Good Corporate Governance Research Papers (original) (raw)
Governance has emerged as a major concern in the higher education sector. Although evaluation of performance of governance is widely used in the private and public sectors, little attention has been given to the assessment of good... more
Governance has emerged as a major concern in the higher education sector. Although evaluation of performance of governance is widely used in the private and public sectors, little attention has been given to the assessment of good governance practices in university contexts. The purpose of this paper was to describe the changes in government policy associated with the introduction of Governance Protocols that have impacted on the higher education sector and to answer the research question: do Australian Universities apply the best practice corporate governance measures?. Data for the study were compiled from annual reports and the Web pages of 37 publically funded universities in Australia and Selected Higher Education Statistics Collection. The assessment criteria were derived from the National Governance Protocols. Findings revealed that Australian universities as independent corporations apply the universal best practice corporate governance indicators as governance measures.
- by and +1
- •
- Good Corporate Governance
This study aims to examine the relationship between the OECD Principles of Corporate Governance on social responsibility accounting disclosure (SRAD) in Jordanian companies listed in the Amman Stock Exchange (ASE). The questionnaire and... more
This study aims to examine the relationship between the OECD Principles of Corporate Governance on social responsibility accounting disclosure (SRAD) in Jordanian companies listed in the Amman Stock Exchange (ASE). The questionnaire and annual reports were both employed to collect the information from 104 companies in financial, services, and industrial sectors. SmartPLS3 was used to analyse the data. This study found that there is a relationship between the principle of the role of stakeholders, the principle of the rights of shareholders and key ownership functions and social responsibility accounting disclosure at p-value 0.029* and 0.022* (one tail) respectively. While there isn’t a relationship between the other principles with social responsibility accounting disclosure. Therefore, it is recommended that Jordanian government should formulate a policy which will further encourage the listed companies toward social activities and their disclosure. The findings will no doubt be useful to the Jordanian policy makers, the board of directors, and other stakeholders in both ASE listed and unlisted companies.
- by STA Law Firm and +1
- •
- Cybercrimes, Arbitration, Corporate Governance, Arbitration Law
This project examines recent and ongoing misconduct in the financial sector and implications for corporate governance and accountability. The misconduct ranges from abusive mortgage trades and misreporting on derivatives losses to... more
This project examines recent and ongoing misconduct in the financial sector and implications for corporate governance and accountability. The misconduct ranges from abusive mortgage trades and misreporting on derivatives losses to manipulation of commodity markets. Major corporations, such as JPMorgan Chase and Morgan Stanley, have paid billions of dollars to regulators in penalties. The research project reviews the events from the perspectives of corporate governance, specifically whether shareholders are penalized for wrongdoing of corporate managers, and how far the regulatory practice of making settlements with the companies promotes accountability and corporate governance. The penalties diminish shareholder wealth and the question is whether shareholders end up as “helpless victims.” The research herein has combined theoretical and empirical methods. The theory part of research includes discussion of various regulatory methods and their efficacy, the justification for the settlements concluded by the corporations with governments, grounds for proposed personal liability against executives, and possible class action lawsuits in the future. The empirical element consists of review of investigative reports, disclosures by the companies, and settlement orders made by regulatory agencies. This helps form an opinion on the culpability of executives and the related issue about whether the costs of misconduct in the form of penalties are passed on to shareholders.
