Rasisme Research Papers - Academia.edu (original) (raw)

Racismo en el Perú Una problemática desde la época colonial Racismo en el Perú es una problemática que a más tardar en la época colonial se acuñó en la sociedad peruana, y de la que no hemos podido librarnos. Incluso se ha convertido... more

Racismo en el Perú Una problemática desde la época colonial Racismo en el Perú es una problemática que a más tardar en la época colonial se acuñó en la sociedad peruana, y de la que no hemos podido librarnos. Incluso se ha convertido parcialmente en algo "usual" para muchos. Por un lado los agresores y por otro los agredidos se ven confrontados día a día con racismo y muchos ya ni se inmutan. Hay muchas preguntas que tienen que ser aclaradas para entender la situación y el cómo y porqué hemos llegado hasta donde estamos. En este artículo voy a tratar de dar una visión conjunta del tema racismo en general, de su difusión en el Perú y de la situación actual. Empezando por el origen de este término hasta llegar a ver ejemplos reales de racismo y del discurso racista en la sociedad y en los medios de comunicación. ¿Cuál es el origen del término raza como designación biológica? Desde un punto de vista biológico, la palabra raza denomina la combinación de seres vivos que difieren en su patrimonio común de otros de la misma especie. 1 Etimológicamente visto, "raza", como palabra, tiene una historia relativamente joven. Pero ha alcanzado conquistar los campos semánticos de términos de clasificación y orden como, "género", "variedad", que también son encontrados en nombres de grupos político-sociales como "natio", (pueblo) o nombres de idiomas como "celtas", (alemanes) "etc. Cuando esta palabra es usada para distinguir o definir los tipos humanos de acuerdo con las características somáticas, "raza" tiene una acepción descriptiva. Pero dado el caso que este símplex fue utilizado desde su origen para subrayar el criterio de "comunidad de origen" y menos para individuos, lleva una connotación política. Por este motivo el término "raza" fue asumido como parte de la terminología política-social. Para luego desarrollarse hasta llegar al término "racismo". En las ciencias naturales se utiliza este término con un contenido significativo neutral. Desde el tiempo de las ideologías de finales del siglo XIX, y más aún desde el periodo inhumano de los años cuarenta, la coloración peyorativa socio-política es extrema. El antropólogo Egon von Eickstedt hizo el intento de evadirlo y propuso el uso del término "variedad". Su intento no tuvo éxito ya que "raza" se había expandido y establecido mundialmente. Origen etimológico del término ‚raza' Si se busca el origen etimológico del término ‚raza', se va a dar con una cantidad de explicaciones muy distintas. Esta palabra pertenece a las lenguas romances desde el siglo XIII. Fue utilizada para designar la pertenencia a una casa, como "género noble", o como sinónimo de dinastía.

Dimana-mana oenag kulit hitam masalah
Kenapa dimana-mana rasisme

Rasisme merupakan suatu penekanan atau penindasan yang terjadi secara sistematis, dalam artian dilakukan bersama oleh suatu ras terhadap ras lain. Hal ini dilakukan dalam rangka menghilangkan atau mengikis keberadaaan ras yang tidak... more

Rasisme merupakan suatu penekanan atau penindasan yang terjadi secara sistematis, dalam artian dilakukan bersama oleh suatu ras terhadap ras lain. Hal ini dilakukan dalam rangka menghilangkan atau mengikis keberadaaan ras yang tidak diinginkan baik karena dianggap bukan ras murni, atau sekadar pemahaman turun menurun menganggap ras tersebut sebagai lawan atau musuh. Rasisme telah terjadi pada masa sebelum kapitalisme muncul. Rasisme diberlakukan sebagai akibat dari kekalahan peperangan. Rasisme tersebut dilakukan melalui perbudakan. Pemenang perang akan menjadikan pihak yang kalah sebagai budaknya. Pada tahun 1600an ketika kapitalisme muncul, menyusul rasisme tak hanya ada sebagai akibat dari peperangan, tapi menjadi hal yang turun menurun atau tertanam dalam kebudayaan. Kemudian setelah pedagang Eropa menyadari posisi Eropa sebagai negara yang memimpin kekuatan militer pasca perang dingin karena persenjataan mereka seperti kapal dan senjata api, mereka kemudian menjajah Afrika dan mengeksploitasi kekayaan alamnya. Begitupula masyarakat Afrika itu sendiri dijadikan budak. Untuk mencari pembenaran berkaitan dengan praktek perbudakan mereka, Amerika menanamkan paham bahwa Afrika tidak memiliki masa lalu atau sejarah sebelum kehadiran Amerika dan orang Afrika hidup dalam kesengsaraan. Sehingga setelah mereka datang, mereka menemukan Afrika, seakan Amerika justru merupakan penyelamat Afrika. Amerika juga membuat suatu teori ilmiah dalam rangka mencari pembenaran yaitu berkaitan dengan keunggulan kulit putih dan kekurangan/ kerendahan kulit hitam. Salah satu teori yang ada dikemukakan oleh 'pengusaha' budak Thomas Jefferson yang menyatakan hubungan evolusi manusia dengan kulit hitam, tentunya dengan persepsi buruk. Sehingga, pada kesimpulannya, ia menyatakan bahwa kulit hitam lebih rendah dibanding kulit putih baik secara fisik maupun otak atau kecerdasan.

