Juneman Abraham - Academia.edu (original) (raw)
Papers by Juneman Abraham
Jurnal Ilmiah Psikologi, Apr 12, 2013
Zaman boleh modern, teknologi boleh kian canggih, namun yang namanya takhayul ternyata masih dipe... more Zaman boleh modern, teknologi boleh kian canggih, namun yang namanya takhayul ternyata masih dipercaya banyak orang. Mengapa begitu? Simak penjelasan para pakar tentang takhayul, dari Drs. Iwan Meulia Prious, M.A., staf pengajar Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Indonesia, dan Juneman Abraham, S.Psi., C.W.P., M.Si., staf pengajar Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara.
Abraham, J. (2002, Mei/Juni). Alternatif Teks pada Image Map. Infonet, 4(5), 52-53. ISSN: 0215-21... more Abraham, J. (2002, Mei/Juni). Alternatif Teks pada Image Map. Infonet, 4(5), 52-53. ISSN: 0215-2118.
Abraham, J. (2002, Februari/Maret). Substitusi Atribut Presentasional HTML dengan Properti CSS. Internet, 4(2), 62.63. ISSN: 0215-2118.
Menggunakan paradigma dialektika dari Immanuel Kant, saya mengandaikan, jika Teacher-centered lea... more Menggunakan paradigma dialektika dari Immanuel Kant, saya mengandaikan, jika Teacher-centered learning (TCL) merupakan "tesis" dan Student-centered learning (SCL) merupakan "anti-tesis", maka Team-centered learning (MCL) merupakan "sintesis"-nya. Sintesis berarti mengambil kebaikan, keunggulan dari tesis dan anti-tesis kemudian mengelaborasinya menjadi sebuah "tesis" baru (ialah sebuah gestalt, bukan sekadar penjumlahan, melainkan totalitas konfigurasi baru) yang lebih memadai untuk menjawab kebutuhan dunia pendidikan saat sekarang yang sedang "galau". Generalisasi dari gagasan MCL ini adalah, misalnya, "teaming" dapat dilakukan antara sekolah dan masyarakat, antara warga dan pemerintah, antara pemimpin dan pengikut.
BINUS Buletin, Edisi 93-94, Vol. 3, May-June 2015
Wawancara tentang menelaah sejauh mana batas dari diri kita.
Media Kawasan, April 2014, h. 86, 88
Wawancara mengenai Budaya Instan bersama Prof. Koentjoro (Universitas Gadjah Mada) dan Juneman Ab... more Wawancara mengenai Budaya Instan bersama Prof. Koentjoro (Universitas Gadjah Mada) dan Juneman Abraham (Universitas Bina Nusantara).
Jurnal Aspirasi Vol. 4 No. 1, Juni 2013
There are only a few empirical researches which connect the individual sexual behavior with the i... more There are only a few empirical researches which connect the individual sexual behavior with the individual’s perspective in viewing the world (worldview), although speculations related to that matter have already existed in the literature. This research carried out measurement of participant’s worldview using Worldview Analysis Scale as well as participant’s sexual behavior using Garos Sexual Behavior Inventory. The participants of this research consisted of 200 people (52% male, 48% female; age average 24.23 years; standard deviation of the age 1.92 years) who were obtained by convenience sampling techniques in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, and Surabaya. The results show that there are correlations between communalism worldview and sexual discordance as well as tangible realism worldview and sexual discordance.
Keywords: Worldview, communalism, tangible Realism, sexual behavior.
Abstrak: Belum banyak penelitian empiris yang menghubungkan perilaku seksual seseorang dengan perspektifnya memandang dunia (atau: pandangan dunia), meskipun kajian-kajian spekulatif yang berkenaan dengan hal tersebut telah banyak terdapat dalam literatur. Penelitian ini melakukan pengukuran empiris terhadap pandangan dunia partisipan dengan Worldview Analysis Scale dan perilaku seksual partisipan dengan Garos Sexual Behavior Inventory. Partisipan penelitian ini terdiri atas 200 orang (52% laki-laki, 48% perempuan; Rerata usia 24.23 tahun; Simpangan baku usia 1.92 tahun), yang dijaring dengan teknik penyampelan convenience insidental di
Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pandangan dunia komunalisme dengan ketidaknyamanan seksual (r = 0.239, p ‹ 0.01) dan pandangan dunia realisme terukur dengan ketidaknyamanan seksual (r = -0.187, p ‹ 0.01).
Kata Kunci: Pandangan dunia, komunalisme, realisme terukur, perilaku seksual
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 2(5), 364-381. (Januari, 2013)
The issue of common method variance and bias in Indonesia still has not gained much attention; ev... more The issue of common method variance and bias in Indonesia still has not gained much attention; even the terminology is less popular, except among psychometric enthusiasts and experts. In fact, the potential for common method variance and bias infiltrating in research results is very high, especially in studies that use a single method, a single source, and concurrent design, which are highly favored by psychological lecturers and researchers in Indonesia. This paper is a critical review, exposing the debate and serious impact regarding common method variance and bias, as well as procedures for detecting, addressing and correcting its effects. The author hoped this paper contributes in filling the gap in the literature, especially in Psychology Research Methodology text books in the Indonesian language, so that psychological researches in Indonesia continue to increase their quality and to have their better place in international publications.
Key words: CMV, psychological research, research methodology, journal editor
Abstrak
Persoalan common method variance & bias di Indonesia masih belum memperoleh banyak perhatian; bahkan terminologinya pun kurang populer, kecuali di kalangan peminat dan ahli psikometri. Padahal, potensi menyusupnya common method variance & bias dalam hasil-hasil penelitian sangat tinggi, khususnya pada penelitian yang menggunakan metode tunggal, sumber tunggal, dan desain konkuren, yang sangat difavoritkan oleh para dosen dan peneliti psikologis di Indonesia. Tulisan ini merupakan kajian kritis, yang memaparkan perdebatan dan dampak serius seputar common method variance & bias, serta prosedur untuk mendeteksi, mengatasi dan mengkoreksi dampaknya. Penulis berharap bahwa tulisan ini berkontribusi mengisi kesenjangan dalam literatur, khususnya dalam buku-buku teks Metodologi Penelitian Psikologi berbahasa Indonesia, sehingga penelitian psikologis di Indonesia semakin meningkat mutunya dan semakin memperoleh tempat dalam publikasi internasional.
Kata-kata kunci: CMV, riset psikologi, metodologi penelitian, editor jurnal
ISBN 978-602-14208-1-2; Penerbit: Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia bekerjasama dengan Universitas YARSI; Juli 2013
Bioetika secara luas diartikan sebagai etika yang diterapkan dalam ilmu-ilmu kehidupan (life scie... more Bioetika secara luas diartikan sebagai etika yang diterapkan dalam ilmu-ilmu kehidupan (life sciences) dan dalam praktik pemeliharaan kesehatan. Kajian bioetika sesungguhnya mencakup bioetika medis, bioetika lingkungan, bioetika klinis, bioetika keperawatan (Reich, 1995), bahkan bioetika hukum. Buku yang ada di hadapan Anda menyajikan isu dan dilema bioetis pada transplantasi ginjal, resusitasi jantung paru, surrogacy, dan kanker. Buku ini melengkapi dirinya dengan uraian tentang etika riset dan paten dalam ilmu kedokteran. Sejarah sampai dengan perkembangan kontemporer dari isu dan dilema pada masing-masing bidang bahasan diuraikan secara cukup terperinci oleh para penulis. Oleh karena itu, di samping berguna sebagai referensi mahasiswa ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan lainnya dalam perkuliahan dan penyusunan tugas akhir, buku ini diharapkan memberikan penyegaran bagi para aktor di dunia kedokteran dan kesehatan, khususnya yang sempat terhenti dalam gelutnya di dunia tersebut.
Penulis:
Prof. dr. Qomariyah Sachrowardi, M.S., P.K.K., A.I.F.M.
dr. Ferryal Basbeth, Sp.F., D.F.M.
Penyunting:
Juneman, S.Psi., M.Si.
