Al-Hadits Research Papers - Academia.edu (original) (raw)

Abstrak Berbagai pribahasa muncul dari kata waktu. Pepatah Arab memposisikan waktu layaknya pisau yang setiap saat dapat memenggal apa saja yang dilaluinya, sementara Barat memposisikan waktu layaknya uang yang harus dimanfaatkan.... more

Abstrak Berbagai pribahasa muncul dari kata waktu. Pepatah Arab memposisikan waktu layaknya pisau yang setiap saat dapat memenggal apa saja yang dilaluinya, sementara Barat memposisikan waktu layaknya uang yang harus dimanfaatkan. Sementara al-Qur'an datang dengan menggunakan banyak terma mulai dari al-waqt, al-dahr-al-zaman-al-'ashr, bahkan bagian-bagian waktu juga diungkapkan seperti al-lail, al-nahar, al-fajr dan berbagai lafal lain. Al-waqt misalnya dikhususkan pada batas akhir kesempatan atau peluang menyelesaikan suatu peristiwa. Al-Ajal menekankan pada waktu berakhirnya sesuatu, al-dahr menunjukan waktu yang dilalui alam raya. Al-Ashr waktu yang menunjukan hasil perasan, al-amad menekankan pada waktu yang terbatas, sedangkan al-abad menekankan pada waktu yang panjang tanpa batas. Sementara tabiat waktu berlalu dengan cepat, waktu tidak pernah kembali dan waktu sangat berharga, sementara manfaatnya sebagai tanda dimulai atau barakhirnya sebuah ibadah, sebagai media introspeksi dan sebagai plaining masa akan datang. Kata Kunci: Waktu-al-Dahr-al-'Ashr-al-zaman-al-Qur'an. I. PENDAHULUAN Setiap bangsa memiliki falsafahnya sendiri tentang waktu. Bangsa Arab misalnya, mempunyai falsafah ‫قطعك"‬ ‫تقطعه‬ ‫ﱂ‬ ‫إن‬ ‫كاسيف‬ ‫لوقت‬ ‫"ا‬ 1 (waktu ibarat pedang, jika engkau tidak memutusnya maka ia akan memutusmu). Maksudnya, kalau kita pandai menggunakan pedang, maka pedang itu akan menjadi alat yang bermanfaat. Tapi kalau tidak bisa menggunakannya, maka bisa-bisa kita sendiri akan celaka. Begitu juga dengan waktu, kalau kita pandai memanfaatkannya maka kita akan menjadi orang yang sukses. Tapi kalau tidak, maka kita sendiri yang akan 1 Ahmad bin 'Abd al-Karim al-'Amiriy, al-Jadd al-Hatsits fi Bayan Ma Laisa bi Hadits (t.t.: Dar ibn Hazam, t.th.), h. 253.

A critical appraisal of Western scholarship on Prophetic tradition (hadith) and its reverberation in the Muslim world.

The article focuses on the emergence and early development of hadith criticism in the late second/eighth and throughout the third/ninth century. Different rtypes of hadith-critical literature are reviewed in some detail. The article... more

The article focuses on the emergence and early development of hadith criticism in the late second/eighth and throughout the third/ninth century. Different rtypes of hadith-critical literature are reviewed in some detail. The article includes a short quantitative study of the early hadith-critical terminology.

This paper explains in detail the commence of revelation for Prophet Mohammed (SAW).

Ḥadīth cannot take on the role of the second principal source of Islamic theology and law without a grounding in the belief that the speech of the Prophet is miraculously preserved against human corruption. Such a conviction provides for... more

Ḥadīth cannot take on the role of the second principal source of Islamic theology and law without a grounding in the belief that the speech of the Prophet is miraculously preserved against human corruption. Such a conviction provides for the sanctification of hadīth that begrudges critical inquiry of the brick and mortar of this grand edifice. It may sound like a simple question to an unsuspecting mind whether hadīth was reported or created at the outset. There is, however, no facile answer to this question, for such is difficult to definitively determine even for scholars despite their general consensus that the hadīth was both reported and created in early Islamic history. This article revisits the problem of the creation of hadīth versus its reporting and investigates some of the fundamental issues pertaining to the forgery of hadīth that may have far reaching implications and can be relevant even today.