Penelitian ini membedah praktek rasisme dalam pemberitaan mengenai para pendatang asal Papua di media lokal daring di Yogyakarta, yakni RadarJogja.co.id dan HarianJogja.com. Secara khusus, penelitian ini menyelidiki ada tidaknya wacana... more

The short story CLARA written by Seno Gumira Ajidarma, and translated by Michael H, Bodden tells about tells Clara, she is a Chinese woman who became one of the victims of sexual harassment that happen during riots in 1998. There are... more

The short story CLARA written by Seno Gumira Ajidarma, and translated by Michael H, Bodden tells about tells Clara, she is a Chinese woman who became one of the victims of sexual harassment that happen during riots in 1998. There are hundreds of Chinese woman who was raped and sexually abused in the riots some even gang-raped, brutally tortured, then killed. In the riot, many Indonesian citizens of Chinese descent who left Indonesia (1998). The writer, Seno Gumira Ajidarma placed himself as the reporter who wanted to record and report the incident of sexual harassment that experienced by Clara. In beginning and the end of the story, the author portrayed himself as a dog or pig who wearing a uniform because he interested to raping her too. CLARA shows the reader about the inability of government in Indonesia to protect and care the society at the time, during the riots in Mei 1998. The scope of this fiction prose review includes biographical sketch of the writer, plot, character, point of view and setting.
Keywords : I, Chinese women, sexual harassment, Clara.

Rasisme adalah sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras... more

Rasisme adalah sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Rasisme menjadi faktor pendorong diskriminasi sosial, kekerasan rasial, bahkan pemicu genosida, peristiwa, situasi yang menilai berbagai tindakan, dan nilai dalam suatu kelompok berdasar perspektif kulturalnya yang memandang semua nilai sosial masyarakat lain diluar diri mereka salah dan tidak dapat diterima. Berdasarkan perbedaan dalam suatu ras atau golongan dengan kata lain memiliki kelainan daripada umumnya yang condong mendasar pada diskriminasi yang menyebabkan perpecahan dalam berbagai pihak.

Kenapa tiap tahun pelanggaran sudah jelas tapi tak ada diskusi

"Rasisme" er et ord som hyppig benyttes uten at dets innhold defineres nærmere. Den offentlige debatt gir oss inntrykk av at ordet har et entydig innhold. Det er et stort sprik fra denne tilsynelatende konsensus til de til dels krasse... more

"Rasisme" er et ord som hyppig benyttes uten at dets innhold defineres nærmere. Den offentlige debatt gir oss inntrykk av at ordet har et entydig innhold. Det er et stort sprik fra denne tilsynelatende konsensus til de til dels krasse strider som har blitt fert om rasismebegrepet innenfor samfunnsvitenskap og humaniora. Forskere på dette feltet strides om hvilke definisjoner og fortolkninger som skal være gjeldende. En grunn til at det er så vanskelig å enes om en rasismedefinisjon er at rasisme er et politisk fenomen som vekker sterke moralske følelser. Verdiladede begreper blandes ofte inn i den samfunnsvitenskapelige debatten, og gjør det vanskelig å diskutere fenomenet med tilstrekkelig analytisk klarhet. Et annet problem er at forskere er uenige om hva fenomenet er. Er det en ideologi eller doktrine, som må diskuteres på linje med andre tilsvarende fenomener, som nasjonalisme, liberalisme, sosialisme, nasjonalsosialisme, eller er det en emosjonell tilstand preget av frykt, aggresjon, hat og misunnelse, og som må forstås ut fra teorier om personlighet eller uheldig sosialisering? Et annet fremtredende spørsmål er hvorvidt det er mulig a avgrense hva nye varianter av rasisme består av til forskjell fra de 'gamle', og om endringene består av gammel rasisme forkledd i ny drakt, eller en grunnleggende ny form for argumentasjon. Det har er også uenighet med henhold til hvor grensene gar mellom rasisme og nærliggende fenomener som nasjonalisme, sexisme, fremmedfrykt og nazisme.