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Sedangkan etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku... more
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Sedangkan etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral. Sehingga dapat disimpulakn bahwa etika bisnis adalah cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional. Terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu : a. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya. b. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain. c. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok. Teori Utilitarisme di Indonesia Aliran Utilitarianisme mempunyai pandangan bahwa tujuan hukum adalah harus ditujukan untuk mencapai kebahagiaan tertinggi dengan cara melengkapi kehidupan, mengendalikan kelebihan, mengedepankan persamaan dan menjaga kepastian. Sehingga, hukum itu pada prinsipnya ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat, disamping untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Indonesia adalah negara yang berkembang, hal itu dapat dilihat dengan ikut campur tangan negara dalam mengurusi kepentingan masyarakat. Negara berperan aktif mengatur urusan rakyat. Begitu banyak produk hukum yang tercipta untuk mengatur kepentingan warga negara dengan tujuan hukum yang ingin dicapai adalah menjaga kestabilan dan ketertiban hukum. Perkembangan yang berlangsung mengakibatkan perubahan secara mendasar atas peranan dan fungsi-fungsi yang diselenggarakan pemerintah. Pemerintah Indonesia diharapkan dapat menginplementasikan prinsip aliran Utilitarianisme dalam setiap produk hukum yang ingin dibuat dengan senantiasa mempertimbangkan tujuan hukum kemanfaatan untuk masyarakat. Meskipun kenyataan yang terjadi saat ini pencapaian tujuan hukum modern di Indonesia menurut aliran utilitarianisme mengarah ke arah yang lebih baik namun dinilai masih kurang efektif. Hal itu dikarenakan negara tidak mungkin bisa menjamin kesehjateraan tiap rakyatnya (tiap indivudu), dan dalam pembentukan hukum
Much can be learned from a comparative analysis of the different corporate governance practices of Canada and the People’s Republic of China, specifically with respect to the duties of directors in overseeing registered corporations. This... more
Much can be learned from a comparative analysis of the different corporate governance practices of Canada and the People’s Republic of China, specifically with respect to the duties of directors in overseeing registered corporations. This paper examines the fiduciary duties of directors expressed in statutory instruments in Canada and China. Analyses herein incorporate statutes and corporate law, secondary literature, newspaper commentary, and select jurisprudence, to help elucidate the similarities and differences between the two countries’ regulatory frameworks, from the perspective of corporate governance and responsible business decision-making.
This study aims to examine the relationship between the OECD Principles of Corporate Governance on social responsibility accounting disclosure (SRAD) in Jordanian companies listed in the Amman Stock Exchange (ASE). The questionnaire and... more
This study aims to examine the relationship between the OECD Principles of Corporate Governance on social responsibility accounting disclosure (SRAD) in Jordanian companies listed in the Amman Stock Exchange (ASE). The questionnaire and annual reports were both employed to collect the information from 104 companies in financial, services, and industrial sectors. SmartPLS3 was used to analyse the data. This study found that there is a relationship between the principle of the role of stakeholders, the principle of the rights of shareholders and key ownership functions and social responsibility accounting disclosure at p-value 0.029* and 0.022* (one tail) respectively. While there isn’t a relationship between the other principles with social responsibility accounting disclosure. Therefore, it is recommended that Jordanian government should formulate a policy which will further encourage the listed companies toward social activities and their disclosure. The findings will no doubt be useful to the Jordanian policy makers, the board of directors, and other stakeholders in both ASE listed and unlisted companies.
The purpose of this research is to know how profitability and liquidity ratios influence the growth of profit of manufacturing companies sector food and beverages listed on Indonesia Stock Exchange period 2010-2012. The variables examined... more
The purpose of this research is to know how profitability and liquidity ratios influence the growth of profit of manufacturing companies sector food and beverages listed on Indonesia Stock Exchange period 2010-2012. The variables examined in this thesis are current ratio, quick ratio, cash ratio, gross profit margin, return on asset and return on equity as the independent variables and profit growth as the dependent variable. The collection of secondary data was done by taking it from the financial statements of manufacturing companies of food and beverages sector listed on Indonesia Stock Exchange during the period 2010-2012. The analysis method used is descriptive quantitative using the program of Eviews 7.0. The results of this research indicates that simultantly current ratio(CR) , quick ratio (QR), cash ratio, gross profit margin, return on assets, and return on equity have significant influence towards the growth of profit. Partially, all the six independent variables have no ...
Corporations dominate our societies. They employ us, sell to us, and influence how we think and who we vote for, while their economic interests dictate local, national, and global agendas. Written in clear and accessible terms, this... more
Corporations dominate our societies. They employ us, sell to us, and influence how we think and who we vote for, while their economic interests dictate local, national, and global agendas. Written in clear and accessible terms, this much-needed textbook provides critical perspectives on all aspects of the relationship between business and society: from an historical analysis of the spread of capitalism as the foundation of the 'corporate' revolution in the late nineteenth-century to the regulation, ethics, and exclusionary implications of business in contemporary society. Furthermore, it examines how corporate power and capitalism might be resisted, outlining a range of alternatives, from the social economy through to new forms of open access or commons ownership.