Terjemah Hadits Arbain Nawawi ke dalam bahasa Indonesia

القرآن والسنة مصدران أساسيان لتنظيم الشئون الإنسانية والحياة الدنيوية والأخروية كى يجرى الناس فى طريق مستقيم، ولذلك جاء القرآن الكريم والسنة بالبيان والتفصيل تيسيرا وتبشيرا لهم فى أعمالهم. ففى هذه الرسالة، بين الباحث عن المهر فى تصور... more

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lafal ‘atiyyah dalam hadis sebanyak 596 kata. Dari 596 kata, peneliti melakukan kritik hadis terhadap enam macam hadis saja yang kesemuanya sahih kecuali riwayat Abu Ma‘syar. Kandungan hadisnya dapat... more

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lafal ‘atiyyah dalam hadis sebanyak 596 kata. Dari 596 kata, peneliti melakukan kritik hadis terhadap enam macam hadis saja yang kesemuanya sahih kecuali riwayat Abu Ma‘syar. Kandungan hadisnya dapat diklasifikasi dalam dua bagian. Pertama; kriteria ‘at}iyyah yang menekankan keadilan dan skala perioritas dengan memperhatikan aspek kebutuhan, kemaslahatan dan kemanfaatan. Kedua; tentang urgensi ‘atiyyah yang dapat berfungsi sebagai: 1) Solidaritas sesama makhluk. 2) Media silaturrahmi antar keluarga, masyakat, negara hingga agama. 3) Menjadi strategi agama dengan membantu orang-orang yang dianggap lemah keimanannya. 4) Pengembangan harta dengan menciptakan relasi antarsesama dan balasan ukhrawi yang akan didapatkan kelak di akhirat. ‘atiyyah juga dapat menjadi alternatif pembagian harta, karena pembagian dengan cara ini tidak dibatasi jumlah pemberian, kadar pemberian dan agama orang yang menerima pemberian. ‘Atiyyah yang dijadikan alternatif penyelesaian masalah-masalah yang muncul tentang pembagian harta warisan seharusnya dibuatkan akta notaris untuk menghindari sengketa dan komplik di kemudian hari, karena akta notaris menjadi bukti sah terjadinya pemberian dan berkekuatan hukum.

Buku ini berisikan kumpulan hadits-hadits Nabi SAW seputar haji dan umrah. Menyajikan teks hadits berikut terjemahnya. Di samping itu, ada beberapa penjelasan atau ulasan, khususnya mengenai pembahasan yang terdapat ikhtilaf di dalamnya;... more

Buku ini berisikan kumpulan hadits-hadits Nabi SAW
seputar haji dan umrah. Menyajikan teks hadits berikut
terjemahnya. Di samping itu, ada beberapa penjelasan atau
ulasan, khususnya mengenai pembahasan yang terdapat
ikhtilaf di dalamnya; misalnya tentang Meminjam Dana
untuk Berhaji dan tentang Badal Haji.

ÖZ Yeryüzü ve gökyüzündeki bütün cisimlerin bir rengi vardır. Yüce Allah, bu ci-simleri kusursuz bir renk uyumu içerisinde yaratmıştır. Şüphesiz bu renk uyumu-nun ana hedefi, insan ruhudur. Nitekim son zamanlarda yapılan bazı... more