ABSTRAK Indonesia dikenal sebagai negara multikultural yang memiliki ribuan suku bangsa serta menganut agama yang berbeda-beda dari sabang hingga merauke. Dengan adanya perbedaan tersebut, Indonesia seringkali mengalami konflik yang... more

ABSTRAK
Indonesia dikenal sebagai negara multikultural yang memiliki ribuan suku bangsa serta menganut agama yang berbeda-beda dari sabang hingga merauke. Dengan adanya perbedaan tersebut, Indonesia seringkali mengalami konflik yang berujung pada rasisme. Tujuan penulisan artikel ini untuk memberikan gambaran bahwa tindakan rasisme dapat meruntuhkan esensi dari nilai luhur yang tertanam dalam Pancasila dan juga semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Apabila kasus diskriminasi yang berujung pada rasisme tersebut masih tetap berlanjut, maka rakyat sama saja dengan meruntuhkan pondasi dari suatu negara yaitu keutuhan NKRI yang selama ini telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan perwujudan dibentuknya Pancasila sebagai dasar dari segala sumber hukum. Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan deskriptif dan kajian kepustakaan. Hasil dari kesimpulan artikel ini yaitu di Indonesia sekarang ini masih terdapar kasus rasisme dengan jumlah 101 kasus terhitung dari tahun 2011-2018 berdasarkan laporan dari badan KOMNAS HAM. Beberapa penyebab rasisme diantaranya sosialisasi dalam keluarga, keputusan kebijakan pemerintah, budaya adat istiadat, aspek rasisme, diskriminasi ras, serta prasangka ras.
ABSTRACT
Indonesia is known as a multicultural country that has thousands of ethnic groups and adheres to different religions from Sabang to Merauke. With these differences, Indonesia often experiences conflicts that lead to racism. The purpose of writing this article is to illustrate that acts of racism can undermine the essence of the noble values ​​embedded in Pancasila and also the slogan "Bhinneka Tunggal Ika". If the discrimination cases that lead to racism continue, then the people are tantamount to destroying the foundation of a country, namely the integrity of the Republic of Indonesia which heroes have been fighting for with the creation of Pancasila as the basis of all sources of law. The writing of this article uses a descriptive approach and literature review. The result of the conclusion of this article is that in Indonesia currently there are still cases of racism with a total of 101 cases from 2011-2018 based on a report from the KOMNAS HAM agency. Some of the causes of racism include socialization in the family, government policy decisions, cultural customs, aspects of racism, racial discrimination, and racial prejudice.
Kata Kunci : Rasisme, Pancasila, Diskriminasi

Kasus pengepungan asrama Mahasiswa Papua di Surabaya ini dilatar belakangi oleh beredarnya kabar pengerusakan tiang bendera dan pembuangan bendera merah putih ke selokan oleh Mahasiswa Papua. Berdasarkan teori Masyarakat Pancasila dan... more

Kasus pengepungan asrama Mahasiswa Papua di Surabaya ini dilatar belakangi oleh beredarnya kabar pengerusakan tiang bendera dan pembuangan bendera merah putih ke selokan oleh Mahasiswa Papua. Berdasarkan teori Masyarakat Pancasila dan Konflik, kasus ini termasuk ke dalam ketegori tindakan diskriminasi dan rasisme, karena para anggota dari aparat negara telah melakukan pebuatan tidak adil dan main hakim sendiri (diskriminasi) dan mengeluarkan kata – kata tidak pantas (rasisme) terhadap Mahasiswa Papua. Dari sini kita belajar sudah semestinya sebagai bagian dari Indonesia yang lahir dari keanekaragaman suku, ras, dan budaya, kita harus saling menghargai dan bertoleransi terhadap sesama demi menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.