The purpose research is to examine other variables that also affect the relationship between conservatism and earnings quality. Good Corporate Governance is a set of mechanisms that can protect minority shareholders from expropriation by... more
The purpose research is to examine other variables that also affect the relationship between conservatism and earnings quality. Good Corporate Governance is a set of mechanisms that can protect minority shareholders from expropriation by managers and insider shareholders with an emphasis on legal mechanisms. Data Population are companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2010-20015. The sample selection is based on purposive sampling method with the purpose of obtaining a representative sample. An Alternative measure of accounting conservatism used is the instrumental variables of Accounting conservatism (VIKV) developed by Lo (2005). The quality of earnings can be measured through discretionary accruals calculated by way of setting aside total accruals (TACC) and nondiscretionary accruals (NDACC). In calculating DACC, Modified Jones Model is used because it is considered better among other models to measure earnings management (Dechow et al., 1995). The results of this study indicate that the Instrumental Variables Conservatism (VIK) has a significant positive effect on the Earning Quality. This means that management positively signals the application of accounting conservatism within the company and has an impact on improving the quality of earnings. The next investor is expected to provide more valuations by providing a high premium for the company's stock price.
The year 2011 has marked a decade since the Enron collapse, considered the most emblematic corporate scandal worldwide. Despite its importance, few studies provide an integrated analysis of the underlying failures that allowed Enron’s... more
The year 2011 has marked a decade since the Enron collapse, considered the most emblematic corporate scandal worldwide. Despite its importance, few studies provide an integrated analysis of the underlying failures that allowed Enron’s debacle, going beyond the traditional view that reduces the case to a mere "accounting fraud". Few studies also evaluate the main lessons from the Enron scandal in perspective, by comparing its common causes with corporate scandals that emerged during the global financial crisis in 2007-2008. These are the gaps I aim to fill. I conclude that Enron’s accounting manipulations, rather than being the cause of the problems, were the consequence of managerial failures and wishful blindness by its stakeholders. I also show that some lessons from Enron have not been fully internalized by companies worldwide, since most of its underlying causes are similar to those of several corporate scandals that emerged a couple of years later.
Short summary of POLLY PECK INTERNATIONAL
The present paper addresses the case study of a financial institution, the Kendallville Bank, developed by The Anti-Fraud Collaboration. The constituents of the Collaboration are the Center for Audit Quality, Financial Executives... more
The present paper addresses the case study of a financial institution, the Kendallville Bank, developed by The Anti-Fraud Collaboration. The constituents of the Collaboration are the Center for Audit Quality, Financial Executives International, the National Association of Corporate Directors, and The Institute of Internal Auditors. These organisations are concerned with financial reporting fraud deterrence and detection. The case study approaches financial reporting fraud at a multidimensional level. It explores the corporate governance arrangements and management control instruments at place at the Kendallville Bank. The findings are discussed against the theoretical framework of the Agency Theory and the Stewardship Theory. Shortcomings of the arrangements are identified and safeguards are recommended on the background of international corporate governance best practice and academic literature. The risks arising from corporate governance weaknesses are addressed through various risk control procedures. Culture control is
acknowledged as a major instrument to improve effectiveness and performance of the bank through a shift in the interpersonal interaction of the Board members, the executive team and the auditors.
Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) adalah seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder, yakni para pemegang saham, dewan komisaris, pemerintah, masyarakat dan karyawan dalam memenuhi... more
Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) adalah seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder, yakni para pemegang saham, dewan komisaris, pemerintah, masyarakat dan karyawan dalam memenuhi hak-hak dan kewajiban perusahaan dalam melindungi kepentingan para stakeholder yang berlandaskan atas nilai-nilai korporasi perusahaan yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan analisis mengenai pelaksanaan GCG, indikasi GCG dalam mendukung transformasi digitalisasi perbankan dalam meningkatkan kualitas inovasi pelayanan melalui aplikasi pelayanan pemda online sebagai aplikasi yang mendukung transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan mengenai kendala dalam pelaksanaan GCG dalam mendukung transformasi digitalisasi melalui aplikasi pemda online pada Bank Pembangunan Daerah Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG pada Bank Pembangunan Daerah Lampung telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG yang berlandaskan atas: transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian dan kesetaraan, Namun pada pelaksanaan nya belum dilaksanakan secara baik, disebabkan oleh beberapa faktor penghambat yang diantara nya adalah : belum terpenuhinya kepengurusan inti Bank Pembangunan Daerah Lampung dan terbatasnya jangkauan teknologi informasi.