ÖZ Yeryüzü ve gökyüzündeki bütün cisimlerin bir rengi vardır. Yüce Allah, bu ci-simleri kusursuz bir renk uyumu içerisinde yaratmıştır. Şüphesiz bu renk uyumu-nun ana hedefi, insan ruhudur. Nitekim son zamanlarda yapılan bazı araştırma-larda, renklerin insanların düşüncelerini, hislerini, duygularını ve davranışlarını etkilediği tespit edilmiştir. İnsanlık tarihi boyunca her kültürde renkler, farklı anlamlar taşımıştır. Hz. Peygamber'in söz ve uygulamalarında da renkler, çeşitli çağrışımlar ifade etmiştir. Bu çağrışımları yeterli bir şekilde ortaya koyabilmek için, renklerin O'nun (sav) tutum ve davranışlarını, günlük hayatını nasıl yönlendirdiğini tespit etmemiz gerekmektedir. İşte bu çalışmada O'nun (sav) renklere ne tür anlamlar yüklediği araştırılmıştır. Ayrıca siyah, beyaz, yeşil, kırmızı, sarı ve mavi renklerin sembolik değerleri de incelenmiştir. ABSTRACT Language of Colours in Ahadith of the Prophet Muhammad All objects in the Earth and the sky have colours. Allah the Almighty has created these objects with a perfect colour harmony. In fact, the main target of this colour harmony is the human soul. As a matter of fact that, in some recent research has been realized that colours have effects on people's thougts, feels, senses and actions. Throughout the human history, colours in every culture have different meanings. Colours at Prophet's words and practices have represented various connotations as well. İn order to put forth adequately these connotations, we should study on how the colours have effects on the Prophet's attitudes, behaviors and daily life. İn this article, we would study on meaning of the colours what the Prophet has given. In addition, we would examine the symbolic values of black, white, green, red, yellow and blue colours as well.

Terjemah Fathul Bari 2 Syarah Sahih Bukhari oleh Ibnu Hajar Asqolani

Pengertian & klsifikasi hadis hasan

SEJARAH. PERKEMBANGAN DAN KEONTENTIKAN AL-QUR'AN

Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin memiliki peranan sangat penting dalam membentuk peradaban manusia yang mulia. Sebagai agama, Islam tidak saja hanya mengatur hubungan manusia dan Tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dan... more

Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin memiliki peranan sangat penting dalam membentuk peradaban manusia yang mulia. Sebagai agama, Islam tidak saja hanya mengatur hubungan manusia dan Tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dan manusia dan hubungan manusia dan alam sekitarnya. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam adalah wahyu Allah SWT yang berisikan sejarah, hukum, dan syariat-syariat untuk menuntun dan membimbing umat Islam ke jalan yang benar, yang pada akhirnya akan memuliakan manusia itu sendiri. Manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi ini sebagai pemelihara kelangsungan mahluk hidup dunia dan seisinya. Dalam rangka itulah Allah SWT membuat sebuah undang-undang yang nantinya manusia bisa menjalankan tugasnya dengan baik, manakala ia bisa mematuhi perundang-undangan yang telah dituangkan-Nya dalam kitab suci Al-Quran. Dalam Al-Qur'an telah dicakup semua aspek kehidupan, hanya saja berwujud teks yang sangat global, sehingga dibutuhkan penjelas sekaligus penyempurna akan eksistensinya. Maka Allah SWT mengutus seorang Nabi untuk menyampaikannya, sekaligus menyampaikan risalah yang Ia emban. Dari sang Nabi inilah selanjutnya lahir yang namanya Hadist, yang mana kedudukan dan fungsinya amat sangatlah penting. Sebagai kitab suci tentu saja Al-Qur’an merupakan sumber hukum utama bagi umat Islam dalam menjalankan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan Allah SWT
Islam as a religion that rahmatan lil alamin has a very important role in shaping a noble human civilization. As a religion, Islam not only regulates the relationship of humans and their God, but also human and human relations and human relations and the natural surroundings. Al-Qur'an as the holy book of Muslims is the revelation of Allah SWT which contains history, law, and Shari'a to guide and guide Muslims to the right path, which will ultimately glorify man himself. Humans were created as caliphs on this earth as the preserver of the survival of the living creatures of the world and everything in them. It is in this framework that Allah SWT makes a law that later humans can carry out their duties properly, when he can obey the laws that he has poured in the Holy Quran. In the Qur'an all aspects of life have been covered, only text that is very global, so that it needs clarification as well as perfecting its existence. Then Allah SWT sent a prophet to deliver it, and at the same time delivered the message that He was carrying. It was from this Prophet that he was born with the name Hadist, whose position and function were very important. As a holy book of course the Qur'an is the main legal source for Muslims in carrying out the commandments and leaving the prohibitions of Allah SWT