ISBN 978-602-14208-0-5; Penerbit: Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia bekerjasama dengan Universitas YARSI; Juli, 2013
Buku ini ditulis secara multidisipliner oleh para dokter, ahli farmasi, dan psikolog. Hampir selu... more Buku ini ditulis secara multidisipliner oleh para dokter, ahli farmasi, dan psikolog. Hampir seluruh penulis bukan merupakan etikawan atau teoris etika. Komposisi penulis seperti ini jarang ditemukan, bila bukan tiada, dalam literatur etika penelitian kesehatan di Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi ciri distingtif dari buku ini karena buku etika di bidang kesehatan di Indonesia pada umumnya ditulis oleh filsuf atau teoris dalam bidang moral atau etika. Penulisan buku ini mau melengkapi perbendaharaan buku-buku bioetika dan etika penelitian kesehatan yang sudah ada di Indonesia. Hal ini menggambarkan adanya kepedulian aksiologis dari para penulis. Meskipun etika "sedang naik daun" (Bertens, 2001), tidak dapat dipungkiri bahwa kepedulian semacam ini sangatlah langka di tengah-tengah sikap pragmatis ilmuwan dan profesi serta berbagai bentuk pengabaian untuk melakukan refleksi etis terhadap keputusan-keputusan yang akan, sedang, atau sudah diambilnya .... (Buku) ini menunjukkan kesadaran ilmuwan dan praktisi penelitian di bidang kesehatan mengenai urgensi penguasaan state of the art isu-isu etis yang berkenaan dengan metodologi maupun isi dari ilmu dan praktiknya sendiri. Hal ini merupakan syarat perlu agar ilmuwan dan praktisi lebih bertanggung jawab dalam memberikan pandangan dan penilaian etis serta menentukan tindakan etisnya.
"Menggugat Fragmentasi dan Rigiditas Pohon Ilmu”, Chapter in Book, page 43-68, ISBN 978-979-8154-47-8, published by Satya Wacana University Press, 2013
The author showed and analyzed the eternal debate in psychology, which fundamentally tries to ans... more The author showed and analyzed the eternal debate in psychology, which fundamentally tries to answer whether psychology (1) is a science or an arts/humanities, (2) is a natural science or a social science, (3) shows optimistic progress toward a unified paradigm, or constantly keeps fragmented approaches. This discussion aims to give remarks to Indonesian government, so that the so-called "epistemological violence" as the direct implication of positioning psychology in particular science cluster be immediately corrected. This article should be a scientific base to support the idea that the government should give more authority to higher education institutions to constitute their families of sciences.
Key words: family of science, psychology, philosophy, epistemology, Indonesia
Abstrak
Penulis memperlihatkan sekaligus menelaah perdebatan abadi mengenai psikologi, yang pada hakikatnya hendak menjawab pertanyaan, apakah Psikologi itu (1) ilmu ataukah seni/kiat/humaniora, (2) ilmu alam ataukah ilmu sosial, (3) optimistis untuk memiliki paradigma yang terunifikasi, ataukah selamanya akan memiliki pendekatan-pendekatan yang terfragmentasi. Perdebatan tersebut berguna untuk memberikan masukan kepada Pemerintah Indonesia agar "kekerasan epistemologis" sebagai implikasi langsung penempatan psikologi dalam satu rumpun ilmu tertentu dapat lekas dikoreksi. Artikel ini dapat menjadi salah satu dasar ilmiah untuk mendukung gagasan bahwa perumpunan ilmu hendaknya diserahkan kepada masing-masing perguruan tinggi di Indonesia.
Kata-kata kunci: rumpun ilmu, psikologi, filsafat, epistemologi, Indonesia.
Humaniora, Universitas Gadjah Mada, Februari 2013, Vol. 25, No. 1, 3-13, ISSN 0852-0801
The phenomenon of interfaith marriage has been approached from the perspectives of theology, soci... more The phenomenon of interfaith marriage has been approached from the perspectives of theology, sociology, law, politics, and public policy. The original contribution of this study is its effort and aim to approach this phenomenon from a psychological perspective. This study considers the level of one’s identification towards sexual values as a predictor for his/her perceived risk of interfaith marriage, of which the values cannot be separated from metropolitan culture. This research is a quantitative research by employing predictive correlational design. The samples were 271 students (99 men, 172 women; Mage = 20.59 years, SDage = 1.67 years) from five campuses in and around Jakarta. Research data analyses, by using multiple linear regression, show results which indicate that there is interaction between gender and sexual values in influencing the risk perception. There are differences between men and women in terms of correlation between the two variables. In men, sexual values cannot predict the perceived risk. In the Moslem women, two sexual values, i.e. absolutism and hedonism, can predict it. The results provide new insights regarding the relationship between sexuality and religion and marriage, particularly in urban areas in Indonesia.
Keywords: interfaith, marriage, psychology, sex, urban, values, youth
ABSTRAK
Fenomena pernikahan beda agama selama ini dianalisis dengan pendekatan teologi, sosiologi, hukum, politik, dan kebijakan publik. Kontribusi penelitian ini adalah upaya dan tujuannya untuk mendekati fenomena ini dengan perspektif psikologis. Penelitian ini menggunakan tingkat identifikasi seseorang terhadap nilai-nilai seksual sebagai prediktor bagi persepsi risiko tentang pernikahan beda agama yang tidak dapat dilepaskan dari kultur metropolitan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional prediktif. Sampel penelitian ini adalah 271 mahasiswa (99 laki-laki, 172 perempuan; Musia = 20.59 tahun, SDusia = 1.67 tahun) dari lima kampus di Jakarta dan sekitarnya. Hasil analisis terhadap data penelitian dengan regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara jenis kelamin dan nilai seksual dalam memengaruhi persepsi resiko. Pada laki-laki, nilai seksual tidak mampu meramalkan persepsi resiko pernikahan beda agama. Pada perempuan muslim, dua nilai seksual yakni absolutisme dan hedonisme, mampu meramalkannya. Hasil penelitian ini memberikan wawasan baru mengenai relasi antara seksualitas dengan agama dan pernikahan, khususnya di wilayah urban di Indonesia.
Kata Kunci: lintas agama, nilai, pemuda, pernikahan, psikologi, seks, urban
Book Chapter in "Menongkah Arus Globalisasi: Isu-isu Psikologi di Malaysia dan Indonesia." (ISBN 978-983-42835-7-5), 2013
Penelitian yang menyelidiki hubungan antara identitas religius dan identitas nasional di sejumlah... more Penelitian yang menyelidiki hubungan antara identitas religius dan identitas nasional di sejumlah negara telah banyak dilakukan. Penelitian ini hendak mengetahui hubungan antar identitas tersebut pada remaja Indonesia. Hipotesis pertama penelitian ini adalah bahwa kedua identitas tersebut berhubungan. Dalam banyak diskursus, diketahui bahwa Pancasila memiliki peran dalam pembentukan identitas nasional Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini menghipotesiskan bahwa tingkat keberpancasilaan remaja berhubungan dengan tingkat identifikasinya sebagai anggota bangsa Indonesia dengan arah positif. Mengintegrasikan kedua hipotesis di atas, penelitian ini mengharapkan bahwa hubungan antara identitas religius dengan identitas nasional dimediasikan oleh keberpancasilaan. Data penelitian diperoleh dari 234 partisipan usia remaja (M = 18.62 tahun; SD = 3.84 tahun) dengan metode penyampelan insidental dari berbagai universitas di Jakarta, Ibu Kota Negara Indonesia, dan diolah dengan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa seluruh hipotesis didukung oleh data (p < 0.01). Lebih rinci, keberpancasilaan yang diketahui memiliki pengaruh yang signifikan terhadap identitas nasional adalah keberpancasilaan sila kesatu (Ketuhanan Yang Maha Esa) dan sila ketiga (Persatuan Indonesia). Di samping itu, berdasarkan hasil ANOVA, ditemukan pula adanya pengaruh interaktif agama dominan anggota keluarga ayah dan jenis asal sekolah dasar terhadap perbedaan kekuatan identitas religius antar kelompok partisipan (F = 5.375; p < 0.05). Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperoleh data tentang (1) makna fenomenologis sebagai remaja dengan keyakinan/agama tertentu; (2) pengalaman serta kesadaran politik remaja, khususnya dalam rangka keberpancasilaan sila keempat dan kelima; (3) sinkretisme religius di kalangan remaja Indonesia.
