Teknik Kimia Research Papers - Academia.edu (original) (raw)
NAMA MATA KULIAH KODE MK Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan TEKNOLOGI BERSIH 714MP2 Wajib 2 SKS 7 (TUJUH) 15 Maret 2020 OTORISASI Nama Koordinator Pengembang RPS Koordinator RMK Ka PRODI Tanda tangan Tanda tangan Al-Gazali,... more
NAMA MATA KULIAH KODE MK Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan TEKNOLOGI BERSIH 714MP2 Wajib 2 SKS 7 (TUJUH) 15 Maret 2020 OTORISASI Nama Koordinator Pengembang RPS Koordinator RMK Ka PRODI Tanda tangan Tanda tangan Al-Gazali, ST., MT. Tanda tangan M. Tang, ST., M.Pkim Capaian Pembelajaran (CP) CPL-PRODI (Capaian Pembelajaran Lulusan Program Studi) S6 Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan S8 Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; S9 Menunjukkan sikap tanggungjawab atas pekerjaan dibidang keahliannya secara mandiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi; S10 Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan; P1 Manguasai menerapkan konsep teoritis, matematika, sains alam, dan prinsip-prinsip rekayasa (engineering principles) dan perancangan rekayasa untuk menyelesaikan masalah rekayasa yang kompleks pada proses, sistem pemrosesan, dan peralatan yang diperlukan untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang mempunyai nilai tambah; KU2 mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur pengetahuan dan/atau teknologi sesuai dengan bidang keahliannya; KU10 Mampu beradaptasi, bekerja sama, berkreasi, berkonstribusi, dan berinovasi dalam menerapkan ilmu pengetahuan pada
Cr(VI) is one of the components of industrial wastewater pollution which is carcinogenic and toxic to humans. The method to reduce the Cr(VI) in industrial wastewater is using activated carbon based on banana peel. This study aims to... more
Cr(VI) is one of the components of industrial wastewater pollution which is carcinogenic and toxic to humans. The method to reduce the Cr(VI) in industrial wastewater is using activated carbon based on banana peel. This study aims to determine the effect of carbonization temperature on the production of activated carbon based on banana peel as well as the effect of addition of 2M H2SO4 acid activator on carbon activation process. Carbonization process is carried out at temperature of 400, 450, 500, 550 and 600 o C in carbonization reactor for 90 minutes with N2 gas flow. Then, the carbon will be activated for 24 hours using a solution of 2M H2SO4 acid. The results showed that the carbonization temperature has a great effect on the carbon and the activated carbon. The optimal temperature for carbonization is 600°C and has been activated. Activated carbon by carbonization temperature of 600°C has water content of 2.48%; ash content of 6.97%; surface area of 62.27 m2 / g; the average pore diameter of 26.998 Å; and the ability to adsorp the Cr(VI) for about 60.9%. Abstrak Logam Cr(VI) adalah salah satu komponen pencemaran air limbah industri yang bersifat karsinogenik dan toksik terhadap manusia. Salah satu solusinya yaitu pengurangan logam Cr(VI) pada air limbah industri dengan menggunakan karbon aktif berbasis kulit pisang. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu karbonisasi terhadap pembuatan karbon aktif berbasis kulit pisang serta pengaruh penambahan aktivator asam H2SO4 2M pada proses aktivasi karbon. Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 400, 450, 500, 550 dan 600 o C di dalam reaktor karbonisasi selama 90 menit dan dengan dialirkan gas N2. Selanjutnya karbon diaktivasi selama 24 jam menggunakan larutan asam H2SO4 2M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu karbonisasi sangat berpengaruh pada karbon dan karbon aktif yang dihasilkan, dengan hasil terbaik adalah pada suhu karbonisasi 600 o C dan telah diaktivasi. Karbon aktif dengan suhu karbonisasi 600 o C menghasilkan kadar air sebesar 2,48% ; kadar abu 6,97% ; luas permukaan sebesar 62,27 m 2 /g ; rata-rata diameter pori sebesar 26,998 Å ; dan kemampuan untuk adsorpsi ion logam Cr(VI) sebesar 60,9%. Kata kunci: kulit pisang, karbon aktif, karbonisasi, aktivasi 1. PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya pencemaran lingkungan kualitas air buangan yang disebabkan oleh aktivitas industri. Salah satu komponen pencemaran air limbah industri yaitu logam Cr(VI) yang berpotensi karsinogenik, bersifat lebih toksik terhadap makhluk hidup termasuk manusia. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan industri tersebut adalah dengan proses pemisahan atau adsorpsi (Chand, 2005). Karbon aktif merupakan salah satu alternatif adsorben yang digunakan pada metode adsorpsi karena kegunaannya dapat menghilangkan rasa, warna, bau, dan pengotor organik yang tidak diinginkan. Salah satu bahan baku yang bisa dikembangkan untuk pembuatan adsorben adalah kulit pisang. Kulit pisang tersebut akan melalui proses karbonisasi untuk membentuknya menjadi karbon aktif.