Masum İmam fikrinin ortaya çıkışının bir sonucu olarak Rasulullah(s.a.v.)’den merfu olarak nakledilen birçok rivayet önceleri mevküf hale , daha sonra ise maktü hale dönüştürüldü . Bu durum Şia hadis usulü açısından fazla bir sorun olarak... more

Masum İmam fikrinin ortaya çıkışının bir sonucu olarak Rasulullah(s.a.v.)’den merfu olarak nakledilen birçok rivayet önceleri mevküf hale , daha sonra ise maktü hale dönüştürüldü . Bu durum Şia hadis usulü açısından fazla bir sorun olarak görülmese de Sünni ulema arasında mursel , munkatı , mevkuf ve maktü rivayetlerin reddinde önemli bir etki yapmıştır. Masum İmam inancı , bir yandan merfu rivayetlerin mevküf , mevküf rivayetlerin ise maktu hale dönüştürülmesine yol açarken aynı zamanda yazılı rivayetlere olan ilgiyi de azaltmıştır. Bu ise Şii yazılı kaynaklarının önem kazanmasının gecikmesine yol açtı. 12. İmamın gaybetu’s-suğraya sonra ise gaybetu’l-kubraya girişi düşüncesi ile Şia rivayet tarihinde yeni bir dönem başlamış ve yazılı rivayetlere olan ilgi tekrar artmıştır. Ancak bunun çok geç dönemlerde gerçekleşmesi rivayetler için farklı sorunları gündeme getirdi. Elinizdeki bu çalışma ile , tüm bu gelişmeler ve ortaya çıkan sorunlar anlaşılır kılınmaya çalışıldı.

by andri sulfauzon. my genius friend. a student of UIN SUSKA RIAU. Suatu proses yang tak kalah penting dari sebuah hadits itu adalah periwayatannya, bagaimana sebuah hadits itu bisa terjaga semenjak masa Nabi hingga pada masa sekarang... more

by andri sulfauzon. my genius friend. a student of UIN SUSKA RIAU.
Suatu proses yang tak kalah penting dari sebuah hadits itu adalah periwayatannya, bagaimana sebuah hadits itu bisa terjaga semenjak masa Nabi hingga pada masa sekarang ini, tentu semua itu ada metode dan cara-cara tertentu yang di pakai oleh seorang perawi dalam menerima dan menyampaikan hadits tersebut. Inilah yang insyaAllah akan kami bahas dalam makalah ini, yaitu mengenai periwayatan hadits, Banyak diantara kita hanya tahu matan atau isi dari hadits tersebut, kita tidak pernah tahu bagaimana hadits itu disampaikan, mulai dari masa Nabi hingga hadits-hadits itu dibukukan oleh para ulama. Dengan latar belakang banyaknya orang yang tidak tahu mengenai periwayatan hadits inilah kami akan membahas pada makalah ini sebuah pembahsan yang berjudul ‘periwayatan hadits’.

Banyak di antara kaum Muslimin yang belum mengetahui bagaimana cara menuntut ilmu agama yang benar, sehingga ia mendapatkan ilmu yang kokoh dan bermanfaat. Bahkan sebagian penuntut ilmu mereka menuntut ilmu tanpa arah, tanpa metode, tanpa... more

Penelitian ini bertujuan mengetahui status-status hadis dalam kitab “Maslakul Akhyar” karya Sayyid Utsman. Kitab ini menghimpun doa-doa dan zikir sehari-hari, yang dapat diamalkan oleh kita. Sayyid Utsman menisbatkan penamaan kitab ini... more