Kata Kunci: Indonesia, identitas nasional, identitas religius, Pancasila, identitas sosial, remaja
ISBN 9789792135459; Penerbit Kanisius; Yogyakarta, 2013
Konseling pastoral merupakan sebuah orientasi konseling (bukan mazhab teoretis) yang menekankan ... more Konseling pastoral merupakan sebuah orientasi konseling (bukan mazhab teoretis) yang menekankan
keterbukaan untuk melakukan penggalian (termasuk menoleransi misteri/ambiguitas) persoalan spiritual dan religius (misalnya, konsep Tuhan) pada klien serta antara klien dan konselor, dalam hal mana persoalan tersebut boleh dipandang sebagai akar masalah kehidupan sehari-hari.... Perlu juga dipertimbangkan pendapat Foucault (1979/1994) yang menyatakan bahwa istilah “pastoral” sangat bersifat paternalistis, sehingga apa pun wacana pastoral (termasuk dalam konseling pastoral) hanyalah merupakan diskursus kekuasaan. Foucault mengamati bahwa hal tersebut terlaksana dalam taraf makro politik pemerintahan dalam wujud pemaksaan pemikiran teologis mengenai “penggembalaan” (sheperding). Oleh karenanya, konselor pastoral patut mewaspadai tindakannya sendiri, apakah mensubordinasi kebebasan dan otentisitas diri (keaslian, penguasaan diri) konseli ataukah tidak.
Jurnal MAKARA Seri SOSIAL HUMANIORA, Universitas Indonesia, Vol. 16, No. 2, Desember 2012: 87-98, ISSN 1693-6701
The Mediating Role of Perceived Social Cohesion in Predictive Relationship between Public Open Sp... more The Mediating Role of Perceived Social Cohesion in Predictive Relationship between Public Open Space Utilization and Mental Health
Abstract
Various phenomena involving university students such as suicide and gang fights indicate that students mental health conditions of need to be worried about. Some studies had linked the public space utilization with social interaction facilitation and social cohesion, as well as social cohesion with mental health. The original contribution of this research is that it employed perceived social cohesion as the mediating variable of the predictive relationship between public open space utilization with mental health. The design of this research is non-experimental, predictive correlational. As many as 375 university students in Jakarta participated in this research (Mage = 20.8 years old; SDage = 1.4 years old). This research used convenience, incidental sampling technique. The path analysis showed that the perceived public open space utilization is able to predict mental health level through perceived social cohesion (χ2 = 0, df = 1, p > 0.05, RMSEA < 0.05).
Keywords: cohesion social, health, mental, students, open space
Abstrak
Berbagai fenomena di kalangan mahasiswa seperti bunuh diri dan tawuran menunjukkan bahwa kondisi kesehatan jiwa mahasiswa sebagai warga kota semakin mengkhawatirkan. Sejumlah penelitian telah menghubungkan pemanfaatan ruang terbuka publik dengan fasilitasi interaksi sosial dan kohesi sosial, serta kohesi sosial dengan kesehatan jiwa. Kontribusi original penelitian ini adalah menjadikan persepsi kerekatan sosial (kohesi sosial) menjadi mediator hubungan integratif antara pemanfaatan ruang terbuka publik dengan kesehatan jiwa. Desain penelitian ini adalah non-eksperimental, korelasional prediktif, dengan teknik analisis data berupa analisis jalur. Penelitian dilakukan terhadap 375 mahasiswa (182 laki-laki, 193 perempuan) dari berbagai universitas dan program studi di Jakarta dengan teknik penyampelan convenience dan insidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang terbuka publik mampu memprediksi kesehatan jiwa melalui kohesi sosial (χ2 = 0, df = 1, p > 0.05, RMSEA < 0.05).
ISBN 9786028427708; Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (P3KS) Press, Jakarta 2012
Penelitian yang dibukukan ini bertujuan untuk mengetahui dampak pelaksanaan Program Keluarga Hara... more Penelitian yang dibukukan ini bertujuan untuk mengetahui dampak pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di tujuh propinsi serta merumuskan peluang pengembangan PKH di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, kondisi RTSM pasca PKH lebih baik daripada kondisinya sebelum PKH, meskipun di beberapa propinsi justru mengalami penurunan status sosial ekonomi dan penurunan ketangguhan (resiliensi) Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Penelitian ini mendiskusikan dan merekomendasikan, antara lain, sebagai berikut: (1) Asumsi filosofis dan etis mengenai orang miskin perlu didudukkan kembali secara tepat sebagai landasan pelaksanaan PKH; (2) Dalam pelaksanaannya, PKH perlu memperhatikan rantai proses yang nampak dalam analisis jalur, sejak pemberian bantuan sampai dengan peningkatan partisipasi RTSM dalam bidang pendidikan dan kesehatan; (3) Unit sasaran program adalah keluarga, bukan rumah tangga, karena keduanya memuat pengertian yang berbeda; (4) Berdasarkan kenyataan belum tercapainya korelasi prediktif positif PKH, exit peserta PKH tahun 2007 sebaiknya ditunda; (5) Peserta PKH harus dikondisikan sejak awal bahwa dalam jangka waktu tertentu, mereka akan mengalami exit; (6) Sebagai ujung tombak, deskripsi kerja pendamping membutuhkan reorientasi dan/atau revitalisasi, mengarah pada fokus perubahan perilaku keluarga peserta program PKH kepada hal-hal yang bersifat produktif dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosialnya; (7) Terkait dengan validitas data peserta PKH (exclusion and inclusion errors), petugas pendata sebaiknya melibatkan masyarakat setempat sehingga sasaran program lebih tepat; (8) PKH sebagai program perlindungan sosial diintegrasikan ke dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional; (9) Perpanjang bantuan akses pendidikan anak-anak dari RTSM hingga jenjang SLTA.
Jurnal Sosiokonsepsia, Mei 2012, Vol. 17 No. 2. ISSN 2089-0338
Abstrak Pembulian telah menjadi masalah yang mengganggu kesejahteraan sosial-psikologis siswa,... more Abstrak
Pembulian telah menjadi masalah yang mengganggu kesejahteraan sosial-psikologis siswa, keluarga, sekolah, dan masyarakat umum. Hasil-hasil penelitian mengenai kontribusi pola asuh orangtua yang diduga turut menjadi prediktor terhadap perilaku pembulian di sekolah masih belum banyak dilakukan, masih menyajikan hasil-hasil yang bertentangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara posibilitas keseluruhan jenis pola asuh dan tendensi menjadi pelaku dan/atau korban pembulian dengan model integratif. Penelusuran topik ini dalam jurnal-jurnal ilmiah di Indonesia belum memberikan temukembali yang memadai, dan metode klasifikasi atribut variabel yang ditemukan masih dirasa belum ketat (unrigorous). Penelitian ini dilakukan terhadap 189 siswa-siswi SMA di Jakarta (Musia = 16,29 tahun; SDusia = 0,81 tahun). Penyampelan dilakukan secara insidental dengan instrumen Bully and Victims Scales dan Parental Authority Questionnaire-Revised yang telah diadaptasi dan dielaborasi dalam bahasa Indonesia. Analisis terhadap data pola asuh yang terklasifikasi berdasarkan skor baku Z dan diolah dengan kalkulasi kai kuadrat (chi-square) menunjukkan adanya hubungan antara jenis pola asuh dengan tendensi kegiatan pembulian (χ2 [16, n = 189] = 32,24; p < 0,01). Analisis tambahan, diskusi dan saran penelitian ini terkait metodologi dan praktik dikemukakan lebih lanjut.
Kata-kata kunci: pembulian, viktimisasi, sekolah, pola asuh, remaja
Abstract
Bullying has been a problem that disturbs the students’, families’, schools’, and the societies’ psychological well-being and social welfare. Research findings on parenting styles which may contribute to the bullying behavior in schools are both limited and still contradictory. This research aimed to investigate the relationship of all possibilities of parenting styles and the students’ possibilities of being the victims and/or the bullies of school bullying, with an integrative model. A thorough searching in Indonesia scientific journals has not yet resulted adequate findings, besides the variables attribute found in the journals are still unrigorously classified. As many as 189 high school students in Jakarta participated in this research (Mage = 16.29 years old; SDage = 0.81 years old). This research used incidental sampling technique and the research instrument was translated into and elaborated in the Bahasa Indonesia. The parenting styles variable was classified according to standardized Z-scores and analyzed employing chi-square data analysis technique. The result showed that there was a relationship between the kind of parenting style and the bullying-victimization tendencies (χ2 [16, n = 189] = 32.24; p < 0.01). Additional data analysis, discussion and research suggestions related to the research methodology and practice were also intensively proposed in this research.