The conversion of CPO and used cooking oil into biofuels and gasoline is one of the efforts to find renewable energy to overcome the energy crisis in Indonesia. CPO conversion uses a variety of catalysts including natural Cr-Zeolite... more
The conversion of CPO and used cooking oil into biofuels and gasoline is one of the efforts to find renewable energy to overcome the energy crisis in Indonesia. CPO conversion uses a variety of catalysts including natural Cr-Zeolite catalysts, Cr-Carbon catalysts, Ni-carbon catalysts, Cr/SiO 2 catalysts. Conversion of used cooking oil using H-USY catalyst and arbon catalyst impregnated by Cobalt. All of these catalysts can function to assist in the conversion process. ABSTRAK Konversi CPO dan minyak jelantah menjadi biofuel dan bensin merupakan salah satu usaha untuk pencarian energy terbarukan untuk mengatasi krisis energi diindonesia. Konversi CPO menggunakan berbagai macam katalis diantaranya katalis Cr-Zeolit alam, katalis Cr-Karbon, katalis Ni-karbon, katalis Cr/SiO 2. Konversi Minyak Jelantah menggunakan katalis katalis H-USY dan katalis arbon yang diimpregnasi Cobalt. Semua katalis tersebut dapat berfungsi membantu dalam proses konversi. Kata Kunci: crude palm oil, minyak jelantah, biofuel, katalis PENDAHULUAN Permintaan bahan bakar minyak di seluruh dunia dalam satu tahun terakhir telah mengalami peningkatan yang signifikan, tidak hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kenyataannya adalah seperti yang dilaporkan dalam Outlook Energi Indonesia 2018, jika diasumsikan bahwa tidak ada penemuan sumber daya baru, berdasarkan rasio R / P (Cadangan / Produksi) 2018, kemudian minyak bumi akan habis dalam 9 tahun, gas alam dalam 42 tahun, dan batubara dalam 68 tahun (Yudiartono, 2018). Salah satu energi alternatif yang sedang dikembangkan baik di Indonesia maupun di tempat lain adalah biofuel. Istilah biofuel mengacu pada padat (bio-char), cairan (etanol dan biodiesel), atau gas (biogas, biohydrogen, dan gas biosintetik) yang sebagian besar dihasilkan dari biomassa. Minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku biodiesel yang potensial untuk dimanfaatkan di Indonesia bersama dengan mikroalga, jatropha curcas L. minyak biji, dan reutalis trisperma. Ini bisa dilihat dari produksi minyak jelantah di Indonesia trisperma. Ini bisa dilihat dari produksi minyak jelantah di Indonesia yang bisa mencapai 4.000.000 ton / tahun (Adhiar, 2016). Minyak jelantah mengandung asam lemak, sebagian besar asam palmitat (21,47%) dan asam oleat (28,64%) (Hariyadi, 2014). Asam lemak ini dapat dikonversi menjadi bentuk lain dengan nilai ekonomis untuk tidak mencemari lingkungan menjadi bahan bakar biodiesel dengan proses esterifikasi. Selain proses esterifikasi, limbah minyak goreng dapat dikonversi menjadi biofuel dengan proses perengkahan katalitik menggunakan katalis dengan selektivitas tinggi terhadap bahan bakar yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (Rosmawati, dkk, 2019). Konversi CPO menjadi biofuel merupakan salah satu upaya pencarian energi alternatif untuk mengatasi krisis energi Indonesia (Latifah, dkk, 2017). CPO menjadi bahan bakar, dikarenakan Indonesia merupakan penghasil CPO terbesar kedua di dunia setelah Malaysia dan pada tahun 2003 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia 3,5 juta hektar dan produksi CPO nya 8 juta ton/tahun dan
- by Lisma Yani
- •
- Teknik Kimia
This study aimed to obtain innovative teaching materials chemistry integrated character building on the subject of the reaction rate based curriculum, 2013. Form of research was a descriptive study. This type of research was included in... more