Transformational leadership and corporate governance are rarely studied together, and this applies to the Philippine context as well. The Philippine private corporate structure based largely on corporate ownership, provides this research... more
Transformational leadership and corporate governance are rarely studied together, and this applies to the Philippine context as well. The Philippine private corporate structure based largely on corporate ownership, provides this research a unique and fertile ground on which to study how transformational leadership impacts good corporate governance. This study seeks to provide empirical evidence establishing the link between transformational leadership and good corporate governance. The research methodology employed is a mixed methods procedure of a concurrent triangulation strategy. Thirty corporate directors were given questionnaires to complete, and afterwards underwent personal interviews to provide the qualitative date required for this study. Statistical results from regression analysis show that transformational leadership positively influences good corporate governance and CEO pressure on firm profitability has no effect on the relationship between transformational leadership and good corporate governance.
The year 2011 has marked a decade since the Enron collapse, considered the most emblematic corporate scandal worldwide. Despite its importance, few studies provide an integrated analysis of the underlying failures that allowed Enron’s... more
The year 2011 has marked a decade since the Enron collapse, considered the most emblematic corporate scandal worldwide. Despite its importance, few studies provide an integrated analysis of the underlying failures that allowed Enron’s debacle, going beyond the traditional view that reduces the case to a mere "accounting fraud". Few studies also evaluate the main lessons from the Enron scandal in perspective, by comparing its common causes with corporate scandals that emerged during the global financial crisis in 2007-2008. These are the gaps I aim to fill. I conclude that Enron’s accounting manipulations, rather than being the cause of the problems, were the consequence of managerial failures and wishful blindness by its stakeholders. I also show that some lessons from Enron have not been fully internalized by companies worldwide, since most of its underlying causes are similar to those of several corporate scandals that emerged a couple of years later.
1. Pakan (feed): bahan yang dapat dimakan dan menyediakan zat makanan untuk ternak. 2. Pangan (food): bahan yang dapat dimakan dan menyediakan zat makanan pada manusia. 3. Diet: campuran bahan pangan/pakan yang digunakan untuk menyediakan... more
1. Pakan (feed): bahan yang dapat dimakan dan menyediakan zat makanan untuk ternak. 2. Pangan (food): bahan yang dapat dimakan dan menyediakan zat makanan pada manusia. 3. Diet: campuran bahan pangan/pakan yang digunakan untuk menyediakan zat makanan untuk manusia/ternak. 4. Bahan pakan (feedstuff): satu atau beberapa macam bahan baik diolah, setengah jadi atau bahan baku, yang bertujuan untuk dibuat menjadi pakan atau diberikan langsung kepada hewan penghasil pangan. 5. Bahan pangan (foodstuff) satu atau beberapa macam bahan baik diolah, setengah jadi atau bahan baku, yang bertujuan untuk dibuat menjadi pangan atau digunakan sebagai pangan/pakan. 6. Bahan baku pakan (Feed ingredient): Suatu bagian komponen atau suatu penyusun dari suatu kombinasi atau campuran suatu pakan, mempunyai nilai nutrisi maupun tidak dalam ransum ternak, termasuk imbuhan pakan (feed additives). 7. Imbuhan Pakan (Feed additives): Setiap bahan yang tidak lajim dikonsumsi hewan sebagai pakan, yang dengan sengaja ditambahkan, memiliki atau tidak memiliki nilai nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk hewan. 8. Pakan Obat (Medicated feed): Setiap pakan yang mengandung obat hewan sebagaimana ditetapkan dalam Panduan Prosedur Codex Alimentarius Commission. 