Key words: bullying, victimization, school, parenting style, adolescent
MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan, Juni 2012, Vol. XXVIII No. 1 ISSN 0215-8175
Di samping kecanduan narkotika, jenis kecanduan lain yang menurunkan kualitas hidup generasi muda... more Di samping kecanduan narkotika, jenis kecanduan lain yang menurunkan kualitas hidup generasi muda Indonesia adalah kecanduan video gim dalam jaringan/daring. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III) jelas belum memasukkan kriteria diagnosis kecanduan video gim daring. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menyelidiki kecanduan gim daring dengan variabel prediktor penerimaan teman sebaya dan variabel mediator kesepian. Analisis jalur terhadap data 133 sampel remaja Jakarta berusia 12-18 tahun menunjukkan bahwa model penelitian yang dihipotesiskan sesuai dengan data empiris (χ2 = 1,56; p > 0,05; GFI > 0,90). Semakin remaja yang bermain video gim daring mempersepsikan dirinya tidak diterima oleh teman sebaya, bila diikuti dengan perasaan kesepian, semakin tinggi tingkat kecanduannya terhadap video gim daring.
Kata kunci: kecanduan, video gim daring, penerimaan sebaya, kesepian, remaja Jakarta
Abstract
Indonesia’s youth has been facing several significant problems such as drug addiction and online-video games addiction. The Indonesia Manual for Classification and Diagnosis of Mental Disorders (PPDGJ III) has not yet included diagnosis criteria for online-video games addiction. This research was the first to find the relationship between online-video games addiction with a predictor that is peer-acceptance and a mediator variable that is loneliness. Path analysis was applied to 133 sample data of Jakartan teenagers aged 12-18. The result showed that hypothesized research model was suitable to the empirical data (χ2 = 1,56; p > 0,05; GFI > 0,90). If the addicted teenagers perceived that they are not accepted by their peers, followed by strong feelings of loneliness, this psychological situation worsened their addiction to online-video games.
Key words: addiction, online video game, peer acceptance, loneliness, Jakartan teenagers
Jurnal "Manasa", Juni 2012, Vol. 1 No. 1
The Role of Western Indonesian’s Worldview in Predicting Prejudice toward Papuans Kesulitan me... more The Role of Western Indonesian’s Worldview in Predicting Prejudice toward Papuans
Kesulitan memahami gerakan sosial orang Papua dan pergolakan situasi di Papua, serta persoalan psikososial terkait, memunculkan urgensi bahwa psikologi (khususnya psikologi sosial prasangka) perlu memberikan sumbangsih pemahamannya. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengungkap tema-tema perseptual yang dimiliki oleh orang Indonesia bagian Barat mengenai orang Papua (survei representasi sosial), 2) konstruksi alat ukur prasangka terhadap orang Papua (uji reliabilitas), serta 3) menguji model hubungan antara variabel pandangan dunia dengan prasangka terhadap orang Papua. Partisipan berjumlah 100 mahasiswa Universitas Indonesia, 48% laki-laki, 52% perempuan. Hasil penelitian dengan alat ukur yang teruji reliabilitasnya (α > 0,7) menunjukkan bahwa pandangan dunia kompetitif—yaitu penggambaran bahwa hidup di dunia tidak ubahnya seperti hidup di alam liar—menjadi faktor pembentuk prasangka terhadap orang Papua (γ = 0,49; t > 1,95, dalam model struktural dengan χ2 = 71,48; p > 0,05; RMSEA < 0,05). Temuan ini senada dengan persepsi sosial orang Indonesia Barat yang melihat orang Papua sebagai kelompok yang primitif, rendah dalam kemampuan berpikir, dan tidak berperadaban. Persepsi yang sifatnya meremehkan tersebut khas muncul dari orang yang memiliki pandangan dunia kompetitif. Solusi untuk mengurangi prasangka terhadap orang Papua adalah dengan membentuk perkenalan dan perjumpaan yang menempatkan orang Papua setara dengan orang Indonesia lainnya dalam segi kemampuan.
Kata kunci: pandangan dunia, kelompok primitif, orang Papua, kompetitif, ancaman, bahaya
Abstract
It has been considered that social psychology, particularly the field of prejudice, needs to take part in understanding the social movement and social turmoil in Papua. The goals of this research were to: 1) discover the perceptual themes of the people living in Western Indonesia, about the Papua people (social representation survey), 2) construct scale of measurement of prejudice toward the Papua people (reliability test), 3) examine the relation between two variables which are the worldview and the prejudice toward the Papua people. The participants of this research were 100 students of the University of Indonesia. They were 48% men and the rest were females. Using the reliability proven scale of measurement (α > 0,7 ) it was showed that competitive view of world—that is a description that living in this world is the same as living in the jungle—was one of the determinant factors of prejudice toward the Papua people (γ = 0,49; t > 1,95, in the structural model, where χ2 = 71,48; p > 0,05; RMSEA < 0,05). This finding is not very much different from the social perception of the people living in Western Indonesia about the Papua people. They perceived the Papua people are primitive, having low level of thinking ability, and lack of civilization. This undervalued social perception is typically held by those with competitive view of the world. It is suggested that acquaintanceship and assembly programs will reduce the level of prejudice and will put the Papua people equal with the Indonesians regarding the capability.
Keywords: worldview, primitive group, Papuans, competitive, threat, dangerous
Jurnal Ilmiah Psikologi, Apr 12, 2013
Zaman boleh modern, teknologi boleh kian canggih, namun yang namanya takhayul ternyata masih dipe... more Zaman boleh modern, teknologi boleh kian canggih, namun yang namanya takhayul ternyata masih dipercaya banyak orang. Mengapa begitu? Simak penjelasan para pakar tentang takhayul, dari Drs. Iwan Meulia Prious, M.A., staf pengajar Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Indonesia, dan Juneman Abraham, S.Psi., C.W.P., M.Si., staf pengajar Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara.
Abraham, J. (2002, Mei/Juni). Alternatif Teks pada Image Map. Infonet, 4(5), 52-53. ISSN: 0215-21... more Abraham, J. (2002, Mei/Juni). Alternatif Teks pada Image Map. Infonet, 4(5), 52-53. ISSN: 0215-2118.
Abraham, J. (2002, Februari/Maret). Substitusi Atribut Presentasional HTML dengan Properti CSS. Internet, 4(2), 62.63. ISSN: 0215-2118.
Menggunakan paradigma dialektika dari Immanuel Kant, saya mengandaikan, jika Teacher-centered lea... more Menggunakan paradigma dialektika dari Immanuel Kant, saya mengandaikan, jika Teacher-centered learning (TCL) merupakan "tesis" dan Student-centered learning (SCL) merupakan "anti-tesis", maka Team-centered learning (MCL) merupakan "sintesis"-nya. Sintesis berarti mengambil kebaikan, keunggulan dari tesis dan anti-tesis kemudian mengelaborasinya menjadi sebuah "tesis" baru (ialah sebuah gestalt, bukan sekadar penjumlahan, melainkan totalitas konfigurasi baru) yang lebih memadai untuk menjawab kebutuhan dunia pendidikan saat sekarang yang sedang "galau". Generalisasi dari gagasan MCL ini adalah, misalnya, "teaming" dapat dilakukan antara sekolah dan masyarakat, antara warga dan pemerintah, antara pemimpin dan pengikut.
BINUS Buletin, Edisi 93-94, Vol. 3, May-June 2015
Wawancara tentang menelaah sejauh mana batas dari diri kita.
Media Kawasan, April 2014, h. 86, 88
Wawancara mengenai Budaya Instan bersama Prof. Koentjoro (Universitas Gadjah Mada) dan Juneman Ab... more Wawancara mengenai Budaya Instan bersama Prof. Koentjoro (Universitas Gadjah Mada) dan Juneman Abraham (Universitas Bina Nusantara).
Jurnal Aspirasi Vol. 4 No. 1, Juni 2013
There are only a few empirical researches which connect the individual sexual behavior with the i... more There are only a few empirical researches which connect the individual sexual behavior with the individual’s perspective in viewing the world (worldview), although speculations related to that matter have already existed in the literature. This research carried out measurement of participant’s worldview using Worldview Analysis Scale as well as participant’s sexual behavior using Garos Sexual Behavior Inventory. The participants of this research consisted of 200 people (52% male, 48% female; age average 24.23 years; standard deviation of the age 1.92 years) who were obtained by convenience sampling techniques in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, and Surabaya. The results show that there are correlations between communalism worldview and sexual discordance as well as tangible realism worldview and sexual discordance.