This study aimed to obtain innovative teaching materials chemistry integrated character building on the subject of the reaction rate based curriculum, 2013. Form of research was a descriptive study. This type of research was included in research and development. Subjects were subject teaching materials reaction rate. Meanwhile, the sample used in this study consists of 20 class XI chemistry teacher in the city of Medan. The sample selection used purposive sampling technique. A publisher of teaching materials was analyzed based curriculum in 2013 by professors and teachers. The results of the analysis of a publisher of teaching materials based on the curriculum in 2013 gained an average of 2.54 was valid, meaning that it deserved and some of the contents of teaching materials needed to be revised. Teaching materials that had been developed, assessed by lecturers and teachers. Assessment was done in 2 ways, namely based curriculum in 2013 and BSNP (National Education Standards Agency). The results of the analysis based on the curriculum in 2013 gained an average of 3.60 was a valid means very feasible to use and did not need to be revised. The results of the analysis based on BSNP obtained, feasibility aspects of the content of 3.37 was valid, it meant very feasible and did not need to be revised, language feasibility 3.39 was valid, it meant very feasible and did not need to be revised, presenting the feasibility of 3.44 was valid, it meant very feasible and did not need to be revised. Teaching materials that had been developed then tested to students. Testing of students was done by using the 2 classes, experimental and control classes. Against the experimental class students were given an innovative chemistry teaching materials had been developed, while the control class using teaching materials that had been there before. The average value of the normalized gain control class was equal to 0.62, while the experimental class average value of the normalized gain of 0.76.
Dalam Pelatihan Ahli K3 Kimia ini peserta dilatih untuk menjadi calon ahli k3 kimia tempat kerjanya seperti yang dimaksud UU No.1 tahun 1970 dan peraturan pelaksanaannya tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja sesuai... more
Dalam Pelatihan Ahli K3 Kimia ini peserta dilatih untuk menjadi calon ahli k3 kimia tempat kerjanya seperti yang dimaksud UU No.1 tahun 1970 dan peraturan pelaksanaannya tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja sesuai Keputusan Menaker No.KEP.187/MEN/1999 dengan waktu penyelenggaraan selama 120 jam pelajaran.
Crumb rubber adalah karet kering yang proses pengolahannya melalui tahap peremahan. Bahan baku berasal dari lateks yang diolah menjadi koagulum dan dari lump. Bahan baku yang paling dominan adalah lump, karena pengolahan crumb rubber... more
Crumb rubber adalah karet kering yang proses pengolahannya melalui tahap peremahan. Bahan baku berasal dari lateks yang diolah menjadi koagulum dan dari lump. Bahan baku yang paling dominan adalah lump, karena pengolahan crumb rubber bertujuan untuk mengangkat derajat bahan baku bermutu rendah menjadi produk yang lebih bermutu. Penetapan mutu berdasarkan pada sifat-sifat teknis, yang secara detail dijelaskan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 1903:2011 tentang Karet Spesifikasi Teknis.
dalamnya berisi ppt tentang kesetimbangan kimia yg telah d acc oleh dosen, check it
Secara teoritis, tanaman kelapa sawit menghasilkan tandan yang mengandung minyak 35% dan inti sawit 7%. Tandan tersebut harus mendapat perlakuan fisika dan mekanis dalam pabrik sehingga diperoleh minyak dan inti. Pengembangan tanaman... more
Secara teoritis, tanaman kelapa sawit menghasilkan tandan yang mengandung minyak 35% dan inti sawit 7%. Tandan tersebut harus mendapat perlakuan fisika dan mekanis dalam pabrik sehingga diperoleh minyak dan inti. Pengembangan tanaman kelapa sawit selalu disertai dengan pembangunan pabrik, yang berbeda halnya dengan pengolahan hasil komoditi lainnya yang dapat dilakukan secara manual atau tradisional. Hal ini disebabkan minyak sawit mudah mengalami perubahan kimia dan fisika selama minyak dalam tandan dan pengolahan. Oleh sebab itu pembangunan kebun kelapa sawit tanpa disertai dengan pengembangan pabrik adalah usaha sia -sia.
