KAJIAN TEKNIS KASUS INVESTASI PEMANFAATAN RUANG -PERUMAHAN VILLA AGRO TIRTA WISATA DI BINTAN (original) (raw)
Related papers
ANALISIS INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN KANDAWA VILLAS DITINJAU DARI SEGI ASPEK PASAR
i ABSTRAK Villas merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Villas adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas rumah yang mewah dan memakai sistem tertutup dengan satu akses. Semarapura Villas yang dibangun diatas lahan 27 m 2 akan menjadi salah satu investasi jangka panjang yang menarik sehingga perlu dianalisis dari aspek pasar, teknis dan finansial.
Pemanfaatan hutan merupakan salah satu bentuk dari penggunaan sumber daya alam. Pemanfaatan hutan yang sesuai dengan prosedur dan regulasi yang berlaku tentu akan memiliki dampak yang positif bagi pembangunan dan perkembangan daerah. Namun, minimnya regulasi dan pengawasan seringkali mengakibatkan penyalahgunaan fungsi hutan. Pemanfaatan hutan yang tidak sesuai dengan regulasi dan prosedur yang berlaku dapat mengakibatkan kerusakan pada lingkungan, yang tentu saja juga berdampak pada masyarakat luas. Di Kabupaten Banyumas, belum adanya kebijakan lingkungan hidup yang mengatur tentang pemanfaatan hutan menjadi objek penelitian ini. Dan sebagai fokus penelitian, kami meneliti bagaimana keberadaan objek wisata Baturraden Adventure Forest sebagai tolak ukur bagaimana kebijakan pemanfaatan hutan, dalam hal ini adalah hutan produksi di Kabupaten Banyumas. Artikel ini berjudul Analisis Kebijakan Lingkungan: Studi Kasus Pemanfaatan Wisata Hutan Produksi Baturraden Adventure Forest. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan studi kasus.Tujuan artikel ini adalah mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pemanfaatan hutan di Kabupaten Banyumas dengan mengambil obyek wisata Baturaden Adventure Forest sebagai contoh kasus. Sasaran penelitian ini adalah para pihak dan instansi terkait dalam kebijakan pemanfaatan hutan di Kabupaten Banyumas, seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH), PT. Perhutani, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP), serta pihak dari Baturraden Adventure Forest sebagai pengelola obyek wisata tersebut.
MODEL PENGEMBANGAN AGROWISATA DI BALI WAYAN WINDIA, MADE WIRARTHA, KETUT SUAMBA, DAN MADE SARJANA
Basically, agrotourism is to place the primary sector (agricultural sector) in the tertiary sector (tourism sector), in order to increase farmers income. Farmers in agricultural sector have to get some benefits from the agrotourism activities. Beside that, agrotourism may secure the agricultural sustainability, and avoid the agricultural sector from the marginalization process. Aftermoment, there are some opinions that tourist interest tend to see natural activities, and agrotourism activities. In Bali, there are some agrotourism regions with several different management models. That is way, in this article have been explained about the general model of agrotourism development in Bali, and hope there are usefulness to the other regions in Indonesia. ABSTRAK Pada dasarnya agrowisata adalah menempatkan sektor primer (sektor pertanian) di sektor tersier (sektor pariwisata) yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani. Petani dan sektor pertanian akan mendapat keuntungan dari aktivitas agrowisata. Agrowisata juga mampu menjaga keberlajutan sektor pertanian dan menghindarkan sektor pertanian dari proses marginalisasi. Ada banyak alasan bagi wisatawan tertarik untuk melihat keindahan alam dan melakukan berbagai aktivitas di alam terbuka termasuk menikmati aktivitas agrowisata. Sejumlah kawasan di Bali kini sedang dikembangkan sebagai kawasan agrowisata, namun model pengelolaan agrowisata yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Keberagaman model pengelolaan agrowisata itu menjadi bahan kajian untuk menyusun model pengembangan agrowisata yang diberlakukan dalam kondisi yang berbeda di masing-masing obyek agrowisata tersebut. Artikel ini memaparkan secara gamblang bagaimana model pengembangan agrowisata di Bali dan diharapkan dapat digunakan untuk pengelolaan agrowisata di daerah lain seluruh Indonesia. Kata kunci: Pertanian, Agrowisata, dan Model Agrowisata PENDAHULUAN Latar Belakang Secara umum konsep agrowisata mengandung pengertian suatu kegiatan perjalanan atau wisata yang dipadukan dengan aspek-aspek kegiatan pertanian. Pengertian ini mengacu pada unsur rekreatif yang memang sudah menjadi ciri kegiatan wisata, unsur pendidikan dalam kemasan paket wisatanya, serta unsur sosial ekonomi
KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGRO WISATA
HAND OUT MATA KULIAH CONCEPT RESORT AND LEISURE, STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RESORT AND LEISURE GUMELAR S. SASTRAYUDA ( 2010) 1 KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGRO WISATA 1. Latar Belakang Peluang sektor pariwisata cukup prospektif, karena selain sebagai salah satu penghasil pertumbuhan ekonomi pariwisata sektor pariwisata diharapkan dapat berpeluang untuk dapat menjadi pendorong pertumbuhan sektor pembangunan lainnya, seperti sektor perkebunan, pertanian, perdagangan, perindustrian dan lain-lain.