Keywords: Worldview, communalism, tangible Realism, sexual behavior.
Abstrak: Belum banyak penelitian empiris yang menghubungkan perilaku seksual seseorang dengan perspektifnya memandang dunia (atau: pandangan dunia), meskipun kajian-kajian spekulatif yang berkenaan dengan hal tersebut telah banyak terdapat dalam literatur. Penelitian ini melakukan pengukuran empiris terhadap pandangan dunia partisipan dengan Worldview Analysis Scale dan perilaku seksual partisipan dengan Garos Sexual Behavior Inventory. Partisipan penelitian ini terdiri atas 200 orang (52% laki-laki, 48% perempuan; Rerata usia 24.23 tahun; Simpangan baku usia 1.92 tahun), yang dijaring dengan teknik penyampelan convenience insidental di
Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pandangan dunia komunalisme dengan ketidaknyamanan seksual (r = 0.239, p ‹ 0.01) dan pandangan dunia realisme terukur dengan ketidaknyamanan seksual (r = -0.187, p ‹ 0.01).
Kata Kunci: Pandangan dunia, komunalisme, realisme terukur, perilaku seksual
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 2(5), 364-381. (Januari, 2013)
The issue of common method variance and bias in Indonesia still has not gained much attention; ev... more The issue of common method variance and bias in Indonesia still has not gained much attention; even the terminology is less popular, except among psychometric enthusiasts and experts. In fact, the potential for common method variance and bias infiltrating in research results is very high, especially in studies that use a single method, a single source, and concurrent design, which are highly favored by psychological lecturers and researchers in Indonesia. This paper is a critical review, exposing the debate and serious impact regarding common method variance and bias, as well as procedures for detecting, addressing and correcting its effects. The author hoped this paper contributes in filling the gap in the literature, especially in Psychology Research Methodology text books in the Indonesian language, so that psychological researches in Indonesia continue to increase their quality and to have their better place in international publications.
Key words: CMV, psychological research, research methodology, journal editor
Abstrak
Persoalan common method variance & bias di Indonesia masih belum memperoleh banyak perhatian; bahkan terminologinya pun kurang populer, kecuali di kalangan peminat dan ahli psikometri. Padahal, potensi menyusupnya common method variance & bias dalam hasil-hasil penelitian sangat tinggi, khususnya pada penelitian yang menggunakan metode tunggal, sumber tunggal, dan desain konkuren, yang sangat difavoritkan oleh para dosen dan peneliti psikologis di Indonesia. Tulisan ini merupakan kajian kritis, yang memaparkan perdebatan dan dampak serius seputar common method variance & bias, serta prosedur untuk mendeteksi, mengatasi dan mengkoreksi dampaknya. Penulis berharap bahwa tulisan ini berkontribusi mengisi kesenjangan dalam literatur, khususnya dalam buku-buku teks Metodologi Penelitian Psikologi berbahasa Indonesia, sehingga penelitian psikologis di Indonesia semakin meningkat mutunya dan semakin memperoleh tempat dalam publikasi internasional.
Kata-kata kunci: CMV, riset psikologi, metodologi penelitian, editor jurnal
ISBN 978-602-14208-1-2; Penerbit: Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia bekerjasama dengan Universitas YARSI; Juli 2013
Bioetika secara luas diartikan sebagai etika yang diterapkan dalam ilmu-ilmu kehidupan (life scie... more Bioetika secara luas diartikan sebagai etika yang diterapkan dalam ilmu-ilmu kehidupan (life sciences) dan dalam praktik pemeliharaan kesehatan. Kajian bioetika sesungguhnya mencakup bioetika medis, bioetika lingkungan, bioetika klinis, bioetika keperawatan (Reich, 1995), bahkan bioetika hukum. Buku yang ada di hadapan Anda menyajikan isu dan dilema bioetis pada transplantasi ginjal, resusitasi jantung paru, surrogacy, dan kanker. Buku ini melengkapi dirinya dengan uraian tentang etika riset dan paten dalam ilmu kedokteran. Sejarah sampai dengan perkembangan kontemporer dari isu dan dilema pada masing-masing bidang bahasan diuraikan secara cukup terperinci oleh para penulis. Oleh karena itu, di samping berguna sebagai referensi mahasiswa ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan lainnya dalam perkuliahan dan penyusunan tugas akhir, buku ini diharapkan memberikan penyegaran bagi para aktor di dunia kedokteran dan kesehatan, khususnya yang sempat terhenti dalam gelutnya di dunia tersebut.
Penulis:
Prof. dr. Qomariyah Sachrowardi, M.S., P.K.K., A.I.F.M.
dr. Ferryal Basbeth, Sp.F., D.F.M.
Penyunting:
Juneman, S.Psi., M.Si.
ISBN 978-602-14208-0-5; Penerbit: Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia bekerjasama dengan Universitas YARSI; Juli, 2013
Buku ini ditulis secara multidisipliner oleh para dokter, ahli farmasi, dan psikolog. Hampir selu... more Buku ini ditulis secara multidisipliner oleh para dokter, ahli farmasi, dan psikolog. Hampir seluruh penulis bukan merupakan etikawan atau teoris etika. Komposisi penulis seperti ini jarang ditemukan, bila bukan tiada, dalam literatur etika penelitian kesehatan di Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi ciri distingtif dari buku ini karena buku etika di bidang kesehatan di Indonesia pada umumnya ditulis oleh filsuf atau teoris dalam bidang moral atau etika. Penulisan buku ini mau melengkapi perbendaharaan buku-buku bioetika dan etika penelitian kesehatan yang sudah ada di Indonesia. Hal ini menggambarkan adanya kepedulian aksiologis dari para penulis. Meskipun etika "sedang naik daun" (Bertens, 2001), tidak dapat dipungkiri bahwa kepedulian semacam ini sangatlah langka di tengah-tengah sikap pragmatis ilmuwan dan profesi serta berbagai bentuk pengabaian untuk melakukan refleksi etis terhadap keputusan-keputusan yang akan, sedang, atau sudah diambilnya .... (Buku) ini menunjukkan kesadaran ilmuwan dan praktisi penelitian di bidang kesehatan mengenai urgensi penguasaan state of the art isu-isu etis yang berkenaan dengan metodologi maupun isi dari ilmu dan praktiknya sendiri. Hal ini merupakan syarat perlu agar ilmuwan dan praktisi lebih bertanggung jawab dalam memberikan pandangan dan penilaian etis serta menentukan tindakan etisnya.
"Menggugat Fragmentasi dan Rigiditas Pohon Ilmu”, Chapter in Book, page 43-68, ISBN 978-979-8154-47-8, published by Satya Wacana University Press, 2013
The author showed and analyzed the eternal debate in psychology, which fundamentally tries to ans... more The author showed and analyzed the eternal debate in psychology, which fundamentally tries to answer whether psychology (1) is a science or an arts/humanities, (2) is a natural science or a social science, (3) shows optimistic progress toward a unified paradigm, or constantly keeps fragmented approaches. This discussion aims to give remarks to Indonesian government, so that the so-called "epistemological violence" as the direct implication of positioning psychology in particular science cluster be immediately corrected. This article should be a scientific base to support the idea that the government should give more authority to higher education institutions to constitute their families of sciences.
Key words: family of science, psychology, philosophy, epistemology, Indonesia
Abstrak
Penulis memperlihatkan sekaligus menelaah perdebatan abadi mengenai psikologi, yang pada hakikatnya hendak menjawab pertanyaan, apakah Psikologi itu (1) ilmu ataukah seni/kiat/humaniora, (2) ilmu alam ataukah ilmu sosial, (3) optimistis untuk memiliki paradigma yang terunifikasi, ataukah selamanya akan memiliki pendekatan-pendekatan yang terfragmentasi. Perdebatan tersebut berguna untuk memberikan masukan kepada Pemerintah Indonesia agar "kekerasan epistemologis" sebagai implikasi langsung penempatan psikologi dalam satu rumpun ilmu tertentu dapat lekas dikoreksi. Artikel ini dapat menjadi salah satu dasar ilmiah untuk mendukung gagasan bahwa perumpunan ilmu hendaknya diserahkan kepada masing-masing perguruan tinggi di Indonesia.