Golongan VI A dalam sistem table periodic disebut juga dengan golongan oksigen, yang terdiri dari unsur oksigen, sulfur atau belerang, dan selenium yang termasuk kedalam non logam, telurium semilogam dan polonium sebagai logam dalam... more
Golongan VI A dalam sistem table periodic disebut juga dengan golongan oksigen, yang terdiri dari unsur oksigen, sulfur atau belerang, dan selenium yang termasuk kedalam non logam, telurium semilogam dan polonium sebagai logam dalam golongan ini
Perhitungan efisiensi kerja uap pada turbin uap Shinko tipe RB4.
Buku Kimia Kesehatan untuk Kelas 11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tahu dan tempe merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir... more
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tahu dan tempe merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri tahu dan tempe. Umumnya industri tahu dan tempe termasuk ke dalam industri kecil yang dikelola oleh rakyat dan beberapa di antaranya masuk dalam wadah Koperasi Pengusaha Tahu dan Tempe (KOPTI). Proses pembuatan tahu dan tempe masih sangat tradisional dan banyak memakai tenaga manusia. Bahan baku utama yang digunakan adalah kedelai (Glycine spp). Konsumsi kedelai Indonesia pada Tahun 1995 telah mencapai 2.287.317 Ton (Sri Utami, 1997). Sarwono (1989) menyatakan bahwa lebih dari separuh konsumsi kedelai Indonesia dipergunakan untuk diolah menjadi tempe dan tahu. Shurtleff dan Aoyagi (1979) memperkirakan jumlah pengusaha tahu di Indonesia sekitar 10.000 buah, yang sebagian besar masih berskala rumah tangga, dan terutama terpusat di Pulau Jawa, sebagai bandingan di Jepang sekitar 38.000 buah, di Korea 1.470 buah, Taiwan 2.500 buah dan Cina 158.000 buah. Sebagai contoh limbah industri tahu tempe di Semanan, Jakarta Barat, kandungan BOD 5 mencapai 1.324 mg/l, COD 6.698 mg/l, NH4 84,4 mg/l, nitrat 1,76 mg/l dan nitrit 0,17 mg/l (Prakarindo Buana, 1996). Jika ditinjau dari Kep-03/MENKLH/11/1991 tentang baku mutu limbah cair, maka industri tahu dan tempe memerlukan pengolahan limbah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (2002), tingkat konsumsi tahu dan tempe di Indonesia mencapai 18,6 kg/kapita/tahun di wilayah perkotaan dan 13,9 kg/kapita/tahun di wilayah pedesaan. Jumlah ini lebih dari empat kali lipat jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging ayam dan daging sapi yang merupakan sumber protein hewani. Hal tersebut disebabkan harga tahu dan tempe jauh lebih terjangkau jika dibandingkan dengan harga daging. Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai, diolah dengan fermentasi dan diambil sarinya. Dengan kata lain, tahu merupakan dadih kedelai, yaitu susu kedelai yang dibuat menjadi kental (curd) kemudian dicetak dan dipres (FG Winarno: 1993).
Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang bertujuan untuk menerapkan setiap ilmu yang diperoleh dari kegiatan perkuliahan di lingkungan kampus, demi... more
Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang bertujuan untuk menerapkan setiap ilmu yang diperoleh dari kegiatan perkuliahan di lingkungan kampus, demi kepentingan masyarakat. Kegiatan KKN-PPM UGM ini bersifat wajib bagi mahasiswa jenjang Strata-1. Kegiatan KKN-PPM UGM ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juni – 4 Agustus 2017 di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Desa Banyuroto memiliki luas total sebesar 742,19 hektar (ha). Desa ini memiliki lima dusun, yakni Dusun Banyuroto (144,51 ha), Dusun Kenayan (72,96 ha), Dusun Garon (28,39 ha) dan Grintingan (26,37 ha), Dusun Suwanting (86,63 ha), dan Dusun Sobleman (68,73 ha). Selain itu, kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (314,6 ha) juga termasuk dalam daerah Desa Banyuroto secara administratif. Kawasan tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga daerah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat hanya 5 dusun yang telah disebutkan di atas.