9. Bahan-bahan yang tidak diinginkan/Cemaran (undesirable substances): Cemaran-cemaran dan bahan-bahan lain yang terdapat di dalam pakan atau bahan baku pakan yang mengandung resiko terhadap kesehatan konsumen, termasuk keamanan pangan yang terkait dengan isu-isu kesehatan hewan 10. Nutrisi (nutrition): secara umum dapat dimaknai sebagai suatu proses yang saling berkaitan dan menyangkut aspek pemilihan, konsumsi bahan pakan, pencernaan dan penyerapan nutrien dalam saluran pencernaan, serta metabolisme nutrien dalam sel tubuh untuk berbagai tujuan. 11. Zat makanan atau nutrien (nutrient): unsur atau senyawa kimia dalam bahan pangan atau pakan yang dapat menunjang reproduksi, pertumbuhan, laktasi atau kebutuhan hidup pokok 12. Zat makanan atu nutrient: air, protein dan asam amino, karbohodrat, lemak, vitamin dan unsur inorganik atau mineral (Ca, P, Mg, Na, K, Cl, I, Zn, Fe, Cu, Co, Mn, Mo, Se). Energi yang diperlukan ternak dapat disediakan oleh lemak, karbohidrat dan kerangka karbon asam amino. 13. Zat makanan esensial atau indispensible: zat makanan yang diperlukan keberadaannya dalam ransum dan tidak bisa disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi. 14. Kebutuhan nutrient (nutrient requirement): jumlah nutrien yang diserap dan dimetabolisme di dalam sel-sel tubuh untuk kelestarian hidup atau keutuhan alat tubuh (kebutuhan hidup pokok) dan untuk memenuhi tujuan-tujuan produksi yang meliputi kebutuhan untuk reproduksi, pertumbuhan, produksi telur, susu, wol atau produksi tenaga tergantung pada jenis ternaknya (kebutuhan produksi).
This paper looks at what corporate governance as as well as the various theories behind it. We also look at the various approaches to corporate governance such as comply-and-explain and the codification approach. A number of codes from... more
This paper looks at what corporate governance as as well as the various theories behind it. We also look at the various approaches to corporate governance such as comply-and-explain and the codification approach. A number of codes from different countries are then looked at in analysis of the approach taken. The paper then looks at the board structures and control mechanisms in corporate governance, and the effectiveness of the latter. The paper concludes by looking at the Kenyan Corporate Governance Code of 2014 and the agency problems encountered by various models.
Komite Cadbury, Tjager dan Deny (2005) mendefinisikan Good Corporate Governance, sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh... more
Komite Cadbury, Tjager dan Deny (2005) mendefinisikan Good Corporate Governance, sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya. Menurut Rahmawati (2006) dalam Putri (2006) Good Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability dan responsibility, yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen, perusahaan (direksi dan komisaris), kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Coopers et al., (2006) yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan meperhatikan kepentingan stakeholder.' Proses untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabiltas perusahaan guna mewujudkan nilai Pemilik Modal/RPB dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan berlandaskan peraturan dan nilai etika. Stakeholders perusahaan antara lain pemilik, kreditor, pemasok, asosiasi usaha, karyawan, pelanggan, pemerintah dan masyarakat luas. Referensi GCG Dalam penerapan prinsip-prinsip GCG, banyak referensi yang bisa dijadikan untuk menjadi rujukan. Referensi tersebut diantaranya adalah:
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan akhir meningkatkan nilai/keuntungan pemegang saham (shareholders) dengan sedapat mungkin tetap memperhatikan... more
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan akhir meningkatkan nilai/keuntungan pemegang saham (shareholders) dengan sedapat mungkin tetap memperhatikan kepentingan semua pihak yang terkait (stakeholders). Pengertian stakeholders ini dapat di bagi dua yaitu stakeholders utama (primary) dan kedua (secondary). Stakeholders utama yaitu para pemegang saham dan investor, karyawan dan manajer, pelanggan, pemasok, rekanan bisnis, serta masyarakat setempat. Stakeholders kedua yaitu pemerintah, masyarakat umum (khususnya yang kepentingannya terkait dengan perusahaan), institusi-institusi umum, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (NGO), media, akademisi, kelompok asosiasi bisnis, dan pesaing.