Siden 22/7 har det kommet en rekke bøker som på ulike måter søker å belyse, forstå og forklare terroren som rystet Norge. Med boken Anders Breivik and the Rise of Islamophobia ønsker Sindre Bangstad å gi et antropologisk bidrag som... more

Siden 22/7 har det kommet en rekke bøker som på ulike måter søker å belyse, forstå og forklare terroren som rystet Norge. Med boken Anders Breivik and the Rise of Islamophobia ønsker Sindre Bangstad å gi et antropologisk bidrag som retter seg mot et inter-nasjonalt så vel som et norsk publikum. Bangstad karakteriserer i forordet sitt eget ståsted som en antropologi som er engasjert og forpliktet på menneskerettigheter og på å fremme et multikulturelt (men ikke multikulturalistisk) samfunn tuftet på lik rett til verdighet for alle borgere, uavhengig av personlig tro eller overbevisning. Denne innledende posisjoneringen sier noe om vanskeligheten ved å skrive antro-pologi om naere og kontroversielle spørsmål. Målet med boken er ifølge forfatteren todelt. Han ønsker for det første å kaste lys over den retningen samfunnsdiskurser om islam og muslimer har tatt i Norge de se-nere tiårene. I og med at de diskursive skiftene det er tale om reflekterer og er relevant for samfunnsutvikling i andre deler av Europa, ønsker forfatteren for det andre å bidra til en bredere faglig diskusjon om innvandring, integrasjon, og islamofobi.

Babi Buta yang ingin terbang merupakan film Edwin yang dirilis pada tahun 2008. Apa yang membuat film ini menjadi menarik dengan cara yang aneh bagi penulis, dikarenakan film ini dibuat untuk mengenang sepuluh tahun peristiwa May 1998 -... more

Babi Buta yang ingin terbang merupakan film Edwin yang dirilis pada tahun 2008. Apa yang membuat film ini menjadi menarik dengan cara yang aneh bagi penulis, dikarenakan film ini dibuat untuk mengenang sepuluh tahun peristiwa May 1998 - peristiwa yang cukup kental akan isu rasisme terhadap Cina di kala itu. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba menganalisa bagaimana Babi Buta ingin Terbang merepresentasikan isu tersebut.

Denne studien beskriverhverdagen for sykepleiere, hvordan sykepleiere med innvanderbakgrunn eller som ikke er etnisk norske - det vil si hvite - blir forbigått, marginalisert, ekskludert, og diskriminert. Idealet er at arbeidstakere i det... more

Denne studien beskriverhverdagen for sykepleiere, hvordan sykepleiere med innvanderbakgrunn eller som ikke er etnisk norske - det vil si hvite - blir forbigått, marginalisert, ekskludert, og diskriminert. Idealet er at arbeidstakere i det norske helsevesenet med samme formelle utdannelse skal gi samme rettigheter og muligheter. Studien beskriver hvordan det norske arbeidslivet ikke har de samme normer, regler, vilkår og standarder for "oss" og "de andre" - hva som skjer i praksis "på golvet". Der blir ofte kompetansen til sykepleiere med innvandrerbakgrunn, som for eksempel flere språk og kulturell innsikt, ansett som verken nyttig eller viktig. Studien beskriver og analyserer både makro, meso og mikronivåene: Det "norske", institusjonene (Systemet) og individene. Den bygger empirisk på antropologiske feltarbeid i tre helseinstitusjoner i Oslo-området: En og avdeling på et sykehus, et sykehjem og en hjemmehjelpavdeling.

Penegakan hukum kepada orang Papua menunjukan penegakan yang Rasis.

I spotted some (intriguingly disturbing) ads in my city,Jogjakarta, a city rich with Javanese culture in its heart. The ads in questions are those using Western models or those with fairer (if not whiter) skin-tone. I wonder as to why... more

I spotted some (intriguingly disturbing) ads in my city,Jogjakarta, a city rich with Javanese culture in its heart. The ads in questions are those using Western models or those with fairer (if not whiter) skin-tone. I wonder as to why they are used as the model when in fact the main costumers are mostly Javanese or Indonesians. Hmmmmm...it's just my rants over 140 seconds while waiting for the light turned into green at an intersection in Jogjakarta on my way to work this morning.

