin Ayub yang menantang Allah karena penderitaannya (Ayb 2:11-31:40). Hingga pada bagian penutup, kitab ini menceritakan Allah yang menantang balik Ayub (Ayb 32:1-42:17).4 Berkenaan makalah ini, penulis akan memberi penekanan pada tahapan kedua dan ketiga saja. Agaknya langkah ini dilakukan agar pembaca mampu menemukan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.