Kata-kata kunci: rumpun ilmu, psikologi, filsafat, epistemologi, Indonesia.
Humaniora, Universitas Gadjah Mada, Februari 2013, Vol. 25, No. 1, 3-13, ISSN 0852-0801
The phenomenon of interfaith marriage has been approached from the perspectives of theology, soci... more The phenomenon of interfaith marriage has been approached from the perspectives of theology, sociology, law, politics, and public policy. The original contribution of this study is its effort and aim to approach this phenomenon from a psychological perspective. This study considers the level of one’s identification towards sexual values as a predictor for his/her perceived risk of interfaith marriage, of which the values cannot be separated from metropolitan culture. This research is a quantitative research by employing predictive correlational design. The samples were 271 students (99 men, 172 women; Mage = 20.59 years, SDage = 1.67 years) from five campuses in and around Jakarta. Research data analyses, by using multiple linear regression, show results which indicate that there is interaction between gender and sexual values in influencing the risk perception. There are differences between men and women in terms of correlation between the two variables. In men, sexual values cannot predict the perceived risk. In the Moslem women, two sexual values, i.e. absolutism and hedonism, can predict it. The results provide new insights regarding the relationship between sexuality and religion and marriage, particularly in urban areas in Indonesia.
Keywords: interfaith, marriage, psychology, sex, urban, values, youth
ABSTRAK
Fenomena pernikahan beda agama selama ini dianalisis dengan pendekatan teologi, sosiologi, hukum, politik, dan kebijakan publik. Kontribusi penelitian ini adalah upaya dan tujuannya untuk mendekati fenomena ini dengan perspektif psikologis. Penelitian ini menggunakan tingkat identifikasi seseorang terhadap nilai-nilai seksual sebagai prediktor bagi persepsi risiko tentang pernikahan beda agama yang tidak dapat dilepaskan dari kultur metropolitan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional prediktif. Sampel penelitian ini adalah 271 mahasiswa (99 laki-laki, 172 perempuan; Musia = 20.59 tahun, SDusia = 1.67 tahun) dari lima kampus di Jakarta dan sekitarnya. Hasil analisis terhadap data penelitian dengan regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara jenis kelamin dan nilai seksual dalam memengaruhi persepsi resiko. Pada laki-laki, nilai seksual tidak mampu meramalkan persepsi resiko pernikahan beda agama. Pada perempuan muslim, dua nilai seksual yakni absolutisme dan hedonisme, mampu meramalkannya. Hasil penelitian ini memberikan wawasan baru mengenai relasi antara seksualitas dengan agama dan pernikahan, khususnya di wilayah urban di Indonesia.
Kata Kunci: lintas agama, nilai, pemuda, pernikahan, psikologi, seks, urban
Book Chapter in "Menongkah Arus Globalisasi: Isu-isu Psikologi di Malaysia dan Indonesia." (ISBN 978-983-42835-7-5), 2013
Penelitian yang menyelidiki hubungan antara identitas religius dan identitas nasional di sejumlah... more Penelitian yang menyelidiki hubungan antara identitas religius dan identitas nasional di sejumlah negara telah banyak dilakukan. Penelitian ini hendak mengetahui hubungan antar identitas tersebut pada remaja Indonesia. Hipotesis pertama penelitian ini adalah bahwa kedua identitas tersebut berhubungan. Dalam banyak diskursus, diketahui bahwa Pancasila memiliki peran dalam pembentukan identitas nasional Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini menghipotesiskan bahwa tingkat keberpancasilaan remaja berhubungan dengan tingkat identifikasinya sebagai anggota bangsa Indonesia dengan arah positif. Mengintegrasikan kedua hipotesis di atas, penelitian ini mengharapkan bahwa hubungan antara identitas religius dengan identitas nasional dimediasikan oleh keberpancasilaan. Data penelitian diperoleh dari 234 partisipan usia remaja (M = 18.62 tahun; SD = 3.84 tahun) dengan metode penyampelan insidental dari berbagai universitas di Jakarta, Ibu Kota Negara Indonesia, dan diolah dengan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa seluruh hipotesis didukung oleh data (p < 0.01). Lebih rinci, keberpancasilaan yang diketahui memiliki pengaruh yang signifikan terhadap identitas nasional adalah keberpancasilaan sila kesatu (Ketuhanan Yang Maha Esa) dan sila ketiga (Persatuan Indonesia). Di samping itu, berdasarkan hasil ANOVA, ditemukan pula adanya pengaruh interaktif agama dominan anggota keluarga ayah dan jenis asal sekolah dasar terhadap perbedaan kekuatan identitas religius antar kelompok partisipan (F = 5.375; p < 0.05). Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperoleh data tentang (1) makna fenomenologis sebagai remaja dengan keyakinan/agama tertentu; (2) pengalaman serta kesadaran politik remaja, khususnya dalam rangka keberpancasilaan sila keempat dan kelima; (3) sinkretisme religius di kalangan remaja Indonesia.
Kata Kunci: Indonesia, identitas nasional, identitas religius, Pancasila, identitas sosial, remaja
ISBN 9789792135459; Penerbit Kanisius; Yogyakarta, 2013
Konseling pastoral merupakan sebuah orientasi konseling (bukan mazhab teoretis) yang menekankan ... more Konseling pastoral merupakan sebuah orientasi konseling (bukan mazhab teoretis) yang menekankan
keterbukaan untuk melakukan penggalian (termasuk menoleransi misteri/ambiguitas) persoalan spiritual dan religius (misalnya, konsep Tuhan) pada klien serta antara klien dan konselor, dalam hal mana persoalan tersebut boleh dipandang sebagai akar masalah kehidupan sehari-hari.... Perlu juga dipertimbangkan pendapat Foucault (1979/1994) yang menyatakan bahwa istilah “pastoral” sangat bersifat paternalistis, sehingga apa pun wacana pastoral (termasuk dalam konseling pastoral) hanyalah merupakan diskursus kekuasaan. Foucault mengamati bahwa hal tersebut terlaksana dalam taraf makro politik pemerintahan dalam wujud pemaksaan pemikiran teologis mengenai “penggembalaan” (sheperding). Oleh karenanya, konselor pastoral patut mewaspadai tindakannya sendiri, apakah mensubordinasi kebebasan dan otentisitas diri (keaslian, penguasaan diri) konseli ataukah tidak.
Jurnal MAKARA Seri SOSIAL HUMANIORA, Universitas Indonesia, Vol. 16, No. 2, Desember 2012: 87-98, ISSN 1693-6701
The Mediating Role of Perceived Social Cohesion in Predictive Relationship between Public Open Sp... more The Mediating Role of Perceived Social Cohesion in Predictive Relationship between Public Open Space Utilization and Mental Health
Abstract
Various phenomena involving university students such as suicide and gang fights indicate that students mental health conditions of need to be worried about. Some studies had linked the public space utilization with social interaction facilitation and social cohesion, as well as social cohesion with mental health. The original contribution of this research is that it employed perceived social cohesion as the mediating variable of the predictive relationship between public open space utilization with mental health. The design of this research is non-experimental, predictive correlational. As many as 375 university students in Jakarta participated in this research (Mage = 20.8 years old; SDage = 1.4 years old). This research used convenience, incidental sampling technique. The path analysis showed that the perceived public open space utilization is able to predict mental health level through perceived social cohesion (χ2 = 0, df = 1, p > 0.05, RMSEA < 0.05).
Keywords: cohesion social, health, mental, students, open space
Abstrak
Berbagai fenomena di kalangan mahasiswa seperti bunuh diri dan tawuran menunjukkan bahwa kondisi kesehatan jiwa mahasiswa sebagai warga kota semakin mengkhawatirkan. Sejumlah penelitian telah menghubungkan pemanfaatan ruang terbuka publik dengan fasilitasi interaksi sosial dan kohesi sosial, serta kohesi sosial dengan kesehatan jiwa. Kontribusi original penelitian ini adalah menjadikan persepsi kerekatan sosial (kohesi sosial) menjadi mediator hubungan integratif antara pemanfaatan ruang terbuka publik dengan kesehatan jiwa. Desain penelitian ini adalah non-eksperimental, korelasional prediktif, dengan teknik analisis data berupa analisis jalur. Penelitian dilakukan terhadap 375 mahasiswa (182 laki-laki, 193 perempuan) dari berbagai universitas dan program studi di Jakarta dengan teknik penyampelan convenience dan insidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang terbuka publik mampu memprediksi kesehatan jiwa melalui kohesi sosial (χ2 = 0, df = 1, p > 0.05, RMSEA < 0.05).