Duyduğumda kusma duygusu uyandıran sözcüklerin başında “tolerans” ve “hoşgörü” gelir. Buları “ötekileştirmek” veya “ötekileştirmemek” izler. Bunları da “çok kültürlülük”, “çok renklilik” izler. Keza bunları da “yaşasın halkların... more

Duyduğumda kusma duygusu uyandıran sözcüklerin başında “tolerans” ve “hoşgörü” gelir.
Buları “ötekileştirmek” veya “ötekileştirmemek” izler.
Bunları da “çok kültürlülük”, “çok renklilik” izler.
Keza bunları da “yaşasın halkların kardeşliği” izler.
Daha niceleri var ama bu kadarı yeter.
Bunların hepsi, nedense kendilerini solcu ve demokrat görenlerce enflasyoner bir şekilde kullanılan milliyetçi ve ırkçı kavramlardır.
Ama bunları bolca kullananlar bunu bilmezler ve tam da esas sorun olan budur.
En tehlikeli ırkçılık ırkçı olduğunu bilmeden yapılan ırkçılıktır; en tehlikeli milliyetçilik milliyetçi olduğunu bilmeden yapılan milliyetçiliktir.(...)"

Pendidik mempunyai kewajiban untuk menghadapi bahaya perkauman. Mendidik pelajar untuk melihat dan menghormati kemanusiaan dan martabat semua orang harus menjadi keperluan nasional, terutama jika kita ingin menyembuhkan dan mempunyai masa... more

Pendidik mempunyai kewajiban untuk menghadapi bahaya perkauman. Mendidik pelajar untuk melihat dan menghormati kemanusiaan dan martabat semua orang harus menjadi keperluan nasional, terutama jika kita ingin menyembuhkan dan mempunyai masa depan sebagai sebuah negara.

For å hjelpe romfolk, primært fra Romania, som kommer til Norge for å tigge, besluttet Kristiansand kommune å sette opp en sanitær brakke for deres bruk. Denne artikkelen argumenterer for hvorfor dette initiativet ikke vil fungere. Det... more

Pöbeleien, Herabwürdigungen, sexistisch oder rassistisch motivierte Beleidigungen, unmissverständliche Todesdrohungen: Die Hetze im Internet kennt scheinbar keine Grenzen. Aber woher kommt es, dass manche Menschen – sobald sie im... more

Sebilangan orang mengatakan bahawa mereka menentang perlakuan berlutut kerana mereka melihatnya sebagai pernyataan politik dan perkara itu tidak mempunyai tempat dalam sukan.

Carl W Jones tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang... more

Carl W Jones tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas. Merek-merek besar mendukung Black Lives Matter, namun dunia iklan masih perlu dekolonisasi Merek-merek ternama seperti Nike dan Adidas telah menyuarakan solidaritas pada gerakan Black Lives Matter (gerakan sosial mendukung hak-hak orang kulit hitam) dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan dan iklan-iklan dukungan. Nike menggunakan slogan mereka "Just Do It" untuk meminta para konsumen "for once, Don't Do It" hingga tagar #Solidariteayang dipakai oleh banyak merek teh. Sejumlah besar pesan-pesan ini disertai dengan janji para perusahaan untuk menelisik sejarah mereka dan praktik-praktik usaha yang mereka lakukan untuk melihat apa yang dapat mereka lakukan untuk menangani masalah rasisme struktural. Pada akhirnya, muncul gagasan tentang perlunya kita melakukan dekolonisasi pada berbagai bidang di masyarakat. Namun, tentu saja, gagasan itu sendiri bukanlah barang baru. Kita telah menyaksikan seruan-seruan dan upaya-upaya dekolonisasi dalam kurikulum, sistem angkutan atau transportasi umum, koleksi-koleksi museum, sistem kesehatan dan sebagainya, namun kini banyak pihak yang tampaknya berusaha lebih serius dalam mengambil tindakan. Dekolonisasi melibatkan penghapusan atau penulisan ulang aturan-aturan dan konsep-konsep pemikiran warisan zaman kolonial yang masih menguasai atau mempengaruhi masyarakat. Pada dasarnya ini melibatkan setiap sektor di masyarakat. Gagasan ini semakin menyebar luas. Namun, walau merek-merek besar melakukan perbaikan dan menyampaikan pernyataan-pernyataan, industri-industri yang lebih besar yang berada di balik pesan-pesan ini juga perlu ditelisik.