Penelitian ini bertujuan mengetahui status-status hadis dalam kitab “Maslakul Akhyar” karya Sayyid Utsman. Kitab ini menghimpun doa-doa dan zikir sehari-hari, yang dapat diamalkan oleh kita. Sayyid Utsman menisbatkan penamaan kitab ini dengan menyandarkannya kepada Rasulullah Saw.
Apapun motifnya, namun hal ini menarik untuk dikaji di kalangan pelajar hadis, khususnya dalam bidang Takhrij Hadis, supaya kita dapat mengetahui apakah benar doa ini bersumber dari Nabi SAW atau sebaliknya. Peneliti menggunakan Manhaj al-‘Iraqi dalam kitab “al-Mughni” dan Ibnu Hajar dalam kitab “ad-Dirāyah” dalam menakhrij hadis-hadis dalam kitab ini.
Setelah meneliti kitab ini, dari 46 doa, terdapat 62 hadis, dan rinciannya: yang shahih berjumlah 43 hadis, sama dengan 70%, yang dhaif berjumlah 12 sama dengan 18%, yang tidak memiliki asal berjumlah 6 sama dengan 9%, dan dua hadis yang tidak dihukumi, sama dengan 2%.
Selain itu, temuan peneliti diantaranya adalah bahwa ada beberapa doa yang bertambah lafaznya, tidak sesuai yang sebagaimana disebutkan dalam hadis. Dan, ada pula beberapa, satu doa yang ternyata terdiri dari beberapa hadis.
Sumber rujukan Sayyid Utsman dalam menukil doa-doa ini beragam, diantaranya adalah Kutubuttis’ah dan kitab-kitab hadis primer lainnya seperti Mu’jam ath-Thabrani, al-Mustadrak, dan lain-lain. Terhitung ada dua puluh kitab yang jadi rujukan selain Kutubuttis’ah. Hal ini menandakan beberapa kemungkinan, apakah Sayyid ‘Utsman adalah seorang ahli hadis, atau doa-doa yang terhimpun dalam kitab tersebut adalah hasil menukil dari kitab lain.
Setelah meneliti hadis-hadis di kitab ini, peneliti menyimpulkan bahwa penisbatan kitab doa-doa ini kepada Nabi sah-sah saja. Dan di luar praduga tersebut, Sayyid ‘Utsman memiliki sumbangsih berupa karya literasi berjumlah puluhan yang manfaatnya kentara di Bumi Nusantara.

The study seeks to shed light on the relationship between the Prophet’s hadith and the religious concerns of our youth, who lives modernity in its purest form. They are confronted by Hadith texts that constitute a barrier from embracing... more

The study seeks to shed light on the relationship between the Prophet’s hadith and the religious concerns of our youth, who lives modernity in its purest form. They are confronted by Hadith texts that constitute a barrier from embracing modernity and its values, they are always seeking a just attitude about it. The study tends to provide a methodical answer to this question, so that the young people will stand on solid ground in the face of the predicament of modernity, and will have convincing answers to its doctrinal and comprehensive life questions.
the study depends in presenting its proposed answer on a survey, in which it explores the opinions of young people about the extent of the intellectual predicament they live in at the level of submission to the religious orders, (Halal and Haram). The Prophet’s hadith in these matters has a foundational status as is evident.
the study presents its methodical proposal on the approach to dealing with prophetic texts. It clarifies the differences between the detailed reading of the texts that belong to the people of hadith, and the total reading of the texts that belong to the people of opinion. As well as it tests which of these two approaches is the closest to answering the questions of modernity and the closest to the awareness of young people and their needs, is it the first or the second method, or they must be presented together in the intellectual Hadith activities. the latter is what the study chooses and provides evidence for its validity.

Ulumul hadits
Sanad
jenis-jenis hadits
sunnah
inkar sunnah
sejarah pembukuan hadits
Syarat hadits

1. Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits Nabi SAW. 2. Ilmu Hadits Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits Nabi SAW. Objek... more

1. Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits Nabi SAW.
2. Ilmu Hadits Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits Nabi SAW. Objek kajiannya adalah Hadits Nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya.
3. Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kumpulan kaidah-kaidah dan masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau di tolaknya. Rawi adalah orang yang menyampaikan Hadits dari satu orang kepada yang lainnya; Marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW atau kepada Sahabat dan Tabi`in. Ilmu Hadits Dirayah inilah yang selanjutnya disebut dengan Ulumul Hadits.
4. Cabang-cabang Ulumul Hadits diantaranya adalah:
a. Ilmu Rijal Al-Hadits
b. Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil
c. Ilmu Fannil Mubhamat
d. Ilmu Mukhtalif al-Hadits
e. Ilmu `Ilalil Hadits
f. Ilmu Gharibul-Hadits
g. Ilmu Nasikh dan Mansukh Hadits
h. Ilmu Asbab Wurud al-Hadits (sebab-sebab munculnya Hadits)
i. Ilmu Mushthalah Hadits