KAJIAN SIRKULASI RUANG PADA REDESAIN PASAR WISATA BUKITTINGGI
Redesain adalah merancang ulang sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam penampilan atau fungsi. Redesain dalam arsitektur dapat dilakukan dengan mengubah, mengurangi ataupun menambah unsur pada suatu bangunan. Redesain perlu direncanakan secara matang, sehingga didapat hasil yang efisien, efektif dan dapat menjawab masalah yang ada dalam bangunan tersebut. Keberadaan Pasar Wisata Bukittinggi pada saat ini berbeda jauh dengan fungsi utama pasar wisata yang direncakan dahulunya. Intensitas tata guna lahan yang terus meningkat karena fungsi perdagangan mengakibatkan penurunan citra dan kualitas lingkungan dari Pasar Wisata ini. Lalu Sistem sirkulasi yang tidak tertata menjadikan area pasar wisata ini menjadi tidak nyaman bagi pengunjung.
PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KALIMANTAN BARAT
Tujuan akhir dari industri adalah tersedianya devisa negara dan terciptanya kemakmuran rakyat. Devisa negara dimaksud dapat digunakan pemerintah untuk membiayai program pemerintah. Ketika pariwisata dapat menghasilkan devisa negara dan devisa itu terdistribusi kepada masyarakat dalam bentuk proyek dan program pembangunan, berarti sector ini adalah riil industry. Desa Wisata (DW) merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan; baik dari kehidupan social ekonomi, sosial budaya, adat-istiadat, keseharian, kearsitekturan (bangunan) dan struktur tata-ruang desa; atau suatu kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi paket wisata yang unsurnya meliputi atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya.
KEBIJAKAN INVESTASI ASING DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERBASIS DESA ADAT DI PROVINSI BALI
Pembangunan di bidang sektor pariwisata membutuhkan dana yang sangat besar, bersumber dari dana Pemerintah, swasta, masyarakat dan penanam modal asing. Indonesia sebagai Negara berkembang sering mengalami kesulitan dana dalam pelaksanaan pembangunan karena sumber dana yang terbatas. Pemerintah perlu merumuskan kebijakan dalam bentuk perundang-undangan serta, reformasi birokrasi sehingga mampu memberikan pelayanan publik yang optimal, serta menarik minat investasi asing agar mempercepat pelaksanaan pembangunan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, yaitu kesejahteraan masyarakat. Secara umum, peraturan tentang penanaman modal termasuk investasi asing telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007, tentang penanaman modal, Peraturan
DESKRIPSI ALGA MAKRO DI TAMAN WISATA ALAM BATUPUTIH, KOTA BITUNG
Penelitian tentang biodiversitas alga telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis keanekaragaman alga makro di Taman Wisata Alam Batuputih Sulawesi Utara. Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Batuputih, Kota Bitung dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009. Pada lokasi penelitian dibuat 5 garis transek dengan jarak antara satu transek dengan transek berikutnya adalah 50 m. Setiap transek diambil 5 plot dengan ukuran 1 m x 1 m. Penempatan plot adalah 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, dan 50 m dari garis pantai. Dengan demikian total plot penelitian sebanyak 50 plot. Pada setiap plot dihitung jumlah spesies alga yang ditemukan serta luas penutupannya, serta jumlah individu/koloni. Identifikasi jenis dilakukan di lapangan dengan menggunakan buku-buku identifikasi alga dan dilakukan konfirmasi di laboratorium. Hasil penelitian yang dilakukan di Taman Wisata Alam Batuputih pada 50 plot ditemukan 411 individu alga makro dengan 18 spesies yang berasal dari 3 divisi yakni Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta. Dalam Divisi Rhodophyta dan Chlorophyta terdapat 7 spesies dengan 6 famili yang ditemukan, lebih banyak dibandingkan dengan Divisi Phaeophyta yang hanya ditemukan 4 spesies dengan 3 famili. Kata kunci: alga, biodiversitas, Taman Wisata Alam Batuputih