ISBN 9786028427708; Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (P3KS) Press, Jakarta 2012
Penelitian yang dibukukan ini bertujuan untuk mengetahui dampak pelaksanaan Program Keluarga Hara... more Penelitian yang dibukukan ini bertujuan untuk mengetahui dampak pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di tujuh propinsi serta merumuskan peluang pengembangan PKH di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, kondisi RTSM pasca PKH lebih baik daripada kondisinya sebelum PKH, meskipun di beberapa propinsi justru mengalami penurunan status sosial ekonomi dan penurunan ketangguhan (resiliensi) Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Penelitian ini mendiskusikan dan merekomendasikan, antara lain, sebagai berikut: (1) Asumsi filosofis dan etis mengenai orang miskin perlu didudukkan kembali secara tepat sebagai landasan pelaksanaan PKH; (2) Dalam pelaksanaannya, PKH perlu memperhatikan rantai proses yang nampak dalam analisis jalur, sejak pemberian bantuan sampai dengan peningkatan partisipasi RTSM dalam bidang pendidikan dan kesehatan; (3) Unit sasaran program adalah keluarga, bukan rumah tangga, karena keduanya memuat pengertian yang berbeda; (4) Berdasarkan kenyataan belum tercapainya korelasi prediktif positif PKH, exit peserta PKH tahun 2007 sebaiknya ditunda; (5) Peserta PKH harus dikondisikan sejak awal bahwa dalam jangka waktu tertentu, mereka akan mengalami exit; (6) Sebagai ujung tombak, deskripsi kerja pendamping membutuhkan reorientasi dan/atau revitalisasi, mengarah pada fokus perubahan perilaku keluarga peserta program PKH kepada hal-hal yang bersifat produktif dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosialnya; (7) Terkait dengan validitas data peserta PKH (exclusion and inclusion errors), petugas pendata sebaiknya melibatkan masyarakat setempat sehingga sasaran program lebih tepat; (8) PKH sebagai program perlindungan sosial diintegrasikan ke dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional; (9) Perpanjang bantuan akses pendidikan anak-anak dari RTSM hingga jenjang SLTA.
Jurnal Sosiokonsepsia, Mei 2012, Vol. 17 No. 2. ISSN 2089-0338
Abstrak Pembulian telah menjadi masalah yang mengganggu kesejahteraan sosial-psikologis siswa,... more Abstrak
Pembulian telah menjadi masalah yang mengganggu kesejahteraan sosial-psikologis siswa, keluarga, sekolah, dan masyarakat umum. Hasil-hasil penelitian mengenai kontribusi pola asuh orangtua yang diduga turut menjadi prediktor terhadap perilaku pembulian di sekolah masih belum banyak dilakukan, masih menyajikan hasil-hasil yang bertentangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara posibilitas keseluruhan jenis pola asuh dan tendensi menjadi pelaku dan/atau korban pembulian dengan model integratif. Penelusuran topik ini dalam jurnal-jurnal ilmiah di Indonesia belum memberikan temukembali yang memadai, dan metode klasifikasi atribut variabel yang ditemukan masih dirasa belum ketat (unrigorous). Penelitian ini dilakukan terhadap 189 siswa-siswi SMA di Jakarta (Musia = 16,29 tahun; SDusia = 0,81 tahun). Penyampelan dilakukan secara insidental dengan instrumen Bully and Victims Scales dan Parental Authority Questionnaire-Revised yang telah diadaptasi dan dielaborasi dalam bahasa Indonesia. Analisis terhadap data pola asuh yang terklasifikasi berdasarkan skor baku Z dan diolah dengan kalkulasi kai kuadrat (chi-square) menunjukkan adanya hubungan antara jenis pola asuh dengan tendensi kegiatan pembulian (χ2 [16, n = 189] = 32,24; p < 0,01). Analisis tambahan, diskusi dan saran penelitian ini terkait metodologi dan praktik dikemukakan lebih lanjut.
Kata-kata kunci: pembulian, viktimisasi, sekolah, pola asuh, remaja
Abstract
Bullying has been a problem that disturbs the students’, families’, schools’, and the societies’ psychological well-being and social welfare. Research findings on parenting styles which may contribute to the bullying behavior in schools are both limited and still contradictory. This research aimed to investigate the relationship of all possibilities of parenting styles and the students’ possibilities of being the victims and/or the bullies of school bullying, with an integrative model. A thorough searching in Indonesia scientific journals has not yet resulted adequate findings, besides the variables attribute found in the journals are still unrigorously classified. As many as 189 high school students in Jakarta participated in this research (Mage = 16.29 years old; SDage = 0.81 years old). This research used incidental sampling technique and the research instrument was translated into and elaborated in the Bahasa Indonesia. The parenting styles variable was classified according to standardized Z-scores and analyzed employing chi-square data analysis technique. The result showed that there was a relationship between the kind of parenting style and the bullying-victimization tendencies (χ2 [16, n = 189] = 32.24; p < 0.01). Additional data analysis, discussion and research suggestions related to the research methodology and practice were also intensively proposed in this research.
Key words: bullying, victimization, school, parenting style, adolescent
MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan, Juni 2012, Vol. XXVIII No. 1 ISSN 0215-8175
Di samping kecanduan narkotika, jenis kecanduan lain yang menurunkan kualitas hidup generasi muda... more Di samping kecanduan narkotika, jenis kecanduan lain yang menurunkan kualitas hidup generasi muda Indonesia adalah kecanduan video gim dalam jaringan/daring. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III) jelas belum memasukkan kriteria diagnosis kecanduan video gim daring. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menyelidiki kecanduan gim daring dengan variabel prediktor penerimaan teman sebaya dan variabel mediator kesepian. Analisis jalur terhadap data 133 sampel remaja Jakarta berusia 12-18 tahun menunjukkan bahwa model penelitian yang dihipotesiskan sesuai dengan data empiris (χ2 = 1,56; p > 0,05; GFI > 0,90). Semakin remaja yang bermain video gim daring mempersepsikan dirinya tidak diterima oleh teman sebaya, bila diikuti dengan perasaan kesepian, semakin tinggi tingkat kecanduannya terhadap video gim daring.
Kata kunci: kecanduan, video gim daring, penerimaan sebaya, kesepian, remaja Jakarta
Abstract
Indonesia’s youth has been facing several significant problems such as drug addiction and online-video games addiction. The Indonesia Manual for Classification and Diagnosis of Mental Disorders (PPDGJ III) has not yet included diagnosis criteria for online-video games addiction. This research was the first to find the relationship between online-video games addiction with a predictor that is peer-acceptance and a mediator variable that is loneliness. Path analysis was applied to 133 sample data of Jakartan teenagers aged 12-18. The result showed that hypothesized research model was suitable to the empirical data (χ2 = 1,56; p > 0,05; GFI > 0,90). If the addicted teenagers perceived that they are not accepted by their peers, followed by strong feelings of loneliness, this psychological situation worsened their addiction to online-video games.
Key words: addiction, online video game, peer acceptance, loneliness, Jakartan teenagers
Jurnal "Manasa", Juni 2012, Vol. 1 No. 1
The Role of Western Indonesian’s Worldview in Predicting Prejudice toward Papuans Kesulitan me... more The Role of Western Indonesian’s Worldview in Predicting Prejudice toward Papuans
Kesulitan memahami gerakan sosial orang Papua dan pergolakan situasi di Papua, serta persoalan psikososial terkait, memunculkan urgensi bahwa psikologi (khususnya psikologi sosial prasangka) perlu memberikan sumbangsih pemahamannya. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengungkap tema-tema perseptual yang dimiliki oleh orang Indonesia bagian Barat mengenai orang Papua (survei representasi sosial), 2) konstruksi alat ukur prasangka terhadap orang Papua (uji reliabilitas), serta 3) menguji model hubungan antara variabel pandangan dunia dengan prasangka terhadap orang Papua. Partisipan berjumlah 100 mahasiswa Universitas Indonesia, 48% laki-laki, 52% perempuan. Hasil penelitian dengan alat ukur yang teruji reliabilitasnya (α > 0,7) menunjukkan bahwa pandangan dunia kompetitif—yaitu penggambaran bahwa hidup di dunia tidak ubahnya seperti hidup di alam liar—menjadi faktor pembentuk prasangka terhadap orang Papua (γ = 0,49; t > 1,95, dalam model struktural dengan χ2 = 71,48; p > 0,05; RMSEA < 0,05). Temuan ini senada dengan persepsi sosial orang Indonesia Barat yang melihat orang Papua sebagai kelompok yang primitif, rendah dalam kemampuan berpikir, dan tidak berperadaban. Persepsi yang sifatnya meremehkan tersebut khas muncul dari orang yang memiliki pandangan dunia kompetitif. Solusi untuk mengurangi prasangka terhadap orang Papua adalah dengan membentuk perkenalan dan perjumpaan yang menempatkan orang Papua setara dengan orang Indonesia lainnya dalam segi kemampuan.