I provide a critique of mainstream corporate governance literature based on agency theory as a conceptual solution in order to endure de facto well governed companies worldwide. This critique is based on an analysis of common causes... more
I provide a critique of mainstream corporate governance literature based on agency theory as a conceptual solution in order to endure de facto well governed companies worldwide. This critique is based on an analysis of common causes associated with 23 high profile corporate scandals from the 21st century. It is also based on the limitations associated with the homo economicus premise behind agency theory, which ignores psychological issues associated with the human factor inside organizations. As a result, I argue that a new behavioral approach to corporate governance shall emerge in order to reduce the emergence of corporate scandals in the future. This new view should be based on three main components: 1) the systematic focus on the mitigation of cognitive biases in managerial decisions; 2) the continuous fostering of employee and executive awareness towards the promotion of unselfish long-term oriented cooperative behaviors; and, 3) the reduction of the likelihood of frauds and other dishonest acts through new corporate strategies developed after a deeper understanding of their psychological motivations. By combining the traditional approach to corporate governance based on incentive and controls with a new behavioral approach focusing on the human factor, corporate stakeholders may expect to end up with truly well-governed companies.
Pengertian Dilema etika adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya. Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak... more
Pengertian Dilema etika adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya. Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karir bisnis mereka. Melakukan kontak dengan seorang klien yang mengancam akan mencari seorang auditor baru kecuali jika auditor itu bersedia untuk menerbitkan sutu pendapat wajar tanpa syarat, akan mewakili suatu dilema etika yang serius terutama jika pendapat wajar tanpa syarat bukanlah pendapat yang tepat untuk diterbitkan. Menurut Arens dan Loebbecke (1995: 74) yang dimaksud dengan dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat. Ada beberapa alternatif pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari cara yang merupakan rasionalisasi perilaku pendekatan sederhana untuk memecahkan dilemma etika : ü Memperoleh fakta-fakta yang relevan. ü Mengidentifikasi issue-issue etika dari fakta-fakta yang ada. ü Menentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema. ü Mengidentifikasi alternatif yang tersedia bagi orang yang harus memecahkan dilema ü Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif. ü Memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan. a.Egoism Menurut Rachels (2004: 146) artinya teori mengenai bagaimana kita seharusnya bertindak, tanpa memandang bagaimana kita biasanya bertindak. Menurut teori ini hanya ada satu prinsip perilaku yang utama, yakni prinsip kepentingan diri, dan prinsip ini merangkum semua tugas dan kewajiban alami seseorang. b. Utilitarism Utilitarisme adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh David Hume. Dalam teori ini suatu perbuatan atau tindakan dapat dikatakan baik jika dapat menghasilkan manfaat. Akan tetapi
Pengembangan Masyarakat Merupakan salah satu wujud tanggung jawab perusahaan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dari berbagai aspek. Sebagai wujud implementasinya, Perusahaan secara sadar berinisiatif untuk mengajak masyarakat... more
Pengembangan Masyarakat Merupakan salah satu wujud tanggung jawab perusahaan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dari berbagai aspek. Sebagai wujud implementasinya, Perusahaan secara sadar berinisiatif untuk mengajak masyarakat aktif bersama menemukan solusi guna meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya. Di kalangan Kontraktor Kontrak Kerja Sama, Program Pengembangan Masyarakat merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kontraktor KKS sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan implementasi dari komitmen perencanaan pengelolaan lingkungan hidup. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan bidang lingkungan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur (fasilitas sosial/fasilitas umum). Pendidikan Sejumlah kegiatan pengembangan masyarakat dilakukan di sejumlah daerah operasi. Kegiatan tersebut antara lain adalah melaksanakan sejumlah kegiatan peningkatan kualitas dan keamanan pendidikan dengan memfasilitasi perbaikan sarana belajar mengajar antara lain seperti gedung, material bangunan sekolah, pagar sekolah, komputer, dan lain sebagainya. Sebagai upaya mendukung kelancaran pelaksanan pendidikan para siswa, Perusahaan juga menyalurkan bantuan beasiswa yang merupakan bagian dari program Cerdas Bersama Pertamina. Kegiatan ini dilaksanakan di sejumlah wilayah operasi mulai dari Sumatera hingga Kawasan Timur Indonesia. Program pemberian beasiswa ini merupakan bagian dari program besar CSR Pertamina