Nilai Konservasi Petani Garam Madura dan Kesiapan Penggunaan Teknologi (original) (raw)

Tingkat Kesiapan Teknologi (Technology Readiness) Dalam Bekerja Pada Petani Garam DI Pulau Madura

2020

Kesiapan penggunaan teknologi dalam bekerja merupakan sesuatu yang penting bagi petani garam di pulau Madura. Hal ini dilakukan supaya bisa meningkatkan produksi garam di pulau Madura. Selain itu, dengan produksi garam yang meningkat karena adanya penggunaan teknologi, kesejahteraan petani garam diharapkan juga mengalami peningkatan. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan guna mengetahui tentang kesiapan para petani garam di pulau Madura. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara pada sampel petani garam di salah satu desa di tiap empat kabupaten di madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive sample . Data diolah dengan software JASP ( Jeffreys Amazing Statistics Program ) untuk mengetahu validitas dan reliabilitasnya. Dari hasil penelitian tingkat kesiapan pada Petani garam, didapatkan nilai akhir TRI yaitu 2.39 yang...

Keragaan Teknologi Garam Pada Beberapa Kawasan Sentra Produksi DI Kabupaten Lamongan

Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 2014

Kabupten Lamongan mempunyai potensi tambak garam yang tergolong luas (350 ha). Untuk mencapai hasil produksi garam yang optimal, pemerintah telah mengimplementasikan berbagai program, seperti: PNPM Mandiri KP (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat/PUGAR), Iptekmas Garam, Teknologi Tepat Guna (TTG) garam Arifin Sedayu Lawas yang tumbuh dimasyarakat. Dalam pelaksanaannya, dalam program PUGAR dilakukan bantuan pengembangan usaha dan perberdayaan masyarakat dalam menumbuh kembangkan usaha garam rakyat sesuai dengan potensi, dan diharapkan mampu meningkatkan produktifitas dan nilai tambah usaha garam. Penelitian mengenai keragaan teknologi garam pada beberapa kawasan sentra produksi di Kabupaten Lamongan telah dilakukan pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan teknologi garam yang ada dimasyarakat dan peluang pengembangannya. Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari hasil obeservasi dan wawancara di lapang. Data dianalisis dengan pendekatan d...

Edukasi Nilai Ekonomi Garam untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani Garam di Desa Kusamba

JHR 247: ABDIMAS, 2024

Salt farmers in Kusamba Village, Klungkung, Bali use traditional methods to produce salt. This salt has an unstable selling price. In fact, in extreme conditions, the selling price of the salt is very low and the product becomes less competitive in the market. As a result, the welfare of salt farmers is still at a low level. This service activity aims to provide education about the economic value of salt in order to improve the welfare of salt farmers. The method used in this activity is the community education method in the form of education and training. The results of community service activities in the form of education and training regarding the economic value of traditional salt can provide encouragement to participants in developing the potential for salt production in their communities. This activity is also expected to provide practical skills that can be applied in the field, as well as increase public understanding of the importance of the salt industry in the context of the local and national economy. It is hoped that this effort can be implemented by salt farmers to ensure that traditional salt production continues to increase.

Strategi Pemberdayaan Ekonomi Petani Garam Melalui Pendayagunaan Aset Tanah Pegaraman

Economics Development Analysis Journal, 2018

Madura bernilai strategis dalam produksi garam nasional, namun kenyataannya kondisi petani garam masih hidup di bawah garis kemiskinan. Penelitian bertujuan merumuskan strategi pemberdayaan petani garam melalui pendayagunaan aset pertanahan dengan pendekatan subsistem budaya-kelembagaan dan subsistem ekonomi. Guna mencapai hal tersebut, perlu diketahui kondisi subsistem budaya-kelembagaan dan subsistem ekonomi petani garam. Selain itu, dikaji faktor-faktor penyebab ketidakberdayaan petani. Hasil analisis menunjukkan subsistem budaya menunjukkan bahwa usaha pegaraman adalah bagian budaya masyarakat yang mengakar dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Madura. Sementara dari subsistem kelembagaan menunjukkan petani garam dikelompokkan menjadi petani pemilik tanah dan petani penggarap (mantong). Pendekatan subsistem ekonomi menunjukkan bahwa produksi garam sangat tergantung iklim dan cuaca dan masih menggunakan teknologi tradisional. Strategi pemberdayaan bagi petani pemilik tanah ...

Selling Time Strategy dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Petani Garam

JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 2020

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor yang mendorong petani garam untuk menjual garam pasca panen/pungut secara langsung atau tidak langsung dan menganalisis dampak penerapan strategi tersebut terhadap tingkat kesejahteraan petani garam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Desa Karanganyar, Kec. Kalianget, Kab. Sumenep. Objek dalam penelitian ini difokuskan pada produk garam. Teknik sampling yang digunakan adalah snowball sampling dengan informan yang berasal dari petani garam dari desa Karanganyar. Data diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan indepth interview secara langsung kepada informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi petani garam dalam menerapkan strategi penjualan langsung atau tidak langsung yaitu harga garam, kebutuhan, kuantitas hasil produksi, dan gudang penyimpanan. Ketika harga garam mahal maka petani garam akan menggunakan strategi penjualan ...