Cuaca Suhu Udara Suhu Air Tekanan Udara Cerah 30 0 C 27 0 C 755 mmHg Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016 i INTISARI Tujuan dari percobaan Rotary Dryer ini adalah Mendapatkan... more
Cuaca Suhu Udara Suhu Air Tekanan Udara Cerah 30 0 C 27 0 C 755 mmHg Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016 i INTISARI Tujuan dari percobaan Rotary Dryer ini adalah Mendapatkan hasil pengeringan 10 ton sekam hasil pertanian dari yang awalnya memiliki kandungan air sebesar 22% menjadi 14%, menentukan efisiensi rotary dryer dalam mengurangi kandungan air pada sekam hasil pertanian, dan menghitung biaya operasi pengeringan (biaya power dan bahan bakar /kg produk). Variabel yang digunakan dalam percobaan ini adalah jumlah recycle yang dilakukan untuk memperoleh produk sekam kering yaitu sebanyak 1 kali recycle dan rate feed yang masuk yaitu 0,5 kg/menit. Prosedur percobaan Rotary Dryer dibagi menjadi 3 tahap. Pertama prosedur persiapan Rotary Dryer: mengambil sampel feed untuk dimasukkan ke dalam cawan porselin dan menimbangnya, lalu memasukkan ke dalam oven dan menimbangnya kembali hingga massa konstan. Menyalakan blower dan rotary dryer. Membuka katup blower hingga maksimal, lalu nyalakan furnace. Memeriksa keadaan api dalam furnace ketika katup blower dibuka maksimal. Jika api padam, maka bukaan katup blower harus dikecilkan. Setelah tercapai kondisi steady state yaitu pada saat T g1 dan T g2 konstan, kemudian mengamati dan mencatat seluruh kondisi suhu dalam rotary dryer (T d1 , T d2 , T w1 , T w2 , T g1 , T g2 ) dan kecepatan udara keluar dengan anemometer. Kedua adalah prosedur Rotary dryer berisi feed: Memasukkan feed dengan rate feed 0,5 kg dan dengan selang waktu 1 menit, dimana feed terlebih dahulu diukur suhunya. Kemudian mencatat waktu tinggal sekam di dalam Rotary Dryer yaitu sekam yang pertama masuk dan sekam yang pertama keluar. Ketiga adalah prosedur mengoven sampel sekam : Mengambil sampel sekam dan taruh di cawan porselin. Menimbang sampel sekam. Memasukan sampel dalam oven selama 24 jam. Mengeluarkan sampel sekam dari oven dan menimbang sampel sekam. Dari hasil perhitungan dan percobaan untuk efisiensi rotary dryer dalam mengurangi kandungan air pada sekam hasil pertanian adalah 1% dengan efesiensi termal 54%, serta dibutuhkan biaya Rp 3.342,75 per 1 Kg produk. BAB I PENDAHULUAN I-1 Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan Rotary Dryer adalah sebagai berikut : 1. Mendapatkan hasil pengeringan 10 ton sekam hasil pertanian dari yang awalnya memiliki kandungan air sebesar 22% menjadi 14%. 2. Menentukan efisiensi rotary dryer dalam mengurangi kandungan air pada sekam hasil pertanian. 3. Menghitung biaya operasi pengeringan (biaya power dan bahan bakar /kg produk). I.2. Dasar teori Secara umum, proses drying suatu bahan padat dapat diartikan sebagai pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, untuk mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam bahan padat tersebut sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Kandungan zat cair dalam suatu bahan padat bervariasi pada tiap produk. Produk yang tidak mengandung zat cair sama sekali disebut bone-dry. Tetapi pada umumnya, produk masih mengandung sedikit zat cair. Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk diantaranya flake, granule, crystal, powder, slab atau continuos sheet, dengan sifat yang berbeda satu sama lain. Zat cair yang akan diuapkan itu mungkin terdapat pada permukaan zat padat (misalnya drying kristal garam), bisa seluruhnya terdapat di dalam zat padat (pada pemisahan zat pelarut dari lembaran polimer), atau bisa juga sebagian di luar dan sebagian di dalam zat padat. Setiap bahan yang dikeringkan mempunyai moisture content yang berbeda-beda. Namun pada umumnya, zat padat masih mengandung sedikit zat cair. Pengeringan adalah suatu istilah yang relatif dan hanya mengandung arti bahwa terdapat pengurangan kadar zat cair dari suatu nilai awal menjadi suatu nilai akhir yang dapat diterima. (McCabe, 1985) Mekanisme Pengeringan BAB I PENDAHULUAN I-2 Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang berlangsung secara simultan, yaitu : 1. Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di permukaan benda padat Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara konduksi, konveksi , radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas permukaan kontak dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses penting selama tahap awal pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada permukaan padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan melalui lapisan film tipis udara.
Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Untuk sistem... more
Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Bunyi Hukum Lambert–Beer, yaitu : " Bila cahaya monokromatis melalui media transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambahnya kepekatan media. " Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb : A = e.b.c dimana : A = absorban e = absorptivitas molar b = tebal kuvet (cm) c = konsentrasi
Pengertian Evaporator,Jenis-jenis Evaporator dan Prinsip Kerja Evaporator
Menurut para ahli botani, kedelai merupakan tanaman yang berasal dari Manchuria dan sebagian Cina, di mana terdapat banyak jenis kedelai liar. Kemudian menyebar ke daerah-daerah tropika dan subtropika. Setelah dilakukan... more
Menurut para ahli botani, kedelai merupakan tanaman yang berasal dari Manchuria dan sebagian Cina, di mana terdapat banyak jenis kedelai liar. Kemudian menyebar ke daerah-daerah tropika dan subtropika. Setelah dilakukan pemuliaan,dihasilkan jenis-jenis kedelai unggul yang dibudidayakan. Umur panen tanaman kedelai berbeda-beda tergantung varietasnya tetapi umumnya berkisar antara 75 dan 105 hari.
Penentuan cadangan minyak bumi dilakukan untuk memperkirakan jumlah cadangan yang dapat diproduksikan ke permukaan. Umumnya penentuan cadangan dengan menggunakan metode decline curve dilakukan saat berlangsung proses produksi untuk dapat... more
Penentuan cadangan minyak bumi dilakukan untuk memperkirakan jumlah cadangan yang dapat diproduksikan ke permukaan. Umumnya penentuan cadangan dengan menggunakan metode decline curve dilakukan saat berlangsung proses produksi untuk dapat memperkirakan life-time dari sumur.
Kesetimbangan bergeser karena adanya pengaruh faktor luar. Asas Le Chatelier berbunyi "Jika pada suatu reaksi kesetimbangan dikenai oleh faktor luar, maka kesetimbangan akan bergeser untuk mengurangi pengaruh dari faktor luar tersebut... more
Kesetimbangan bergeser karena adanya pengaruh faktor luar. Asas Le Chatelier berbunyi "Jika pada suatu reaksi kesetimbangan dikenai oleh faktor luar, maka kesetimbangan akan bergeser untuk mengurangi pengaruh dari faktor luar tersebut sampai diperoleh suatu kesetimbangan yang baru". Adapun faktor luar yang dimaksud yaitu, sbb: a. Konsentrasi Jika konsentrasi diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser dari arah zat tersebut. ( Rumusnya: ). Jika konsentrasi diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat tersebut. (Rumusnya: ). b. Volume Jika volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang koefisiennya lebih besar. ( Rumusnya: Koef. Besar ). Jika volume diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang koefisiennya lebih kecil. ( Rumusnya: Koef. Kecil ) c. Tekanan Jika tekanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang koefisiennya lebih kecil. ( Rumusnya: Koef. Kecil ). Jika tekanan diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang koefisiennya lebih besar. ( Rumusnya: Koef. Besar ). d. Suhu Jika suhu dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm. ( Rumusnya: Reaksi Endo ). Jika suhu diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi eksoterm. ( Rumusnya: Reaksi Ekso ).
Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu... more
Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan industri yang mengerti tentang higiene industri dan menerapkannya di lingkungan kerjanya.