yang diberikan kepada para siswa yang berada di sekitar daerah operasi perusahaan Pengembangan Potensi Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang cukup banyak. Namun demikian, pada kenyataannya kuantitas tersebut tidak didukung dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan industri. Oleh karenanya banyak sumber daya manusia yang tidak mendapatkan pekerjaan yang baik. Melihat kondisi ini, Perusahaan memetakan kebutuhan peningkatan kualitas SDM potensial di sekitar daerah operasi menjadi sebuah kebutuhan yang dapat dikembangkan. Hal ini pada akhirnya akan membukakan peluang kerja dan meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat. Kebutuhan masyarakat mendapat respon proaktif dari perusahaan berupa penyelenggaraan pelatihan yang dilaksanakan bersama dengan pemangku kepentingan yang memiliki kompetensi seperti lembaga pendidikan. Dengan program ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan memberikan dampak langsung serta tepat sasaran. Setelah melalui masa pelatihan, para peserta diharapkan memiliki kemampuan yang mumpuni dan rasa percaya diri sebagai generasi muda yang mandiri. Keterlibatan Pemangku Kepentingan Pertamina EP menyadari bahwa pemangku kepentingan memegang peran penting dalam mendukung keberlanjutan perusahaan. Untuk mengelola hubungan dengan para pemangku kepentingan, perusahaan mengacu pada prinsip tata kelola yang telah ditetapkan. Pengelolaan hubungan dengan pemangku kepentingan diarahkan pada kepentingan bisnis perusahaan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan lingkungan serta memperhatikan skala prioritas dan saling menghargai sehingga tercapai keseimbangan dan keharmonisan antara:
Investasi merupakan salah satu sarana maupun alat dalam perkembangan perekonomian suatu negara, tak terkecuali Indonesia. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu kesejahteraan masyarakat, maka Indonesia membuka pintu investasi... more
Investasi merupakan salah satu sarana maupun alat dalam perkembangan perekonomian suatu negara, tak terkecuali Indonesia. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu kesejahteraan masyarakat, maka Indonesia membuka pintu investasi seluas-luasnya bagi asing. Atas kegiatan investasi tersebut, investor pun diwajibkan untuk membayar pajak. Di sisi lain, mengingat bahwa perusahaan merupakan entitas yang berorientasi pada keuntungan maka secara naluriah mereka akan melakukan segala upaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan meminimalisasi pajak yaitu salah satunya dengan minimalisasi modal (thin capitalization). Suatu kegiatan pembiayaan melalui utang oleh perusahaan induk kepada perusahaan anak yang menyebabkan rasio antara utang dan modal yang tidak wajar. Walaupun secara hukum, hal ini sah untuk dilakukan karena termasuk dalam penghindaran pajak namun thin capitalization dapat dikatakan telah
menciderai hakikat hukum investasi maupun hukum pajak itu sendiri yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yang dilakukan dengan wawancara dan studi kepustakaan.
Sebelum mengenal etika di dalam akuntansi keuangan dan manajemen, terlebih dahulu mengetahui sedikit mengenai definisi dari Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of Management... more
Sebelum mengenal etika di dalam akuntansi keuangan dan manajemen, terlebih dahulu mengetahui sedikit mengenai definisi dari Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of Management Accountant (1994:30) yaitu: Penyatuan bagian manajemen yang mencakup, penyajian dan penafsiran informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan dan pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya, pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja, pengamanan asset Sedangkan Akuntansi Keuangan yaitu bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan pelaporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kredirtor, pemasok, serta pemerintah. Didalam suatu kegiatan terdapat kode etik atau sering kita sebut Etika. Hal ini melandasi setiap kegiatan agar tidak berbuat seenaknya. Begitu pula dalam akuntansi keuangan dan manajemen, kode etik bahkan di standarkan agar setiap kegiatan akuntansi tetap berjalan sesuai dengan etika yang ada. Kode etik dibuat untuk mengatur para akuntan agar melaksanakan profesinya secara professional. IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang menguraikan tentang standar perilakuk etis akuntan manajemen. Standar tersebut sebagai berikut: 1. Kompetensi Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk. a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya. b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar teknis yang berlaku. c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat dipercaya 2. Kerahasiaan Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk: a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum.
Abstract Shariah governance is a term that would represent a model of corporate governance designed to ensure the compliance of shariah principles. Keeping in view, the study analyzes the regulatory framework of shariah governance system... more
menelaah menganai kasus enron dan worodcom