Kesejahteraan Petani Garam di Kabupaten Sumenep Madura (Analisis Dengan Pendekatan Maqāṣid Al-Sharī'ah)

IQTISHODUNA: Jurnal Ekonomi Islam

As a country surrounded by oceans, Indonesia has huge potential in salt production, and Sumenep district is one of the districts with the largest salt production in Indonesia. However, the potential and large production results are not in accordance with the economic conditions of salt farmers. This is due to several things, one of which is because the selling price of salt is not in accordance with the HPP (Harga Pembelian Pemerintah) as well as guidance and assistance to increase the productivity of salt farmers who are lacking. This problem will have an impact on the welfare of salt farmers. This study aims to determine how the level of welfare of salt farmers in Sumenep district in the perspective of maqāṣid al-sharī'ah. This research was examined with descriptive qualitative methods. The data was collected through semi-structured interviews with salt farmers in Sumenep district, then analyzed using the maqāṣid al-sharī'ah approach. Thus, the level of welfare of salt far...

Teknologi Mengering Hasil Pertanian Guna Mempertahankan Masa Simpan

Jurnal Riset Teknologi Industri, 2021

Pengeringan dapat memperlambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk hasil pertanian komoditas hortikultura yang bersifat musiman. Tipe-tipe alat pengering yang dipergunakan petani untuk mengeringkan hasil pertanian seperti; tipe putaran drum bervariasi, pengering tipe rak model teta'17, pengering tipe tray dan pengering tenaga surya tipe cabinet. Sumber panas buatan yang dipergunakan adalah; limbah kayu, listrik, gas LPG dan panas bumi. Untuk mengeringkan lada seberat 1500 gram butuh waktu 45 menit dengan putaran drum lambat yaitu 16,9 rpm dan 95 menit dengan putaran drum cepat yaitu 18,3 rpm dengan berat lada 1300 gram. Kadar air akhir lada selama pengeringan 45 menit sebesar 16,24% dan 95 menit sebesar 13,65%. Pengeringan buah pala dengan kadar air awal 38,75% dan berat masing-masing rak I,II,III (16,10;17,57;17,23) gram dibutuhkan waktu 12 jam hingga kadar air akhir masing-masing rak sebesar (6,54%;8,28%;9,70%). Untuk mengeringkan biji kakao seberat 30 kg dibutuhkan waktu 20 jam hingga berat akhir biji kakao 12,6 kg dengan suhu pengering 19,2 0 C serta 260 menit mengeringkan cengkeh 15 kg hingga berat akhir cengkeh 8,04 kg dengan suhu ruang pengering 49,71 0 C. kemudian untuk pengeringan simplisia seperti kumis kucing, temu lawak dan temu giring (Curcuma heyneana Valeton dan van Zijp), lama dan suhu pengeringan disesuaikan dengan jenis bahan baku yang dikeringkan Kata kunci: kadar air, pengering, produk pertanian, suhu, umur simpan.

Analisis Peran Kelembagaan Penyedia Input Produksi Dan Tenaga Kerja Dalam Usaha Tambak Garam

Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Tulisan ini bertujuan untukmenganalisis peran kelembagaan penyediaan sarana input produksi dan tenaga kerja pada usaha tambak garam skala tradisional di Kabupaten Sumenep dan Jeneponto. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode survei melalui wawancara kepada 80 orang petambak garam dan wawancara mendalam (in-depth interview)kepada delapan orang informan kunci.Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang. Hasil kajian menunjukan kelembagaan penyedia input produksi lebih berperan dalam penyediaan akses permodalan dan kelembagaan tenaga kerja berperan dalam proses rekruitmen tenaga kerja.(Title: Analysis of Institutional Roles in the Input Production Providers and Labours in Salt Business)The objectives of this paper is analyzing institutional role of production input and labour institution in the traditional scale of salt pond business at Sumenep and Jeneponto Regencies. This st...

Kontribusi Teknologi dalam Pencapaian Ketahanan Pangan

Teknologi hanya akan memberikan kontribusi jika ia digunakan dalam proses produksi barang/jasa untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia, termasuk dalam upaya penyediaan pangan yang cukup, bergizi, aman, dan sesuai selera konsumen serta terjangkau secara fisik dan ekonomi bagi setiap individu sehingga ketahanan pangan dapat dicapai.

Persepsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Sayuran Organik DI Kabupaten Bandung Barat

Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian, 2017

Peluang pasar sayuran organic yang meningkat kurang diikuti dengan meningkatnya jumlah petani yang mengusahakan sayuran organic karena tingkat adopsi sayuran organic masih terbilang lambat. Pemahaman mengenai persepsi petani merupakan hal penting untuk menyusun kebijakan pengembangan pertanian organic di masa yang akan datang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi petani terhadap teknologi budidaya sayuran organic serta hubungannya dengan karakteristik petani.Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Lembang, Parongpong dan Cisarua Kabupaten Bandung Barat denga responden 60 orang petani sayuran organic. Data dianalisis secara deskriptif dan menggunakan analisis korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan petani memiliki persepsi yang positif terhadap keuntungan membudidayakansayuran organic, kesesuaian teknologi budidaya dengan kelestarian lingkungan, kemudahan dalam pelaksanaan budidaya sayuran organic, serta kemudahan mendapatkan informasi teknis budidaya...