Terjemah Fathul Bari 1 Syarah Sahih Bukhari oleh Ibnu Hajar Asqolani

Kumpulan 40 bab yang berisi hadits dari Nabi Muhammad SAW untuk motivasi keimanan, akhlaq dan ibadah menurut syari'at agama Islam.

Hadits Shahih Bukhari No 4175 5195 tentang suatu amalan. Umar berkata; Amalan apakah? Ibnu Abbas menjawab; tentang suatu amalan. Umar melanjutkan; yaitu tentang seorang laki-laki yang kaya, lalu dia beramal dengan menta'ati Allah Azza Wa... more

Hadits Shahih Bukhari No 4175 5195
tentang suatu amalan. Umar berkata; Amalan apakah? Ibnu Abbas menjawab; tentang suatu amalan. Umar melanjutkan; yaitu tentang seorang laki-laki yang kaya, lalu dia beramal dengan menta'ati Allah Azza Wa Jalla. Kemudian Allah mengutus syetan kepadanya. Maka ia pun melakukan maksiat hingga ia tenggelamkan amalan kebaikan yang telah dilakukannya. Bab: [Bab] Surat al Baqarah ayat 273

Syed Muhammad Naguib Al-Attas senantiasa dalam diskursus tentang ilmu menekankan bahwa epistemologi ilmu Barat dilandasi oleh Skeptisisme (keraguan). Acuan Barat tersebut dalam usaha menopang tiang-tiang keilmuan, malah membuat mereka... more

Syed Muhammad Naguib Al-Attas senantiasa dalam diskursus tentang ilmu menekankan bahwa epistemologi ilmu Barat dilandasi oleh Skeptisisme (keraguan). Acuan Barat tersebut dalam usaha menopang tiang-tiang keilmuan, malah membuat mereka melakukan pengorbanan besar, yakni keyakinan (baca: Agama-pen). Tentunya, keberanian semacam itu hanya bisa dilaksanakan dengan kepercayaan diri yang total terhadap akal mereka, sehingga jembatan yang mengantarkan lahirnya sistem ilmu Barat ialah Rasionalisme yang kemudian ditambah dengan Empirisme. Salah satu tokoh Rasionalisme yang menjadi pesohornya, Rene Descartes bahkan dengan lantang mencetuskan jargon De Omnibus Dubitandum yang berarti segala sesuatu harus diragukan. Berbeda dengan Barat, epistemologi ilmu dalam Islam dilandasi oleh wahyu. Sehingga tashdiq (Iman/pembenaran) ikut berperan serta dalam wilayah keilmuwan. Dengan begitu, apa yang disebut ilmu adalah apa yang telah disampaikan oleh wahyu, baik dalam al-Qur'an maupun as-Sunnah. Dalam tataran nilai epistemologi Islam ini, data atau informasi apapun yang diluar wahyu tidak dapat diterima kebenarannya, apalagi keraguan, suatu hal yang begitu jauh bahkan dari kebenaran (al-haqq), bahkan kebenaran yang nisbi/relatif sekalipun. Dalam salah satu kaidah bahkan disebutkan al-yaqiinu laa yuzaalu bi asy-syak (keyakinan tidak bisa hilang dengan keraguan). Oleh karenanya, setiap orang harus mengetahui tempatnya masing-masing, antara orang yang hidup di dalam keraguan dan keyakinan. Disinilah konsistensi, ketegasan, dan kemapanan ilmu yang muncul dari landasan wahyu, ilmu ini tak akan lekang oleh zaman, tidak tersentuh oleh perubahan, dan tidak dibatasi oleh sejarah atau sekat-sekat lainnya. Dalam konteks ini, hadits yang notabene merupakan berasal dari wahyu selain al-Qur'an memiliki keserasian dengan zaman, perubahan dan modernisasi tidak lantas membuat hadits dan pengamalan terhadapnya menjadi tidak relevan dengan zaman. Bahkan sebaliknya, seiring dengan kemajuan di berbagai aspek kehidupan manusia malah semakin sedikit demi sedikit menyibak misteri yang terkandung dalam hadits yang sebelumnya tidak berhasil dilakukan. Umpamanya, hadits tentang jatuhnya seekor lalat pada minuman, yang mana di dalamnya Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam menyebutkan pada salah satu sayap lalat terdapat penyakit sekaligus obatnya di sayap yang lainnya. Hal tersebut telah dibenarkan