Kata kunci: pandangan dunia, kelompok primitif, orang Papua, kompetitif, ancaman, bahaya
Abstract
It has been considered that social psychology, particularly the field of prejudice, needs to take part in understanding the social movement and social turmoil in Papua. The goals of this research were to: 1) discover the perceptual themes of the people living in Western Indonesia, about the Papua people (social representation survey), 2) construct scale of measurement of prejudice toward the Papua people (reliability test), 3) examine the relation between two variables which are the worldview and the prejudice toward the Papua people. The participants of this research were 100 students of the University of Indonesia. They were 48% men and the rest were females. Using the reliability proven scale of measurement (α > 0,7 ) it was showed that competitive view of world—that is a description that living in this world is the same as living in the jungle—was one of the determinant factors of prejudice toward the Papua people (γ = 0,49; t > 1,95, in the structural model, where χ2 = 71,48; p > 0,05; RMSEA < 0,05). This finding is not very much different from the social perception of the people living in Western Indonesia about the Papua people. They perceived the Papua people are primitive, having low level of thinking ability, and lack of civilization. This undervalued social perception is typically held by those with competitive view of the world. It is suggested that acquaintanceship and assembly programs will reduce the level of prejudice and will put the Papua people equal with the Indonesians regarding the capability.
Keywords: worldview, primitive group, Papuans, competitive, threat, dangerous
Hasil wawancara dengan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) mengenai Asosialitas.
Who Is Ahok? Supporters And Psych Experts Weigh In On Jakarta’s Controversial Governor. Critics c... more Who Is Ahok? Supporters And Psych Experts Weigh In On Jakarta’s Controversial Governor. Critics call him impulsive and crass, while supporters think he’s a nononsense political saviour. Here’s everything you need to know about governor ‘Ahok’. It’s not a particularly common thing for a Chinese-Christian man – a double minority in Indonesia – to become famous in the world of local politics instead of business. Basuki Tjahaja ‘Ahok’ Purnama, the former regent of East Belitung, has come a long way as governor of Jakarta, bringing rapid change and unabashed political controversy to the capital.
"Kiranya tepat kalau kita kembali pada gagasan Ki Hadjar Dewantara (1962) tentang pendidikan untu... more "Kiranya tepat kalau kita kembali pada gagasan Ki Hadjar Dewantara (1962) tentang pendidikan untuk kita gunakan sebagai sumber inspirasi dan acuan dalam memperbincangkan pendidikan dalam konteks kebangsaan kita kini."
Judul buku: Psikologi dan Pendidikan dalam Konteks Kebangsaan
(Seri Sumbangan Pemikiran Psikologi untuk Bangsa 3)
ISBN 978-602-96634-6-4
Tim Editor:
Tjipto Susana
B.K. Indarwahyanti Graito
Josephine Maria Julianti Ratna
Juneman Abraham
J. Seno Aditya Utama
A. Supratiknya
Isi dokumen ini:
1. Pengantar Editor
2. Executive Note dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
3. Sambutan Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia
Buku ini berisikan rekomendasi untuk perbaikan proses pendidikan tinggi di Indonesia. Rekomendasi... more Buku ini berisikan rekomendasi untuk perbaikan proses pendidikan tinggi di Indonesia. Rekomendasi dirumuskan berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan para dosen aktif sehingga faktanya riil dan dialami oleh mereka, serta relevan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan tinggi di Indonesia yang menjadi dambaan seluruh rakyat Indonesia.
Keterangan: Penulis: Dasapta Erwin Irawan, Agung Purnomo, Dian Utami Sutiksno, Juneman Abraham, Aam Alamsyah, Didin Hadi Saputra, Cokorda Javandira, Elsa Rosyidah; Penerbit: ITB Press; ISBN 9786025417931. Kata Pengantar: Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro (Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia).
(Excerpt ...) Buku ini merupakan buku kedua seri Sumbangan Pemikiran Psikologi untuk Bangsa yang ... more (Excerpt ...) Buku ini merupakan buku kedua seri Sumbangan Pemikiran Psikologi untuk Bangsa yang diterbitkan oleh organisasi profesi Psikologi di Tanah Air, yaitu Himpunan Psikologi Indonesia atau HIMPSI. Buku ini menyajikan 31 artikel melibatkan 49 penulis dari berbagai institusi baik warga maupun sahabat komunitas Psikologi di Tanah Air.
Tim Editor ingin mengucapkan terima kasih kepada sejumlah pihak yang dengan satu dan lain cara mendorong dan membantu kelahiran buku ini. Pertama, kepada Pengurus Pusat HIMPSI atas fasilitasi yang disediakan praktis dalam seluruh tahap penyiapan buku ini hingga kemunculannya. Kedua, kepada seluruh penulis yang telah mengirimkan karya tulisnya untuk dimuat dalam buku ini. Kepada satu atau dua penulis yang artikelnya terpaksa belum bisa dimuat, diharapkan tetap bersemangat mengirimkan tulisan pada seri buku berikutnya. Ketiga dan terakhir, kepada Prof. Dr. Phil. Hana Panggabean, Psikolog. Sebagai Ketua Kompartemen Sumbangan Pemikiran Psikologi untuk Bangsa dalam Kepengurusan Pusat Himpunan Psikologi Indonesia yang membidangi antara lain penerbitan buku tematik tahunan HIMPSI, beliaulah yang memegang tongkat komando atas penerbitan buku ini. Karena alasan kesehatan akhirnya beliau tidak bisa terus terlibat dalam kegiatan ini. Semoga kemunculan buku ini menjadi penghiburan dan pendorong semangat bagi kesembuhan beliau. Akhir kata, kepada seluruh sidang pembaca kami ucapkan selamat menikmati.
Sebagai sebuah kumpulan pemikiran untuk bangsa, artikel-artikel yang ditampilkan dalam buku ini penuh dengan gagasan, hasil telaah literatur, dan hasil riset yang sangat menarik untuk merespon persoalan bangsa yang terkait dengan penggunaan teknologi informasi. Dikupas dengan mendalam berbagai persoalan penggunaan teknologi informasi di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan organisasi. Dipergunakan dengan baik berbagai konsep, teori, dan riset Psikologi untuk menjelaskan perilaku dan berbagai persoalan terkait teknologi informasi. Kita dapat belajar dari buku ini bagaimana tantangan, peluang, dan persoalan penggunaan teknologi informasi.
Soft-launching buku ini telah berlangsung di Universitas Negeri Yogyakarta pada saat Temu Ilmiah Nasional HIMPSI 18-19 November 2016. Pemesanan buku ini dapat dilakukan melalui:
Penerbit -
Himpunan Psikologi Indonesia
Jl. Kebayoran Baru No.85B
Kebayoran Lama, Velbak,
Jakarta 12240 Indonesia
Telp./Fax. : 021-72801625
Email : sekretariatpp_himpsi@yahoo.co.id, sekretariat.pp@himpsi.or.id
Cara mengutip Kata Pengantar:
Utama, J. S. A., Abraham, J., Susana, T., Alfian, I. N., & Supratiknya, A. (2016). Hidup kita di era digital: Sebuah pengantar. Dalam Utama, J. S. A., Abraham, J., Susana, T., Alfian, I. N., & Supratiknya, A. (Eds.), Psikologi dan teknologi informasi (pp. i-x). Jakarta: Himpunan Psikologi Indonesia. ISBN 978-602-96634-4-0.