Kinerja Ketahanan Beras Di Indonesia: Komparasi Jawa Dan Luar Jawa Periode 2005-2017 (original) (raw)
Related papers
Analisis Swasembada Beras Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2014
2017
Beras merupakan makanan pokok bagi penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah yang difungsikan sebagai lumbung padi nasional, perlu dilakukan analisis swasembada berasnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi swasembada beras di Provinsi Jawa Tengah, menganalisis distribusi dan aliran pemenuhan beras; serta memprediksikan kondisi swasembada beras tahun 2025 merujuk pada rencana jangka panjang daerah. Penelitian termasuk penelitian analisis deskriptif yang memanfaatkan data sekunder dari BPS dan data spasial Provinsi Jawa Tengah. Analisis data sekunder dilengkapi hasil wawancara dengan Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Provinsi Jawa Tengah. Pada tingkat provinsi, seluruh kabupaten di Jawa Tengah mampu berswasembada beras, sementara enam kota lainnya tidak mampu. Daerah yang tidak berswasembada beras, kebutuhannya dipenuhi dari daerah terdekat yang surplus beras dan dihubungkan dengan jalan arteri dan kolektor. Tahun...
Peramalan Produksi Beras di Provinsi Jawa Tengah
Tekinfo: Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi
Ketersediaan beras lokal perlu diprediksi untuk memenuhi kebutuhan pasokan beras di Indonesia. Jawa Tengah sebagai penghasil beras terbesar ketiga di Indonesia merupakan salah satu penopang kebutuhan beras nasional. Besarnya produksi pangan di Indonesia menjadi faktor penting dalam penentuan persediaan pangan yang tepat. Peramalan produksi beras di Jawa Tengah menjadi diperlukan untuk mengetahui kondisi pangan ke depan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model peramalan produksi beras di provinsi Jawa Tengah dan mengetahui perkiraan produksi beras di Provinsi Jawa Tengah 5 tahun ke depan. Metode time series forecasting digunakan dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil produksi beras dari tahun 1993 hingga tahun 2020. Dari hasil uji fungsi auto korelasi diketahui bahwa data produksi memiliki pola data tren. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode double exponential smoothing dengan dua parameter (Holt’s Methods)....
Keseimbangan Neraca Beras DI Indonesia Tahun 2011 – 2015
2017
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis neraca beras Indonesia berdasarkan produksi dan konsumsi dalam negeri, (2) menganalisis provinsi-provinsi di Indonesia yang surplus dan defisit beras, serta (3) mengetahui kondisi keseimbangan neraca beras Indonesia terhadap impor dan ekspor beras. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah spasial dengan analisis komparasi keruangan. Variabel yang digunakan untuk menghitung neraca beras pada penelitian ini adalah produksi beras, konsumsi beras, impor beras, serta ekspor beras. Neraca beras di Indonesia selama pada tahun 2011 – 2015 adalah surplus berkisar antara 16 juta hingga 22 juta ton. Provinsi-provinsi yang memiliki neraca beras defisit adalah Provinsi Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat. Untuk mencukupi kebutuhan berasnya...
Economics Development Analysis Journal, 2012
The threat of food crisis hit Indonesia. Various responses point out that this conditionoccurs because of the ability to produce rice decreased while the amount of rice consumption continues to grow in line with population growth. This situation is exacerbated by the high food prices are causing more and more limited access to food. Central Java Province as one of the largest rice producer in Indonesia has a responsibility to meet the demands of rice consumption. Therefore, the preparation of this study has the objective to analyze the state of food security in Central Java with a focus on the availability of rice at each district / city in Central Java province.Keyword: Availability Ratio, Inventories Rice, Rice Price, Rice Production
Kinerja Rantai Pasok, Dinamika, dan Pembentukan Harga Beras di Jawa Tengah
Analisis Kebijakan Pertanian, 2019
Rice supply chain from producers to consumers in Central Java Province is relatively extensive and it affects rice price establishment. This study aimed to assess rice production performance, dried paddy (GKG) conversion rate into rice, rice supply chain, dynamics of rice prices among seasons and markets, and rice price establishment. This research was conducted in 2018 in rice producing centers in Central Java, namely Sragen, Klaten and Demak Regencies. This province had a rice production surplus and it was marketed mostly to West Java and Jakarta provinces. Conversion rate from paddy to rice varies between 60-65% or an average of 62.74% depending on varieties grown, drying process, and harvesting machine condition. In general, there are six to seven actors in the rice supply chain. During the main harvest in rainy season, paddy and rice prices usually dropped due to abundant supply. However, during the harvest in rain season in 2017/2018, paddy and rice prices remained high. This ...