Metode dalam memahami hadis yang berkaitan dengan hal ghaib dan nyata

Hadis sebagai sumber kedua dari ajaran Islam setelah al-Qur’an, akan tetapi hadis sendiri tidak sama dengan al-Qur’an dalam masalah keautetikannya. Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir, banyak ditulis pada masa Rasul, banyak yang... more

Hadis sebagai sumber kedua dari ajaran Islam setelah al-Qur’an, akan tetapi hadis sendiri tidak sama dengan al-Qur’an dalam masalah keautetikannya. Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir, banyak ditulis pada masa Rasul, banyak yang menghafalnya, diriwayatkan secara lafal dan sudah dibukukan pada masa Nabi saw. dan dikumpulkan dalam satu mushaf pascawafatnya, akan tetapi hadis tidak demikian, pada masa Rasul saw. hadis bahkan di larang ditulis.
Keberadaan hadis (sunnah) sebagai khazanah amat berharga bagi Islam dan umat pemeluknya, karena hadis merupakan sumber ajaran yang berlaku hingga hari kiamat. Kedudukan tersebut amat erat hubungannya dengan kerasulan maupun nubuwwah Muhammad saw. yang menjadi pamungkas sejarah kerasulan. Oleh karenanya, pemahaman tentang hadis (sunnah) harus terus dikaji dari kemungkinan kesalahan dan penyimpangan. Banyaknya perbedaan pendapat bahkan yang mengarah kepada penghukuman kafir, sesat atau bid'ah disebabkan karena kesimpangsiuran pemaknaan terhadap hadis atau sunnah. Lebih anehnya, mulai muncul sekte atau kelompok pengingkar terhadap hadis (inkar al-sunnah) yang memicu ketidakpedulian umat Islam terhadap hadis atau sunnah yang seharusnya menjadi sumber ajaran Islam.
Di samping itu, tantangan lain adalah munculnya sekte-sekte dalam Islam dengan membawa ideologi yang eksklusif, yang terkadang menyalahkan sekte lain bahkan mengkafirkannya atas nama hadis Nabi saw. Di antara sekte tersebut adalah Sunni yang mengklaim sebagai ahl al-sunnah wa al-jama’ah, sekte Muktazilah yang lebih menekankan pada penggunaan akal, sekte Sufi yang menekankan pada makrifah kepada Allah, sekte Syiah yang lebih mengedepankan ahl al-bait (keluarga Nabi saw.), sekte Khawarij yang lebih menekankan pada pemahaman tekstual, baik terhadap al-Qur’an maupun terhadap hadis.
Tantangan lain munculnya sarjana Barat (Orientalis) yang memberikan perhatian besar dalam mempelajari hadis meskipun hanya didorong oleh kepentingan sejarah (historical interest). Ketika mempelajari hukum Islam, misalnya, mereka cenderung mendekatinya sebagai sebuah model pemikiran ketimbang sebuah kumpulan hak-hak, kewajiban dan peraturan-peraturan. Padahal sarjana Muslim belajar hadis lebih didorong oleh peran sentral yang dimainkan oleh hadis sebagai sumber hukum dan doktrin teologis.
Padahal di sisi yang lain, hadis mempunyai otoritas tersendiri yang wajib ditaati umat Islam, seperti halnya al-Qur'an. Hadis (sunnah) yang merupakan tindakan, dan sikap atau kesan Nabi terhadap segala sesuatu itu yang isinya mencakup segala aspek kehidupan, dari yang paling abstrak dan umum sampai yang paling konkret dan khusus.
Kebutuhan masyarakat dewasa ini terhadap hadis (sunnah) terus meningkat. Namun peningkatan kebutuhan itu tidak dibarengi dengan pemahaman yang komprehensif terhadap hadis atau sunnah itu sendiri, yang pada akhirnya memicu kebingungan masyarakat. Itu sebabnya, pengkajian terhadap hadis Nabi saw. tidak hanya menyangkut kandungan dan aplikasi petunjuk saja, melainkan pemahaman secara komprehensif terhadap ontologis, epistimologis dan aksiologis hadis (sunnah).
Pengkajian dan pemahaman secara komprehensif dengan sendirinya berarti mempertahankan sunnah sebagai sumber ajaran Islam dari rongrongan internal maupun eksternal Islam, sekaligus memisahkannya dari berbagai ketercampuran dengan ucapan dan perkataan yang bukan termasuk hadis Nabi saw.