Bahan Materi Kuliah : Bahan Konstruksi dan Korosi
Falling Film Evaporator adalah suatu jenis alat untuk meningkatkan konsentrasi suatu larutan dengan mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya pada produksi pupuk organik, proses desalinasi, industri kertas, dan bubur... more
Falling Film Evaporator adalah suatu jenis alat untuk meningkatkan konsentrasi suatu larutan dengan mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya pada produksi pupuk organik, proses desalinasi, industri kertas, dan bubur kertas, industri bahan pangan dan bahan biologi, dan lain-lain. Peningkatan konsentrasinya dilakukan dengan penguapan pelarutnya yang umumnya air. Proses ini ini sering digunakan untuk penguapan larutan kental, larutan sensitif terhadap panas, larutan yang mudah terdekomposisi, dan penguapan perbedaan temperatur rendah.
Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan kilang terbesar diantara 7 kilang pertamina di Indonesia, dengan kapasitas 348.000 barrel/hari. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap ini dirancang oleh Shell Internasional Petroleum Maatschappij... more
Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan kilang terbesar diantara 7 kilang pertamina di Indonesia, dengan kapasitas 348.000 barrel/hari. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap ini dirancang oleh Shell Internasional Petroleum Maatschappij dan kontaktor Flour Estern Inc dimulai pada tahun 1974 dan mulai beroperasi pada tanggal 24 Agustus 1976. Kilang ini dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, seperti Arabian Light Crude (ALC), Arjuna Crude, Iranian Light Crude (ILC), Basrah Light Crude (BLC), Nigerian Crude, Vietnam, China, Australia, Tapis, dll. Kilang ini didirikan dengan maksud selain menghasilkan BBM juga untuk mendapatkan produk non BBM (NBM), yaitu berupa bahan dasar minyak pelumas (Lube Base Oil) dan Aspal yang sangat dibutuhkan dalam negeri. Sedangkan Kilang Paraxylene yang dibangun pada tahun 1987 dirancang untuk mengolah naphta menjadi paraxylene dan benzene.
Kilang I Area Fuel Oil Cimplex 1(FOC 1) dirancang untuk mengolah minya mentah jenis Arabian Light Crude (ALC), Arjuna Crude, Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude (BLC) dengan kapasitas pengolahan 118.000 barrel per hari. Fuel Oil Compelx 1 memiliki 9 unit: Crude Distilling Unit (CDU), Naphtha Hydrotreater Unit (NHT), Hydro Desulphurizer (HDS), Platformer Unit, Propane Manufacturing Unit, Kero Merox Treater Unit, Sour Water Stripper Unit, Nitrogen Plant Unit dan Contaminant Removal Process Unit.
Tugas khusus yang dikerjakan yaitu mengevaluasi performance furnace 12F-1 Naphtha Hydrotreater Unit pada Kilang Fuel Oil Complex (FOC I). Proses pengerjaan tugas khusus meliputi pengumpulan data primer (data aktual lapangan dan control room) serta data perancangan alat dari manual operation book Fuel Oil Complex I).
ABSTRAK Flower essential oils can't be taken by distillation, which is the oils' component will damage because of hydrolysis and polymerization process. High-boiling components can't be transported by water vapor so its yield and quality... more
ABSTRAK Flower essential oils can't be taken by distillation, which is the oils' component will damage because of hydrolysis and polymerization process. High-boiling components can't be transported by water vapor so its yield and quality of the oil product is low. The alternative method for producing flower essential oils is an enfleurage process. Enfleurage is essential oil extraction process using cold fat, where the scent of flowers is absorbed by fat. The aim of the research is to obtain information about the optimum conditions based on essential oils of flowers through enfleurage method. Enfleurage process was begun with prepared the adsorbent which was made from mixing of vegetable fat and animal fat in ratio of 1:1. Fat was heated up to 60 0 C further stirring for 15 minutes. As long as stirring, the fat mixture was mixed with benzoate and stirred for 2 hours. After the adsorbent was ready, a chassis was smeared with a layer of fat and flowers were palced in surface of fat for 1, 3, 5, 7, 9 and 11 days. The process was repeated with change the flowers every 24 hour with fresh flowers. When contact time had finished, fat was extracted using alcohol and it was separated by vacum distillation. The maximum yield was obtained for 5 days 0.89 % for jasmine, 0.88 % for rose and 0.84 % for frangipani. The enfleurage process is an effective method to produce flowers essential oils. The success of it depends on type of adsorbent, the level of florescence, as well as enfleurage's period.