Perkembangan Impor Beras DI Indonesia
AgriMalS, 2021
This study aims to analyze how rice imports have grown in Indonesia. This research was a descriptive case study of Indonesia. The data of development of the rice imports was collected from the last ten years (2010-2019). The data used are secondary sources of data from the Agency for Central Statistics (BPS). Base on the data rice imports in Indonesia have fluctuated, especially from 2018 to 2019. Several factors influenced the increasing amount of imported rice in Indonesia, including population growth as well as an increase in domestic rice prices. As a result the amount of consumption is higher than the quantity of rice produced.
Analisis Keunggulan Komparatif Beras Indonesia
Analisis Kebijakan Pertanian, 2016
Rice commodity is a main staple food for almost 95 percent of Indonesian population. Dried paddy production is projected to reach 70,87.million ton in 2013 or an increase by 0.26 percent compared to paddy production of 69.1 million tons in 2012. On the other hand, the population growth in Indonesia is relatively high of 1.27 percent a year in the period of 2005-2010 while rice consumption per capita also tends to decrease from 139 kg/capita/year in the year of 1993 to 113 kg/capita/year in 2012. In the near future, Indonesia is more realistic considered to be a rice deficit country rather than a rice surplus country. Therefore, the policy on economic and competitiveness of Indonesian rice should be directed to operational policy on demand and supply side to attain the target of 10 million tons of rice self sufficiency in 2014. The result of comparative advantage study showed that Marketing Spesialization Indices of fresh and processed rice products were negative varying from-1.0 to-0.71. It means that Indonesian Rice has very low competitiveness and continues to decrease over time. The Import Dependency Ratios (IDR) of rice varied from 0.80-1.02 percent. It means that rice supply in Indonesia still depends on rice import even with small quantity and in the form of fresh rice. The value of SSR (Self-Sufficiency Ratio) of Indonesian rice in the period of 2006-2010 was more than 90 percent indicating that almost all of the domestic demand was fulfilled by domestic production. The RSCA (Revealed Symmetric Comparative Advantage) value showed that Indonesian rice had no competitiveness in the world market, i.e.-0.96 to-0.99 percent in the period of 2008-2012.
Analisis Impor Beras DI Indonesia
Economics Development Analysis Journal, 2014
Salah satu kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan beras yaitu dengan menggenjot produksi beras dalam negeri. Namun dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan terhadap beras dan upaya peningkatan produktivitas dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Sehingga untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah mengambil keputusan untuk melakukan impor beras dari negara lain. Akan tetapi pada kenyataannya impor beras dilakukan ketika data statistik menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami surplus beras. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan model Error Correction Model (ECM). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial maupun secara bersama-sama produksi beras, konsumsi beras, harga beras dalam negeri dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia.
Analisis Kondisi Ketergantungan Impor Beras DI Indonesia
2020
Beras adalah salah satu dari komoditas pangan utama Indonesia. Pemenuhan kebutuhan beras merupakan tanggung jawab pemerintah, produksi beras Indonesia selalu lebih besar dibandingkan konsumsinya namun pemerintah selalu melakukan kebijakan impor beras, yang menyebabkan pemerintah terlalu bergantung pada kebijakan impor beras. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan untuk menganalisis tingkat ketergantungan impor beras dengan menggunakan ISP, IDR dan SSR periode 1992-2017. Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketergantungan impor beras di Indonesia yang ditunjukkan dengan nilai IDR rata-rata sebesar 3,5% pertahun, sedangkan nilai ISP indonesia rata-rata -0,9 pertahunnya yang mengindikasikan Indonesia berada pada tahap awal untuk produk beras sehingga daya saing produk beras Indonesia sangat lemah dan Indonesia merupakan negara pengimpor beras. Produksi beras Indonesia sudah cukup baik dilihat dari nilai SSR rata-rata sebesar 96,6% pertahun artinya hampir keseluruh...
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto terhadap impor beras di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode 2000-2014. Model analisis menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga beras dalam negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Begitu pula dengan Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di indonesia. Namun produksi beras berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Pemerintah diharapkan mampu memproteksi produk beras impor, misalnya dengan lebih memaksimalkan penyerapan beras dari petani lokal sehingga pasar dapat didominasi oleh produk beras lokal. Dengan demikian pemerintah tidak perlu lagi mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan dengan adanya kebijakan memproteksi tersebut...