Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik Research Papers (original) (raw)

Pendidikan di Indonesia haruslah menjadi sebuah pelopor pembaharuan di era globalisasi ini. Indonesia tidak boleh menjadi sebuah bangsa yang hanya menjadi peniru dari negara lain. Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan diri sebaik... more

Pendidikan di Indonesia haruslah menjadi sebuah pelopor pembaharuan di era globalisasi ini. Indonesia tidak boleh menjadi sebuah bangsa yang hanya menjadi peniru dari negara lain. Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk masuk dalam era globalilasi ini. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan yang baik dengan menciptakan peserta didik yang memiliki sikap serta mental yang kuat sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “Usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”
Dari Pernyataan tersebut tentu saja diperlukan adanya seorang pendidik
professional yang dapat melatih serta melakukan pendidikan maupun
bimbingan psikologis kepada peserta didik. Aspek-aspek psikologis ini lah yang melatarbelakangi peserta didiknya dalam proses belajar-mengajar. Karena hal tersebut, seorang pendidik harus dibekali dengan prinsip-prinsip dasar psikologis dalam rangka mendukung pekerjaannya yang harus mempersiapkan, melaksanakan, mengevalasi dan membimbing proses belajar-mengajar.
Menurut Muhibbin Syah (2003), “Diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik.”
Selain hal itu, dalam pendidikan sendiri pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aspek psikologis. Setiap kegiatan pendidikan, terutama kegiatan pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, proses belajar-mengajar, sistem evaluasi, dan layanan bimbingan dan konseling adalah salah satu kegiatan utama dalam pendidikan yang tentu saja didalamnya terdapat prinsip2 prinsip psikologis. Selain hal itu layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu representatif dari pendidikan yang utuh. Oleh sebab itu maka layanan pendidikan bimbingan dan konseling perlu lah diterapkan dan dilaksanakan dalam keseharian proses belajar-mengajar.
Sebagai contoh penerapan psikologi pendidikan dan bimbingan jika kita
lihat dari jenis sekolah yang ada di Indonesia. Di Indonesia terdapat kurang lebih 1170 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) aktif. Disetiap sekolah memiliki kegiatan yang berbeda dan memiliki jurusan yang berbeda pula. Berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang rata-rata memiliki kegiatan yang sama dalam setiap sekolah. Setiap pendidik atau Guru Bimbingan dan Konseling yang bekerja diranah sekolah kejuruan memiliki tugas tambahan dalam menangani atau melakukan kegiatan bimbingan dan konseling. Kerjasama yang baik
dengan Kepala Jurusan (Kajur) sangat diperlukan, karena guru bimbingan dan konseling perlu mengarahkan peserta didik yang labil dalam menentukan tujuannya setelah lulus dari sekolah. Sehingga setiap pendidik maupun guru BK yang berada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus dapat memahami secara lebih akan aspek-aspek psikologis peserta didik untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, prinsip-prinsip psikologis maupun konsep dasar dari bimbingan dan konseling sangat lah penting dipahami oleh setiap pendidik terutama yang berkerja di bidang Bimbingan dan Konseling (BK).
Dari contoh di atas maka semakin jelas akan pentingnya pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling dalam kegiatan belajar-mengajar dalam konteks khususnya dan dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan dunia pendidikan dalam konteks umumnya.