Hz. Peygamber’e atfedilen bazı rivayetler içerisinde ilk okunuşta mana olarak ak-lımıza tuhaf gelebilecek hadisler var olabilir. Mecazi anlamda söylenmiş olup da zahiri anlamda birbirine zıtmış gibi görünen nakiller de bulunabilir.... more

Hz. Peygamber’e atfedilen bazı rivayetler içerisinde ilk okunuşta mana olarak ak-lımıza tuhaf gelebilecek hadisler var olabilir. Mecazi anlamda söylenmiş olup da zahiri anlamda birbirine zıtmış gibi görünen nakiller de bulunabilir. Herhangi bir sıhhat araştırması yapmadan böylesi rivayetleri reddetmek veya alaya almak ilmî bir yaklaşım değildir. Bu amaçla bazıları tarafından sevap kazanmanın bir aracı olarak kabul edilen kertenkelenin öldürülmesiyle ilgili rivayeti inceledik. Maka-lede hadisin farklı tarîklerini ayrı ayrı sened tenkidine tabi tuttuk ve aynı za-manda metin analizlerini yaparak metin değişmelerindeki tutarsızlıkları tespit etmeye gayret gösterdik. Bunlara ilaveten hadisin yorumunu yaparak metinle il-gili yanlış anlaşılmaları bertaraf etmeye çalıştık.

Hadits, sunnah, khabar, dan atsar merupakan materi tak terpisahkan dengan ilmu hadits atau musthalah hadits, kata hadits, sunnah, khabar, dan atsar memiliki definisi yang berbeda dari segi etimologi atau secara bahasa, hadits adalah... more

Hadits, sunnah, khabar, dan atsar merupakan materi tak terpisahkan dengan ilmu hadits atau musthalah hadits, kata hadits, sunnah, khabar, dan atsar memiliki definisi yang berbeda dari segi etimologi atau secara bahasa, hadits adalah al-jadid (sesuatu yang baru), sunnah berarti al-thariqah (jalan yang dilalui) baik terpuji atau tercela, khabar berarti al-naba’ yaitu (kabar atau berita) yang berasal dari nabi, sedangkan atsar diartikan al-baqiy yang berarti (peninggalan atau bekas) dari nabi Muhammad saw., namun secara terminologi definisi hadits, sunnah, khabar, dan atsar memiliki arti yang sama yakni sesuatu yang disandarkan kepada nabi saw, dari ucapan atau perbuatan atau ketetapan, atau sifat nabi atau yang disandarkan kepada sahabat dan tabiin. Hadits mepunyai kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur’an sebagaimana tertulis dalam al-Qur’an dan hadits dan diakui oleh ijma’. Disamping itu hadits memiliki fungsi sebagai bayan al-taqrir (penjelas al-Qur’an), bayan tasyri’ yang mana memberi kepastian hukum dikala tidak ada ayat al-Qur’an yang menjelaskan dan bayan al-tafsir (penafsir al-Qur’an) yang dibagi menjadi tiga (takhshis ‘am, tafsir nasakh, dan bayan mujmal).